[23] the value of honesty is truth

610 123 9
                                    

"gue gakpapa, kok. udah gue maafin seratus persen, donghyun." kata dahyun sambil asyik memandang ke lapangan luas yang ada di hadapannya sekarang.

"ya gue sadar sih, hyun. gue yang salah. gue nggak peduli sama yang lain, gue terlalu larut sama kesedihan gue-" jawab donghyun.

"iya udah. yang penting sekarang, harus tetap semangat buat ngelanjutin hidup. mama lo pasti bangga kalo lo bisa bahagia dan sukses nantinya-"

donghyun balas tersenyum dan merangkul erat gadisnya, itu.

waktu baru menunjukkan pukul 4 sore, suasana di lapangan yang cukup ramai, beberapa anak tampak asyik bermain sepak bola, sementara donghyun dan dahyun yang larut dalam tontonan itu di pinggir lapangan.

"oh iya, gue lupa. gue belum sempet nyeritain soal vernon ke elo, hyun-" kata dahyun.

"iya gakpapa, gue juga udah tau, kok."

"maksudnya?"

"sebenernya waktu itu di rumah sakit, tepat sebelum mama meninggal, gue jalan jalan di ruangan rawat inap dan gak sengaja, gue ngeliat ada lo di kamarnya vernon.."

dahyun menatap lurus manik mata donghyun yang terlihat begitu serius.

"yang bener??"

"iyaaaaa, kim dahyun. gak papa, aku ngerti maksud kamu. berkat kamu juga, vernon jadi cepet siuman. bagus.."

"i love you, kim donghyun~"

















eunbi sudah bersiap akan keluar kampus, ketika seorang cowok berlari ke arahnya dengan tergopoh gopoh.

itu moonbin.

"eunbiiiiiiiiii anjir, nebeng dong guee!!" teriaknya sambil menghampiri eunbi yang sudah siap di atas motornya.

"heh enak aja gue cuma bawa helm 1-" protes eunbi. "naik bis aja sana, mbin!" imbuhnya.

"nggakpapa, biar gue yang belakang. lo di depan-" kata moonbin, lagi. sambil langsung naik ke bagian belakang motor eunbi.

eunbi mau marah, juga percuma.












chanwoo, cowok super rajin itu masih sibuk di ruangan BEM ketika yang lain sudah pada bubar, pulang ke asrama maupun ke kosan.

tiba tiba, pintu diketuk. dan muncul seorang gadis manis dari balik pintu, memasuki ruangan dimana seorang jung chanwoo sendiri hanya dengan tumpukan kertas dan laptop di mejanya.

"chanwoo?"

"oh, hai pinky!"

pinky lantas mendekat dan mengambil duduk di salah satu sofa disitu.

"tumben main ke sini? ada apa?" tanya chanwoo, kemudian.

"nggak papa sih, pengen aja. tadinya mau nyamperin eunbi, tapi gue liat dia udah pulang tadi sama moonbin.." jawab pinky sambil ngeliatin seisi ruangan penting itu.


"wah, sama moonbin? haha-"

"apaan sih lo, woo. gaje banget." balas pinky dengan melihat ke arah chanwoo yang masih tertawa tanpa alasan sambil menatap laptopnya.

chanwoo lantas berhenti dan mengarahkan pandangannya pada pinky.



"kalo sahabat gue seneng, gue juga ikut seneng..." ucap chanwoo kemudian.







pinky hanya membuang nafasnya kasar. lalu berjalan ke kursi dekat chanwoo dan mengambil duduk di situ.

"gue juga sedih, woo. kalo temen gue sedih."

"lah siapa yang sedih, ky?" chanwoo balik bertanya sembari terus memainkan jarinya ke keyboard.

"cowok yang ada di samping gue sekarang ini, nih. yang bego banget kalo urusan nyembunyiin perasaan. jung chanwoo."



chanwoo langsung menoleh pada pinky. ingin berkilah, namun rasa rasanya apa yang dikatakan pinky ada benarnya. atau bahkan malah sangat benar.


"gue gak sedih, ky. gue ikhlas.." kata chanwoo, memecah keheningan.

pinky menggeleng. "nggak. gue paham betul sama hati cowok yang model model kaya lo tuh..."

"udah, lo jujur aja. gue tuh gak mau ada yang saling tersakiti di antara kalian bertiga.."

chanwoo menutup layar laptopnya. lantas berfokus pada pembicaraan empat matanya itu.






"justru, dengan begini gak bakalan ada yang terluka di antara kita, ky."

#2 Automne Doré✔Where stories live. Discover now