[20] because this is our destiny

596 129 4
                                    

dengan tangan yang bergetar, dahyun kemudian menelfon teman temannya agar mereka datang.

namun, panggilan kepada eunseo tidak aktif.
pinky, juga sedang rapat. terakhir adalah harapan pada eunbi.

"halooooo dahyun, eunbinya lagi ngorok nih-"

"h-halo eunbi, gue butuh elo. dateng ke rumah sakit buruan-"

suara dahyun yang bergetar dan gugup akhirnya membuat moonbin yang tadi iseng ngangkat telfonnya, buru buru ngebangunin eunbi.

"buruan, eunbi. gue takut." suara tangis dahyun di ujung telepon akhirnya membuat eunbi terbangun dari tidur dan segera menjawabnya.

"iya iya dahyun tenang dulu gue kesana!"









setelah menutup telepon, eunbi segera mengomando chanwoo dan moonbin untuk berangkat.

"pake mobil gue aja ayo cepetan-" chanwoo menyuruh eunbi dan moonbin untuk segera masuk ke jazz putih yang terparkir di halaman rumahnya itu.




















donghyun masih saja terisak di kursi tunggu, dengan menunduk menangisi semuanya.

dia tidak percaya akan semua ini.

dahyun dengan hati hati mendekat. dan kemudian duduk di samping donghyun.

"donghyun..."








cowok bermarga kim itu lantas terkejut melihat dahyun yang sudah berada di sampingnya dan ikut menangis itu.




"mau apa, hyun? mending tungguin aja mantan lo yang sekarat itu-"





dahyun kaget bukan main.

"donghyun, jangan ngomong gitu. kita berdua salah paham." kata dahyun menenangkan, sambil mengelus pundak donghyun.

"apanya yang salah paham?! gue benci!" teriak donghyun sambil menahan tangisnya.

"donghyun denger. gue emang salah gak ngasih tau lo, soal umji yang maksa gue buat dateng ngejenguk vernon. tapi lo juga salah karena udah bohong ke gue soal mama lo-"








dahyun menahan tangisnya dan tetap mengelus pundak donghyun yang masih tertunduk. matanya yang masih lurus menatap ke lantai di depannya.



perlahan, donghyun menyadari kesalahannya. ia tak seharusnya bersikap kekanakan dan menumpakan emosi yang tak seharusnya diluapkan pada seorang kim dahyun.


donghyun lalu menolehkan pandangannya ke dahyun, dan perlahan menjatuhkan kepalanya ke bahu dahyun.

"donghyun boleh nangis. jangan ragu buat ungkapin. donghyun boleh marah marahin dahyun. semua terserah donghyun.."

donghyun langsung nangis kejer di pelukan dahyun.










di depan, untunglah eunbi, chanwoo dan moonbin datang bersamaan dengan papa dan adiknya donghyun yang sedang menyelesaikan administrasi.

"om, donghyun-" tanya eunbi.

















selepas kedatangan sahabat sahabatnya, donghyun mulai mengelap air mata dan peluhnya yang bercucuran.

"gue ke kamar kecil dulu," pamit donghyun pada semua yang ada di situ.

sementara itu dahyun berganti menenangkan adiknya donghyun, yang masih saja terisak di pelukannya.

"udah dek, diikhlasin. mama pasti sudah tenang di surga. doain aja semoga amal ibadah mama diterima di sisi-Nya.." kata dahyun sambil ngusap usap rambut nara. gadis yang berbeda 3 tahun darinya itu hanya sesenggukan berusaha menghentikan airmatanya.









eunbi ikutan terharu. bagaimanapun, donghyun juga sahabatnya sejak lama. eunbi juga sudah mengenal dekat dengan keluarga kim itu. tidak disangka bahwa kepergian mama kim akan secepat ini.

moonbin sama chanwoo juga, ikut menyampaikan bela sungkawanya kepada papanya donghyun.

"memang sudah takdirnya begini, kita manusia hanya bisa menerima dan menjalani-Nya." kata papanya donghyun, tegar.

eunbi tahu, meski berusaha setegar apapun, seseorang pasti akan tetap terlihat terluka jika yang terkasih pergi meninggalkan dirinya untuk selama lamanya.





















sementara itu di kedai, eunseo masih sibuk dengan tugas tugasnya sembari menanti jungwoo yang membantu bunda-nya menata pesanan.



"eh seo udah tau kabar belum?"

"kabar apaan, woo?"

"kata anak anak, ibunya donghyun barusan meninggal."

"innaillahi wainnaillahi rojiun-" eunseo langsung tancap gas beresin semua peralatannya dan berniat menyusul ke rumah sakit.




















"donghan! ayo ke rumah sakit!" teriak pinky sambil lari lari ngehampiri donghan di ruang BEM Fakultas Teknik Fisika.

"ngapain ah?!"


"YA AMPUN TEMEN SEKAMAR MACAM APA LO KAGA TAU IBUNYA DONGHYUN MENINGGAL?!?!" seru pinky, membuat seluruh orang yang ada di ruangan langsung tertuju padanya.


"ssttt ky, jangan keras keras atu bawa berita duka yang selow dikit napa-" bisik hwanwoong dari belakang.

"abisnya di donghan bikin pengen nabok!"









"UDAH AYO BERANGKAT!" donghan berjalan mendahului kedua mahasiswa yang jauh jauh dari fakultas kesehatan masyarakat itu untuk menghampirinya.








namanya teman, beginilah.

selalu ada untuk bersama, saling mengisi perbedaan, walau dalam suka maupun duka.

#2 Automne Doré✔Where stories live. Discover now