[49] road to finale

507 85 8
                                    

sambil menunggu hwanwoong sholat dan sebagainya di dalem mesjid, pinky nunggu di luar. sekaligus menatap ke layar ponselnya beberapa kali dengan gelisah.

"aduh mana ya?? masa dia ikutan jamaah kan ntar keluar bareng sama hwanwoong gak lucu aduh.." gerutunya pelan.

"dek.." tiba tiba terdengar suara memanggil pinky. dengan orang berperawakan tinggi yang baru saja keluar masjid. masih lengkap dengan peci dan sarungnya.

orang itu tersenyum, menghampiri pinky sambil menenteng kresek hitam lumayan besar di tangan kanannya.

"eh, kak.."

"nih-" katanya sambil menyodorkan kresek hitam itu.

pinky melongok setelah membuka bungkusan itu. matanya berbinar, lalu tak lupa berterimakasih kepada kakak tingkatnya itu.

"yang milihin mina, waktu itu katanya kamu udah mesen dan udah pasrah aja yang penting tinggal transfer kalo udah setuju sama barangnya. ini udah yang branded, paling mahal, paling oke pokoknya paling pas deh kalo dipake pacarmu itu.." celetuk mingyu, cowok yang secara tidak langsung menjadi distributor toko pakaian pacarnya, mina.

pinky tertawa mendengar celoteh mingyu. "bisa aja sih, kak mingyu ini. makasih ya, kak. sampein salam aku ke kak mina, juga. makasih bangeeett udah bantuuu-"

"iya sama sama, pinky. oh iya, ngomong ngomong kenapa harus diem diem? emang mau kasih kejutan ya ke hwanwoong?" tanya mingyu lagi sok akrab. ya, emang lumayan akrab sih emang..

kali ini pinky terdiam. "hmm iya, kayaknya kejutan sih, kak. tapi kejutannya nggak bikin seneng.. hahaha-" ucapnya lirih.

"loh, kok bisa?"


"this maybe a first and last surprise from me. i cant believe, but this is our destiny.."





mingyu diem seketika. ngomongnya destiny destiny segala, sih. mingyu jadi grogi juga.

"ada apa toh emangnya, dek? kok pertama dan terakhir emang kamu mau kemana?"






pinky awalnya diem. mingyu juga ikutan. mau nyimak aja sebenernya niatnya. siapa tau jadi temen curhat semenit.

tapi suasana udah mencekam gini, ditambah kalimat terakhir pinky yang bikin mingyu melebarkan pandangannya. tidak percaya.









"aku mau balik ke kampung halaman, kak.."

















kalo mingyu aja gapercaya, apalagi hwanwoong.




































keesokan harinya, tepat setelah adzan dhuhur terdengar di masjid besar, benar saja eunseo sudah bersiap di depan sekre.

tinggal menanti donghan dateng, lalu semua akan selesai.

donghan tak lama kemudian muncul. sama donghyun, tapi ternyata donghyun cuma mau ke sekre doang. ya jelaslah masa iya mau ngikutin dua orang mau putus. hiks.
























"mau ngomong apa? dimana?" tanya eunseo duluan.

"ke luar aja, yuk. biar seger-" jawab donghan sambil menggandeng lengan eunseo.

eunseo-nya menolak dengan segera.

















"nggak usah nyeleneh. buruan." kata eunseo sambil mendahului jalan. alis donghan berkerut. ini nyeleneh gimana sih maksudnya, orang sama pacar sendiri, kok??






























keduanya lalu berhenti di salah satu taman tak jauh dari kompleks kampus.

"maafin aku ya, seo.."

"udah berapa kali minta maaf terus udah berapa kali juga ngulangin kesalahan.."

"..."













bukan, eunseo bukan mau menyalahkan keadaan. dan kenyataan soal rena. sudah, jangan diungkit lagi soal itu.

"aku nggak mau ngebahas soal rena lagi. tapi aku juga nggak tahu kenapa akhir akhir ini hatiku gelisah banget. kamu berubah, han. udah nggak kaya dulu.. mungkin udah saatnya sekarangㅡ"

"tapi aku nggak berubah, seo. aku ini donghan. masih donghanmu, sama seperti yang dulu.." suara donghan sampai bergetar ngomongnya.

eunseo tertahan. tapi kembali mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan keinginan awalnya.




"nggak. aku rasa ini udah saatnya kita sendiri sendiri dulu. waktu bisa mengubah segalanya, donghan. kita jalani aja hidup kita masing masing. kita fokus sama kuliah, kamu nggak perlu ngurusin aku lagi dan aku juga nggak akan ganggu hidupmu."






donghan mau nyela tapi lidahnya kelu. seakan beku seketika, saat eunseo yang meluapkan kekesalannya. donghan sadar, perkataan eunseo tidak sepenuhnya salah. justru lebih benar dan eunseo sudah menunjukkan sisi dewasanya.

tidak seperti dulu yang sedikit sedikit marah. kekanakan.





tapi, kenapa juga harus begini pada akhirnya?

"kalau jodoh, kita pasti ketemu lagi kok, han. lagian aku juga nggak kemana mana, kamu juga. cuma Tuhan yang bisa berkehendak." ucap eunseo lagi.

ini yang ngajak ketemuan, mau bicara duluan sih donghan, tapi kenapa yang ngomong daritadi eunseo mulu. bahkan sampai disaat yang seperti ini, donghan tidak berkata sepatahpun.

sorot matanya sayu. donghan perlahan mendekati eunseo dan memeluknya. seakan akan, ini pelukan terakhir mereka.























"kalau itu yang eunseo mau, donghan ikutin. donghan sayang sama eunseo. akan tetap gitu sampai nanti. donghan janji bakal jadi orang yang lebih baik. dan lebih sempurna buat eunseo.."



















eunseo tidak menjawab. hanya isakan keduanya yang terdengar kini di antara suasana taman yang lumayan sepi.

































"seseorang mungkin telah datang, dengan saat yang tepat pada kita. mengisi dan bersama merangkai kenangan. namun, adakalanya, kita juga harus rela melepas kepergian mereka untuk kebaikan dan masa yang akan datang lebih baik dari sekarang."

















































chapter mendatang adalah the end. maaf juga chapter ini sangat fluffy dan mungkin di luar dugaan, but aku mohon dengan sangat appreciate apapun yang aku tulis, ya. happy or sad ending tolong hargai ya~
happy reading~ i love you, all🖤

#2 Automne Doré✔Where stories live. Discover now