Mereka Yang Menanggung Kesalahan (Part II)

162 32 9
                                    

Putri Ester menepis tangan Satsu. "Kau mau kabur lagi?!" bentaknya.

"Hei, jangan mengabaikanku terus, dong, Otomu, mentang-mentang kaupunya cewek sekarang." Shinohara sudah membetulkan posisi. Dia mengusap-usap pipi. "Pukulan cewekmu boleh juga. Dia lebih menarik daripada Rina. Kurasa lebih cocok denganku daripada denganmu."

Putri Ester—yang tak mengerti apa-apa—mengepalkan tangannya kembali erat-erat. "Menjijikkan sekali."

Satsu kembali mencegah Putri Ester berbuat macam-macam. Dia bersikeras menghentikan perkelahian tak berarti.

Putri Ester membelalakkan mata menatap Satsu. "Kita akan segera kembali ke Exolia, bukan?! Kalau kau tak menyelesaikannya sekarang, kau belum tentu punya kesempatan kedua untuk mengalahkannya. Jangan pergi ke negeriku untuk kabur, Satsu. Ingatlah! Kau kembali ke negeriku untuk menebus dosa-dosamu terhadapku. Aku tak ingin hal lain menjadi alasanmu."

Raut wajah Satsu belum berubah, masih dipenuhi rasa sakit yang kini bertambah karena kata-kata Putri Ester.

Karena kata-katanya benar.

Karena Satsu sendiri sudah bingung, mana yang benar dan salah.

Banyak cerita-cerita yang dibacanya membahas soal balas dendam. Dulu, dia sangat mudah mengerti. Dulu, Satsu ingin sekali membunuh Shinohara. Berkali-kali, karena satu kali takkan cukup.

Namun sekarang, setelah tangannya sudah mencicipi darah pembunuh atas keegoisan pribadi, melukai orang lain atas alasan pelampiasan terdengar sebagai sesuatu yang salah. Dia tidak ingin melakukan kesalahan serupa. Dia tidak ingin menyelesaikan masalah dengan melukai orang lain, lalu menyesal dan merasakan perasaan seperti ini lagi di kemudian hari. Di Exolia.

"Apa ini bukan hanya karena kau ingin kabur?" tanya Putri Ester, seolah berhasil membaca pikiran Satsu. Gadis itu menatapnya sungguh-sungguh, tulus.

Satsu terpukau. Kurang dari tiga hari mereka bersama, tapi gadis itu sudah berubah. Dia tidak lagi tampak seperti gadis manja yang selalu minta bantuan seorang pria. Putri Ester seolah terus mengetuk pintu kamar Satsu yang selalu ditutup.

Tidak. Putri Ester adalah gadis yang berani mendobrak pintu itu dan menarik paksa Satsu keluar dari selimut.

Satsu tahu, di luar sana dingin. Kamar adalah tempat teramannya, tempat di mana dia bisa nyaman bermain dan berkhayal tanpa gangguan manusia. Dia pernah ingin kembali jadi manusia, tapi bukankah mereka makhluk menyeramkan yang selalu mengganggunya?

Putri Ester menggenggam tangan Satsu, erat, agar mereka bisa berbagi kehangatan. Asap putih keluar dari mulut sang putri ketika dia mulai bicara.

"Selama kau berada di pihakku, kesalahanmu adalah kesalahanku. Kau mungkin sudah merenggut orang-orang yang kusayangi, meskipun heh, di antaranya juga ada yang kubenci." Sesaat, Putri Ester melengkungkan senyum ironi. Dia sendiri bingung, mengapa harus menghibur pemuda yang pernah dibencinya, yang pernah ingin dibunuhnya. Akan tetapi, dia sendiri sadar. Satsu bukanlah satu-satunya orang yang patut disalahkan, sementara pemuda itu tampak selalu menanggungnya sendirian.

Satsu tidak pernah menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri, padahal kalau Putri Ester mau menanyakan alasan Pangeran Alvaron waktu itu, mengenalnya lebih jauh, mungkin pembantaian itu takkan terjadi.

Putri Ester kembali terkekeh. Sepertinya dia mulai ketularan penyakit Satsu. Ekspresi sedih tercetak di wajahnya ketika dia menatap Satsu. "Semua manusia itu tidak sempurna, kautahu? Bukan hanya kau yang punya kesalahan. Jangan terlalu membebani dirimu sendiri. Aku lebih kuat darimu. Aku tak akan terluka kalau kau menyalahkanku sedikit saja."

Napas Satsu tercekat. Tubuhnya yang dari tadi tegang melemah seketika. Rasa sakit yang dideritanya seolah menghilang sampai dia sendiri membelalak tak percaya.

Seperti ada cahaya hangat yang masuk lewat celah-celah pintu kamar dan Putri Ester terus menariknya lembut ke cahaya itu. Kaki yang tadinya enggan, perlahan mulai berjalan atas kemauan sendiri.

Bukan.

Cahaya dan kehangatan itu terpancar langsung dari Putri Ester. Dunia memang dingin, tapi selama Satsu berada di dekat sang putri, dia yakin—entah kenapa keyakinan itu muncul begitu saja—bahwa dirinya akan tetap hangat. Putri Ester dapat membantunya menembus badai itu.

Tubuh Satsu seolah bergerak sendiri, hendak memeluk Putri Ester.

Akan tetapi, badai itu menariknya.

Shinohara menjambak rambut Putri Ester, memaksanya melepaskan tangan Satsu. "Dasar orang-orang pecundang! Berani-beraninya kalian malah bermesraan di depanku!"

Putri Ester berteriak.

Teriakan itu menghunjam dada Satsu lebih sakit ketimbang puluhan serangan yang masih dirasakannya. Dia tidak akan membiarkan seorang pun merebut sumber cahaya yang baru saja didapat.

Sekuat tenaga, Satsu mengepalkan tangan, lalu meninju Shinohara tepat di pipi yang belum terpukul. Tinju kali ini jauh lebih kencang, mendorong Shinohara melepas jambakan dan terjatuh pada bebatuan.

Satsu menarik Putri Ester dalam pelukannya. Tubuh sang putri gemetaran. Kali ini, giliran Satsu yang berusaha memberi kehangatan.

Shinohara membuang ludah bersama darah. Sekumpulan gadis yang menemukan perkelahian memekik kabur. Shinohara membelalakkan mata. Penjaga taman akan segera tiba. Dengan lebam di wajah dan laporan mereka, bisa seberapa marah orangtuanya kali ini? Sekolah pun akan mendapat peringatan, mungkin.

Ini semua gara-gara Satsu!

Shinohara mengeritkan gigi, kemudian mengeluarkan pisau lipat dari saku celana. Kalau dia pernah dituduh membunuh ataupun menghilangkan Satsu, sekalian saja dia benar-benar melakukannya kali ini.

******

Author's Note: Jejejeng. Klimaks, klimaks. Susahnya bikin klimaks di dua dunia sekaligus :'D Tapi author akan berusaha memberikan yang terbaik. Kira-kira 3 chapter lagi bakal tamat vol. 2. Gak kerasa juga ya. Haha. Seperti biasa, jangan lupa berikan vomment-nya untuk mendukung author, kalau suka, atau memang ingin kasih kritik dan saran. Author benernya pengen banget revisi dari awal, tapi kayaknya pada mau tamatin dulu lah pasti. Author juga maunya begitu :'D

Btw, author bakal mulai sibuk lagi minggu depan, tapi mudah-mudahan bagian berikutnya bisa lebih cepat seperti ini. At least seminggu lah ya :D

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang