Burung Caladria (Part II)

191 28 2
                                    

Leonore membuka mulut ingin bicara, tapi dia tidak bisa mengatakan apa pun kecuali semburan tawa senang. Putri Hilderose menyodok sikunya untuk mengembalikan si pemuda ke umur yang sebenarnya. Leonore berdeham. "Maaf, tapi aku tak pernah mengendarai burung."

"Dan aku juga tak pernah, Leon. Tidak bisakah kau bersikap lebih dewasa sedikit?"

"Oh, umur tidak pengaruh ketika kau suka sesuatu, Hilde. Apalagi pria. Kau juga seharusnya lebih semangat dari ini. Ayolah." Leonore menyenggol sang putri.

Putri Hilderose memutar mata dan menurunkan bahu, tampak tak tertarik. "Yaay," ucapnya lemas.

"Hei, ayolah."

Putri Hilderose memelotot, dia ingin sekali menggeram, tapi Pangeran Alvaron keburu menegur, "Kalian ingin pergi atau kembali ke tahanan?"

"Pergi," jawab Leonore dan Putri Hilderose bersamaan. Keduanya tertegun dan menoleh, tapi secepat mata mereka bersibobok, secepat itu pula keduanya langsung memutar kepala ke arah berlawanan. Leonore memegangi tengkuk sambil melirik langit, Putri Hilderose melemparkan pandangan ke tanah.

Pangeran Alvaron mendesah. "Perlu kuajari cara menaikinya?"

"Hah?" Leonore kembali fokus, lalu memperhatikan perlengkapan si burung yang dilihatnya tadi. "Sama seperti kuda?"

"Begitulah. Tapi arahnya hanya aku yang bisa perintahkan."

"Kalau begitu, bisa-bisa saja." Leonore tersenyum yakin.

Pangeran Alvaron menaiki Caladria terlebih dahulu. Sehabis memperhatikannya, Putri Hilderose agak khawatir. Sejujurnya, terakhir kali naik kuda, dia terjatuh dan itu sudah tujuh tahun yang lalu.

Leonore berdeham. "Silakan."

"Kau bisa duluan."

"Akan lebih sulit membantumu naik kalau aku duluan."

Tanpa membantah, Putri Hilderose mendekati si burung dan memegangi pelana. Pijakan berada di depannya, dia hanya perlu memijak dan mendorong tubuhnya naik.

"Jangan hanya diam saja memegang pelana," tegur Leonore. "Aku tahu Anda takut, tapi aku juga harus naik. Cuma ada dua burung di sini."

"Dan kenapa kau memilih naik bersamaku?"

Leonore mengacak-acak rambut seakan dia sudah tidak sabar—entah untuk menaiki burungnya, atau menuruti Pangeran Alvaron. "Seingatku, Anda punya pengalaman buruk dengan kuda dan aku tidak ingin membayangkan naik berduaan dengan pria." Dia mengernyitkan alis sambil menggigil ketika benar-benar membayangkannya.

Putri Hilderose menyemburkan sedikit tawa karena ikut membayangkan hal itu.

"Anda tertawa?"

Leonore terus memanggil, tapi kali ini Putri Hilderose abai. Dia menaikkan kaki kiri ke pijakan, lalu mendorong dirinya ke atas. Jantungnya berdegup kencang saat berhasil, terutama karena sekelilingnya terasa lebih tinggi dari biasa. Sang putri mengembuskan napas lega untuk menenangkan diri agar tidak jatuh.

Namun, jantungnya hampir saja berhenti berdetak karena Leonore tiba-tiba naik. Di belakangnya. Pemuda itu mengambil tali kekang yang tadinya ingin Putri Hilderose ambil.

"Pegang talinya juga kalau tidak mau terjatuh, meskipun aku bisa menjagamu di sini."

Putri Hilderose hanya menunduk. Mereka begitu dekat. Untung saja ada kumpulan anak panah dan busur di punggung sang putri sehingga tubuh mereka masih terpisah, tapi bergerak sedikit saja, tangan mereka akan bersentuhan.

"Aku ... aku akan memegang burungnya saja." Putri Hilderose mencengkeram bulu Caladria. Burung itu memekik dan melompat, membuat sang putri ikut terlonjak kaget dan terkesiap.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن