Penyerangan (Part I)

146 29 0
                                    

Author's Note: Author mohon maaf dulu ya. Untuk sementara, sampai situasi author lebih stabil, Trace akan update 1 setengah minggu sekali (waktu yang aneh :'D). Intinya sih, Minggu itu sekarang waktu author deadline freelance. Tapi 2 minggu ini, author ada deadline tambahan untuk ilustrasi LN. Cuma, karena author sudah memperpanjang waktu update Trace jadi 1 setengah minggu, sekarang sudah diusahakan pasti update antara Rabu atau Minggu malam :) Selamat menikmati.

Prev Chap: Satsu dan keluarga sedang menikmati liburan di Disneysea bersama Putri Ester, sebagai waktu istirahat mereka sebelum Satsu dan sang putri kembali ke Exolia. Di sana, mereka malah bertemu Shinohara yang berusaha kembali mengganggu. Ditambah lagi, tiba-tiba saja Satsu tertusuk?!

******

Bunyi logam saling beradu membangunkan Leonore dari tidurnya yang tak lelap. Seorang penjaga membuka jeruji. Dengan ketiadaan matahari sepanjang waktu, Leonore bingung apakah ini siang atau malam. Sudah berapa hari berlalu?

Tuan Meyr bangkit terlebih dahulu sebelum Leonore berdiri malas menyambut orang yang masuk.

"Tangan di depan," perintah si pria dengan baju baja sederhana menutupi pundak, dada, tangan, dan kaki.

Tuan Meyr mengernyitkan alis. "Ini sudah hari kesepuluh?"

Tanpa peduli, si penjaga membentak, mengulangi perintah. Mau tak mau Tuan Meyr mengulurkan kedua tangan yang terkepal. Si penjaga mengarahkan telapak ke atas pergelangan tangan Tuan Meyr, kemudian merapal Lumerestrea. Lengkungan sinar membungkus pergelangan tangan itu.

Ketika si penjaga melakukan hal yang sama kepada Leonore, mata si pemuda menangkap lirikan Putri Hilderose yang berjalan melewati sel mereka. Ally berjalan di belakang, diikuti penjaga yang mendorong. Bahu Leonore pun didorong ketika proses pengikatan mereka selesai.

Tanpa menunggu suruhan, Tuan Meyr menundukkan kepala untuk keluar. Leonore menyusul dengan langkah cepat.

Penjaga meneriaki mereka, "Tunggu perintahku, dasar brengsek!"

Leonore menoleh sesaat, memperhatikan si penjaga yang menggeram keluar. Pemuda itu kemudian mengedarkan tatapannya ke berbagai arah, terutama ke lantai di kiri-kanan, seolah sedang mencari sesuatu, sampai akhirnya dia menghentikan tatapan itu pada Tuan Meyr. "Sudah ada kabar?"

Tuan Meyr mendengus. "Apakah aku pernah kelihatan punya kabar bagus belakangan ini?"

"Tapi kita berjanji untuk mengembalikan Tuan Putri kemari setelah sepuluh hari."

"Ya, dan aku juga sudah mencari jalan pulang ke dunia sana selama lima puluh tahun."

Mulut Leonore terkatup rapat saat dihadapkan dengan kenyataan itu. Penjaga yang selesai menutup pintu menyuruh mereka kembali berjalan. Sepanjang lorong penjara bawah tanah, pikiran Leonore dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya terus menurunkan titik pandang. Terkadang ingatannya beralih ke sekilas bayangan di dalam ruang putih, dengan seseorang duduk di tengah lantai, satu kakinya terangkat. Di depan orang itu terdapat meja pendek berbentuk persegi, lebarnya tak lebih dari satu meter. Anehnya, sekalipun Leonore mampu memastikan bentuk-bentuk itu, wajah si sosok tampak hitam.

Seluruh tubuhnya hitam.

Begitu si sosok menatap Leonore, dia seolah diusir, lalu kembali ke kegelapan normal saat menutup mata. Dua kali dia melihat tempat itu. Keduanya saat Leonore mencoba berdoa kepada Dewi Magna sesuai saran Pangeran Alvaron. Dia telah berkali-kali mengulangi kegiatan yang sama selama beberapa hari, sambil melatih mantra-mantra baru. Energi memang bertambah, tapi tak pernah dia melihat tempat itu lagi.

Setelah menaiki tangga yang tersusun setengah lingkaran, mereka sampai di koridor barat. Cahaya matahari menyelinap masuk melalui lubang-lubang jendela di bagian atas dinding. Leonore memasukkan udara segar sebanyak-banyaknya. Dia rindu hawa dingin yang tidak lembab.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang