Permohonan (Part II)

165 28 9
                                    

Oke, sebenarnya Satsu cukup yakin bahwa dia sudah berhasil memasuki gerbang menuju Exolia, tapi apa-apaan darah dan kematian tadi? Hal-hal itu yang menyebabkannya bingung.

Saat Satsu berusaha menelaah situasi, dia mendengar suara-suara memanggil. Pandangannya berbayang, tapi tidak seluruhnya. Sosok itu masih berdiri di hadapannya dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.

"Maaf mengganggu tidurmu, tapi ini situasi gawat, Satsu. Kau harus membantuku mengurus mereka."

Satsu menggeleng-gelengkan kepala dan mengedip-ngedip, berusaha mengusir pandangan berbayang itu. Namun, gravitasi menarik punggungnya. Dia terjatuh. Pandangan masih berbayang sehingga Satsu mengusap wajahnya, mencoba lebih fokus. Ada sesuatu yang salah, tapi dia tak mengerti apa. Matanya semakin berat sampai dia tak bisa membukanya lagi.

Kesadaran Satsu sepenuhnya hilang.

Lebih tepatnya, seperti berpindah, karena tak lama kemudian, Satsu bangkit kembali dengan semua hal tampak lebih nyata. Lantai yang didudukinya dingin. Pergerakan tubuhnya lebih terkendali. Rasa sakit yang dideritanya sudah lenyap. Ketika Satsu mencari-cari ingatan terbarunya, si sosok asing sudah berdiri di hadapan Satsu.

Sosok itu melambaikan tangan. "Selamat datang kembali."

Satsu ingin membalas, tapi lengannya merasakan pelukan. "Kakak sudah sadar?" ucap seorang gadis.

Dengan mata terbelalak, Satsu menoleh. Tak mungkin dia lupa suara adiknya sendiri.

Chie membuka mata lebar-lebar sambil meraba-raba Satsu. Gerak-geriknya menandakan sang adik tak bisa melihat kakaknya.

"Suster!" panggil seorang pria, agak jauh dari Satsu. "Kenapa lampunya belum nyala juga?" gumamnya. "Dan kenapa pula tak ada yang menjawab?!" Pria itu menendang lantai kosong.

Satsu kembali terbelalak ketika mendapati sosok ayahnya berdiri beberapa meter dari dirinya. Ketika Chie memanggil ayahnya untuk datang, Pak Otomu berjalan dengan tangan di depan seolah dia orang buta yang kesulitan menemukan posisi.

Satsu segera berdiri, lalu berputar memperhatikan sekeliling. Ibunya tidak ada di sana, tapi sesosok gadis berambut pirang berada di belakangnya. Karena tak jauh, Satsu segera menggenggam tangan gadis itu, membuatnya menoleh dan menjerit.

"Lepaskan aku! Siapa kalian dan kenapa tempat ini gelap?!" Putri Ester meronta-ronta.

"Hei, *quiescia obsecro."

Bisikan tepat di bawah dagu Satsu itu membuatnya mendelik. Syal yang melingkari lehernya bergerak-gerak, kemudian memunculkan dua sosok makhluk sekecil tikus dari baliknya. Mereka terbang keluar dari syal Satsu, kemudian saling memperhatikan tubuh kecil masing-masing.

"Oh, inikah akibatnya kita menyebrangi dunia lain?" tanya si kecil bertanduk melengkung, Gozu.

Gadis bertanduk satu, Mezu, yang juga sama kecilnya, hanya bisa menggeleng-geleng.

Satsu benar-benar kehilangan akal. Dia menoleh ke sosok asing yang masih saja tampak santai. Sosok itu hanya mengedikkan bahu. "Tidak seharusnya orang-orang yang tak punya keinginan pindah dunia itu ikut-ikutan masuk juga, tapi apa boleh buat? Mereka memegangimu. Makanya aku heran. Dengan kondisi seperti ini kau masih ingin kabur ke dunia lain."

Sementara Pak Otomu bertanya heran, Chie tersenyum girang mendengar penjelasan itu. Satsu bergidik ngeri. Adiknya sama sekali tak tahu horor dari kejadian ini. Apakah ayahnya, adiknya, dan Putri Ester akan dijadikan Shadow?

Tolong kembalikan mereka ke dunia asal! Setidaknya keluargaku! Aku dan Putri Ester memang harus kembali! Satsu berteriak dalam hati. Dia berusaha menyorotkan tatapan permohonan ke sosok asing itu.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang