Kekacauan Di Rayongarde (Part II)

131 26 0
                                    

Sesaat sebelumnya, Putri Hilderose terbangun oleh jeritan yang menggema di seluruh istana. Dia bangkit, menyadari pakaian yang telah diganti dan selimut juga ranjang yang ditempatinya. Itu kamarnya sendiri. Kenapa dia bisa ada di sana?

Pertanyaan itu membangkitkan ingatannya pada pertarungan di atas langit.

Putri Hilderose menarik lengan baju dan memeriksa tubuhnya. Tidak ada bekas luka sama sekali, pun tidak sakit. Itu tandanya dia sudah diobati. Bagaimana dengan Leonore?

Sang putri buru-buru melempar selimut dan berdiri. Dia menghampiri jendela di sebelah kiri. Kubah Lumeprodia tidak sebesar yang seharusnya, bahkan kumpulan Droxa hitam rasanya jauh lebih dekat. Putri Hilderose mengedarkan pandangan ke sekeliling demi mencari busur dan anak panah; apa pun itu yang bisa dijadikan senjata. Untungnya, mereka ada di samping rak sangkutan baju, dekat pintu. Tanpa buang waktu, sang putri segera mengambilnya dan membuka pintu keluar.

Jendela berada tepat di depan kamar, membuat sinar matahari masuk menyinari lorong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jendela berada tepat di depan kamar, membuat sinar matahari masuk menyinari lorong. Dari situ, Putri Hilderose kembali dapat mengamati taman di luar, di mana dua prajurit berdiri di tengahnya. Kubah Lumeprodia terbentuk sekitar lima meter di atas kepala mereka.

Seorang prajurit menarik tangan Putri Hilderose, menyebabkannya terkesiap berbalik. "Tidak perlu keluar. Kami sudah ditugaskan untuk menjaga Anda."

"Apa yang terjadi?"

"Penyerangan Droxa. Belum ada perintah lanjutan, tapi saya rasa—"

ZRAAAATS!

Mulut prajurit itu berhenti bergerak, begitu pula dengan matanya. Dia syok. Punggungnya tiba-tiba saja ditebas benda tajam secara cepat. Tenaganya menghilang seiring darah mengucur keluar dari luka itu. Ketika sang prajurit jatuh lemas, satu sosok yang sangat dikenal Putri Hilderose muncul di belakangnya dengan pedang hitam pada tangan.

"Aya ... handa?"

Pedang hitam Kizvaalia di tangan Tuan Meyr mengurai menjadi asap hitam. Dia masih menunduk mengamati si prajurit yang terkapar. Namun, emosi apa pun itu yang sempat ada, hilang sepenuhnya. Dia bahkan tak tersenyum menemukan putrinya sendiri.

Tuan Meyr berbalik. "Aku akan membawamu keluar dari sini. Kita bicarakan semuanya nanti."

Namun, Tuan Meyr tak sempat berjalan lebih dari satu langkah. Suara tarikan tali menghentikannya.

Putri Hilderose tengah mengarahkan panah padanya. "Katakan kepadaku, Ayahanda. Apa yang terjadi?" Dia menajamkan tatapan. "Apa yang Ayahanda sudah lakukan lagi?"

"Menyelamatkanmu. Apa lagi? Ayah dan gadis itu sudah bersusah-payah datang dari luar untuk akhirnya menembus Lumeprodia kalian. Dia akan menjemput Tuan Leonore." Tuan Meyr berbalik dan mengulurkan tangan. Cahaya matahari mengilat di matanya, menyiratkan cahaya yang tadinya sempat pudar. "Ayo, keluar dari sini."

Putri Hilderose menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang hampir saja tumpah setelah melihat lagi wajah ayahnya itu. Dia menurunkan busur, lalu menunduk. Pandangannya kemudian terarah ke sekeliling, ke prajurit yang masih berdiri melindungi mereka, kemudian ke orang yang terkapar di depannya, yang tadi sempat menawarkan perlindungan.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now