[18] beautiful liar and his fate

634 122 12
                                    

"pah, mama gimana?!"

"masih di ruang operasi, hyun. berdoa saja, semoga yang terbaik selalu pada mama." kata papa, tegar.

"kakak tadi bohong ke kak dahyun ya? bilangnya ke dia kalo kakak pulang kampung, soalnya mama sakit. emang selama ini kak donghyun gak cerita ke kak dahyun?" tanya adik perempuan donghyun yang duduk di kursi tunggu.

donghyun tersenyum kecut. "belum dek. belum sempet-"

"dahyun yang cantik itu ya?" tanya papa sambil berjalan mendekat ke putrinya, donghyun ikut menyusul dari belakang.




"nih liat, tiap 5 menit nanyain ke aku, dek, kak donghyun-nya udah sampe rumah belom? gitu terus dah sampe ntar aku jawab udah-" kata nara, adiknya donghyun sambil memperlihatkan ruang obrolannya dengan dahyun.

"wah dia perhatian banget ya sama kamu, hyun" puji papa. donghyun hanya tertawa, "apaan sih papa."

"tapi sampai kapan kamu teh mau nyembunyiin soal penyakit mama ke si dahyun? kebohongan tidak akan bertahan lama, donghyun-" nasihat papa, sambil menepuk punggung anak sulungnya itu.

donghyun lantas menghembuskan nafasnya, perlahan. "secepatnya kok pa, selagi mama sembuh juga..."

"iya kalau mama-mu sembuh, kalau tidak?"

"pa, kok ngomongnya gitu sih-" donghyun mendengus, mendengar papanya patah semangat akan kesembuhan mama.

nara ikut menenangkan kakaknya, sambil beralih duduk di dekat donghyun.

"tenang dulu, kak. berdoa, dan berusaha. cuma itu yang bisa manusia lakuin, sisanya ada di tangan Tuhan."

donghyun mengangguk dan tersenyum pada adiknya itu.




















sambil mempercepat langkah, umji meraih telepon genggamnya dan menghubungi seseorang di ujung sana.

"iya tante, ini umji udah sama dahyun. bentar lagi sampai-"

dahyun tidak sengaja mendengar pembicaraanya. namun bukan berarti dahyun ingin mengetahui semuanya, termasuk atas kedekatan umji dengan keluarga vernon yang secepat ini.



"ayo dahyun. disana ruangannya vernon!" seru umji sambil melambaikan tangannya pada dahyun. dahyun yang entah kenapa melambatkan langkahnya, karena masih merasa terpukau dengan keadaan mewah rumah sakit swasta ini.

"iya iya bentar, ji-" segera saja, dahyun menyusul umji.












di dalam kamar rawat inap nomor 121 itu, dimana vernon hanya terbaring lemah di salah satu ranjangnya.

"kali aja kalau kamu datang, vernon lebih cepat sadarnya-" begitu kata mamanya vernon. dahyun berusaha tersenyum untuk meredam amarahnya yang selama ini ia pendam untuk vernon.

"gue sama tante keluar dulu ya, hyun." pamit umji, kemudian. dahyun terkejut. masalahnya adalah, sudah sangat lama semenjak ia dan vernon tidak lago bersama, apakah harus seperti ini caranya untuk berdamai?

"eh lo disini aja, umji. gue gak enak-" kilah dahyun. namun umji menolak dengan halus. "vernon mungkin bisa ngerasain kehadiran lo disini, jadi gue harap lo bisa bantu gue buay kali ini aja-"

dahyun mengalah. dan akhirnya ia tinggal. umji segera menyusul mamanya vernon yang sudah keluar kamar duluan.





perlahan tapi pasti, setelah semuanya tiada. dahyun menggenggam tangan kanan vernon dan mengelusnya hangat. tangan vernon bahkan tetap terasa dingin seperti hatinya.

"gue tau ini salah. karena gue bukan siapa siapa lo lagi, tapi gue ngelakuin ini buat bantu orang orang yang cinta sama lo. orangtua lo, umji, dan yang lain. jadi gue harap, lo bangun-"





























"DOK BAGAIMANA DOK?!"

"sebentar ya mas donghyun, mama anda masih dalam keadaan kritis. jadi tolong pengertiannya-"

donghyun mengacak rambutnya frustasi. melihat beberapa dokter dan tenaga medis lainnya yang berlarian keluar masuk ruang operasi ibu tercintanya itu.

"donghyun, sabar dulu..."


merasa sangat stres dengan semua cobaan ini, donghyun lalu berdiri dan berlari menjauh dari koridor itu. nara yang akan mengikuti kakaknya itu, langsung ditahan oleh sang ayah.

"biarkan kakakmu meluapkan emosinya, dulu"












setelah menunaikan sholat di mushola, donghyun kembali ke jalan ruang operasi tadi dengan lunglai. sampai di kawasan ruang rawat inap, entah karena ada angin apa dia lalu memperhatikan dengan seksama nomor kamar itu.

donghyun teringat, kemarin ia mendapat kabar dari sihyun kalau si vernon dirawat karena kecelakaan saat akan menuju ke kampus.

"121, berarti yang itu." kata donghyun sambil berjalan mendekat ke kamar 121.









karena kelambu yang tidak ditutup, maka dari luar bisa terlihat jelas bahwa ada seorang terbaring lemah di ranjang, itu vernon. dan ada seorang gadis dengan rambut panjangnya yang terurai rapi, tidak asing bagi donghyun.

dimana gadis itu, menangis tertunduk sambil menggenggam erat tangan vernon.










donghyun menyadari. ingin rasanya dia mengakhiri hidupnya saat itu juga karena 2 wanita yang sangat berarti di hidupnya, telah mengombang ambingkan hatinya.

#2 Automne Doré✔Onde histórias criam vida. Descubra agora