Kemungkinan (Part I)

162 27 0
                                    

Author's Note: Halooo ^^ Kembali bersama Trace, saat ini author sudah mulai mengejar kestabilan. Ada cerita baru nanti yang bakal publish setelah revisi, yang jelas yang itu sudah tamat :D Untuk sekarang, nikmati dulu ya Trace seperti biasa. Author gambar lagi lho. Www.

Prev Chap: Dalam pelarian, Tuan Meyr dicegat oleh Leonore dan Ally. Ketika adu mulut untuk meyakinkan Tuan Meyr agar bekerja sama, Tuan Meyr diserang oleh seseorang?!

******

Ada sesuatu yang salah! pikir Satsu sambil meringis memegangi perutnya. Sakit! Seolah ada yang sedang menusuk, lalu mencabutnya kembali. Satsu bahkan terhuyung ke depan dan hampir saja terjatuh. Ditambah dengan dingin tubuhnya, mau tak mau dia menggigil. Sial! Di saat seperti ini?!

Satsu dan Putri Ester sudah bertemu dengan Chie di stasiun. Walaupun Chie sempat bingung dan khawatir, pemuda itu telah menenangkannya dan mengajaknya untuk segera ke rumah. Itulah kenapa dia saat ini berjalan menyusuri trotoar, Chie di depan sebagai pemandu dan Putri Ester berada di sampingnya.

Berhentinya langkah Satsu mengundang pergerakan alis Putri Ester. "Ada apa lagi?" tanyanya. Namun, perut sang putri tiba-tiba berbunyi. Dengan wajah memerah malu, sang putri malah ikut-ikutan memegangi perut. "Ah, ya, ya, lapar kan, ya? Pasti begitu. Memang sudah waktunya makan lagi. Ahahaha."

Satsu memaksakan diri mengangguk. Untunglah dia tak perlu menjelaskan kondisinya. Setelah berjalan kembali, Putri Ester pun bertingkah biasa, meski gadis itu mengalihkan pandangan dan melihat sekeliling.

Tidak habis-habisnya Putri Ester mengagumi pemandangan tempat baru. Mulai dari kereta, pakaian-pakaian yang membuatnya mudah bergerak, tangga yang bisa berjalan dan mengangkutnya tanpa perlu tenaga, lalu bangunan-bangunan yang tingginya bahkan melebihi istana.

Putri Ester ingin sekali belajar sihirnya, kalau bisa.

"Tapi, orang-orang di tempat ini jalannya buru-buru sekali, ya," gumam sang putri. Matanya terarah pada orang-orang yang menyusul melewatinya. "Padahal bukannya sudah sore? Memangnya apa pekerjaan mereka?"

Tanpa jawaban, Putri Ester menoleh lagi.

Satsu kembali berhenti dan membungkuk sambil gemetaran.

Putri Ester akhirnya berkesimpulan, "Bukan lapar atau sakit perut, ya? Chie!" panggilnya.

Satsu menggenggam lengan Putri Ester, menahannya. Dia mengeritkan gigi. Kenapa harus memanggil Chie?!

Tanpa bisa menyampaikan protes itu, Satsu akhirnya harus menerima kedatangan dan kecemasan Chie. Dari tadi si pemuda sudah menduga bahwa rasa sakit di tubuhnya pasti berhubungan dengan Exolia. Ini bukan sakit biasa.

Satsu mengetik-ngetik. "Sampai dulu saja ke rumah. Kujelaskan di sana."

"Benarkah tidak apa-apa? Ini bukan gara-gara kekuatan Kakak, 'kan?"

Uh .... Satsu mengutuk daya pikir adiknya. Mata sang adik pun masih terpaku curiga padanya.

Chie berkacak pinggang. "Aku tidak boleh membuat Chie khawatir, apalagi setelah kejadian tadi." Suaranya diperdalam seolah ingin mengikuti suara Satsu dulu. Gaya bicaranya pun meniru kebiasaan kakaknya. "Kita harus segera sampai ke rumah dan urus ini di dalam, tidak boleh di luar, sementara ada orang memperhatikan."

Satsu tak membalas dengan gerakan apa pun; dia hanya diam.

Chie menghela napas. Dengan suara kembali seperti biasa, dia melanjutkan, "Meskipun Chie sudah lama tidak mengunjungi Kakak, Chie masih ingat betul Kakak itu seperti apa. Jangan pikir bisa menyembunyikan apa pun dari Chie."

Satsu menarik napas dalam-dalam. Sakit yang dideritanya kini menjalar ke tangan dan kaki, tapi dia berusaha menahan itu semua, lalu berjalan kembali.

Chie tersentak ketika Satsu melewatinya. "Jadi, Kakak benar-benar mau diam saja?!"

Putri Ester yang semenjak tadi hanya dapat mengerti sebagian pembicaraan dari intonasi bicara mereka, menyusul Satsu. "Aku akan repot kalau sesuatu terjadi padamu di tengah jalan. Bagaimana kalau kau segera memberitahuku apa yang terjadi?"

Tanpa tanggapan, Satsu terus berjalan hingga sampai pada sebuah gang. Dia kemudian berbelok. Di tempat sepi itu, dia berhenti, kemudian memejamkan mata.

Kalau Satsu dan Tuan Meyr masih terhubung, sesuatu mungkin menimpa Tuan Meyr.

Pemuda itu berusaha berkonsentrasi pada hubungan-hubungan saraf mereka, menelusuri sebuah lorong gelap, mendengarkan teriakan-teriakan yang menyusup masuk ke telinganya. Makin lama makin keras. Mulutnya hangat. Satsu ingat rasa itu; asap yang keluar dari mulutnya selalu terasa lebih hangat daripada udara luar. Di saat semua sudah cukup terhubung, Satsu membuka mata.

Di depannya, Chie dan Putri Ester, juga dinding bangunan di seberang, tampak setengah lenyap. Tembus pandang. Aspal di bawah kakinya bercampur dengan bebatuan Exolia.

Chie dan Putri Ester meneriakinya khawatir, tapi Satsu menempelkan telunjuk di depan mulutnya, mengisyaratkan agar mereka diam, sebab di sela-sela suara itu, Putri Hilderose memanggil ayahnya.

Pandangan Satsu beralih ke gadis berambut hitam yang sudah dirindukannya semenjak beberapa hari lalu. Putri Hilderose menangis memegangi ayahnya. Apa yang sebenarnya terjadi setelah dia meninggalkan Exolia waktu itu?!

Pertarungan yang berlangsung di depan mengalihkan perhatian Tuan Meyr, menyebabkan Satsu mau tak mau menyaksikannya.

Ally memelesat menyerang musuh dengan Kizvaalia di kedua tangan. "Apa kautahu arti privasi? Tidak bisakah kauberi waktu untuk anak dan ayahnya bercengkerama? Hah?!"

Musuh itu mendengus. Dalam sekejap, Ally tertusuk bilah-bilah hitam yang mendorongnya ke atas. Itu salah satu jurus yang sering dipakai Ally. Apa berarti musuh adalah Shadow?!

Ditambah lagi, kenapa Satsu bisa merasakan tubuhnya pun ditusuk-tusuk?! Sejak kapan Ally terhubung dengannya? Apakah Tuan Meyr menjalin Kontrak dengan Ally?

Ketika secara reflek Satsu memegangi perutnya lagi sambil meringkuk, Chie dan Putri Ester menanyakan keadaannya. Napas Satsu terengah-engah, tapi dia tak berniat sama sekali untuk memutus hubungan.

"Apa maksud semua ini, Tuan Meyr?" tanya Satsu. Suaranya bergema di dalam benak Tuan Meyr.

"Satsu?! Kau ... akhirnya kau menghubungiku. Kerja bagus menyelamatkan Tuan Putri Ester."

"Ya, asalkan kau tidak merusaknya lagi dengan membunuh dirimu sendiri. Aku juga bisa mati gara-gara itu. Ingat?"

"Hah! Kalau kau benar-benar ingat, kau tidak akan membiarkan sekumpulan cecunguk mengerjaimu di kamar mandi. Aku masih kedinginan."

Satsu terdiam. Tuan Meyr benar. Dia sempat lupa. "Jadi, siapa musuh yang bisa melukai Shadow veteran sepertimu?"

Pandangan Satsu meninggi seiring Tuan Meyr bangkit dari posisi berlututnya. Tubuh Ally terdorong jatuh ketika bilah-bilah hitam menghilang. Di depannya, sosok musuh makin terlihat. Pangeran Alvaron berjalan di sebelahnya.

"Benar-benar pemandangan yang aneh." Tuan Meyr menyeringai.

Tentu saja, karena dia masih ingat sosok itu ditusuk oleh orang yang berjalan di sampingnya.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now