[17] im sure if we need this

633 137 4
                                    

"bukan apa apa, zhou jieqiong. tuhan memang satu, kita yang tak sama-" kata hwanwoong sebelum akhirnya mengembalikan lagi sapunya pada pinky.

"bentar udah hampir jam 2, gue belum sholat dhuhur." pamit hwanwoong, meninggalkan pinky yang masih diam di tempat.










pinky hanya menggelengkan kepalanya, mencerna tiap kata dan perilaku hwanwoong yang makin aneh tiap harinya.

"apa mungkin hwanwoong-"






















semua pada sibuk. mungkin hanya eunseo yang tidak. dan juga jungwoo.

"makan dulu nak eunseo-" kata bunda-nya jungwoo sambil membawakan santapan siang untuk eunseo dan jungwoo.

"siiip mah" kata jungwoo sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"hehe maaf tante jadi merepotkan-" kata eunseo, sambil menundukkan kepalanya. untunglah di kedai sudah lumayan sepi.

"gak apa apa, nak. bunda malah seneng kalo temennya jungwoo sering mampir ke sini." setelah itu, bunda park masuk ke dalam. tinggallah eunseo sama jungwoo yang lagi nikmatin makan siang mereka.









"lo gak ngurusin apa apa gitu, seo?" tanya jungwoo.

"hmm nggak. gue gak ambil bagian repot repot. gue jadi tim hore aja lah-" kata eunseo sebelum menyendok nasinya.

"wehe jadi seksi dokumentasi aja sama kek gue-"

"yah gue emang biasanya jadi begituan, haha. sama aja ya ternyata-"



sambil terus makan, ngobrol, ngerumpi, dua mahasiswa beda jurusan itu asyik dalam kegiatannya, sampai sampai eunseo tidak mendengar bahwa ada panggilan masuk ke ponselnya dari donghyun.









"kenapa tadi lo kaya orang linglung bener di halte?" tanya jungwoo kemudian.

"hmm biasalah. si donghan-" kata eunseo santai, sambil bantuin beresin piring.

"kenapa? donghan nyakitin lo?"

"nggak kok. cuma dia tuh, suka berubah dengan sendirinya, gak bisa gue tebak. gue pusing-"

"dibawa ke dapur kan ini? sebelah mana, woo?" eunseo lalu mengalihkan pembicaraan, sambil menunjuk piring dengan dagunya.

"sini nggak usah. biar gue aja yang bawa ke belakang." jungwoo dengan sigap mengambil alih piring itu dan membiarkan eunseo tinggal di tempat.




baru saja duduk kembali di kursi, eunseo melihat sekelebat cahaya dari layar ponselnya. memperlihatkan notifikasi panggilan dari donghyun. merasa tidak penting, eunseo hanya mengabaikannya dan lanjut membuka laptopnya kembali.



















"tuhkan bener gak diangkat-" keluh donghyun.

"gue tuh ya, udah apal sama kalian berdua. dari dulu tuh kalo ngambek ngambekan, selalu aja gue yang jadi tumbal. makanya eunseo juga gak mau ngangkat telepon gue soalnya dia udah paham nih pasti elo yang nyuruh, han!" lanjut donghyun, kesal.


"udah lah lo tuh ngacauin pulang kampung gue. bye, gue mau balik beneran ini!" pamit donghyun.

"yaudah yaudah sana balik gih-" kata donghan sambil terus menscroll menu ponselnya.

merasa putus asa, ia berniat masuk saja ke ruang BEM dan istirahat sejenak di sana. namun ternyata salah besar, istirahat hanyalah wacana belaka karena tugas menumpuk, menggunung sudah menantinya.













"hati hati di jalan, sayang~" pesan dahyun sambil menyerahkan jaket kulit milik donghyun. setelah siap, donghyun lalu pamit pada gadisnya itu, sekaligus meminta doa agar selamat sampai desa.



"aku balik dulu ya~ doain mama juga cepet sembuh." pinta donghyun. yang langsung disambut anggukan pasti oleh dahyun.










setelah donghyun pergi, dahyun berniat kembali ke kelas. namun tangannya ditahan oleh seseorang.

"umji? ngapain?" tanya dahyun.

"gue minta bantuan lo boleh kan, dahyun? please, demi kebaikan kita bersama juga, terutama vernon-"









dahyun membulatkan matanya, kaget.

"ada apa lagi sih sama tuh cowok brengsek?!"

#2 Automne Doré✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora