Chapter 7 ~ Jealousy

3.2K 206 3
                                    

Ace P.O.V
Hari ini menjadi hari yang paling menyebalkan. Aku sudah berkali-kali mencoba menelpon Anna tapi sama sekali tidak tersambung karena ia mematikan handphone nya sehingga aku juga tidak bisa melacak keberadaan nya. Semua orang di kantor menjadi takut dengan ku karena aku mulai memarahi siapapun yang ku lihat. Aku pun bertanya kepada Bella untuk menanyakan keberadaan nya dan mengapa ia mematikan handphone tapi manusia itu malah memancing amarah ku dan tidak mau memberitahu ku dimana Anna berada.

Aku sudah pergi ke apartment nya tapi malah berdebat dengan Bella dan di usir nya. Setelah itu, aku bertanya kepada rumah sakit apa hari ini Anna datang bekerja tapi mereka mengatakan kalau Anna ada urusan mendadak jadi ia izin bekerja. Yang hanya ku ketahui Anna membawa koper dan menaiki taksi untuk pergi ke bandara. Itu pun ku ketahui setelah mengancam pemilik apartment Anna agar mau memperlihatkan rekaman cctv nya.

Dan setelah sampai di bandara aku langsung membuat keributan dengan mengancam pihak bandara untuk memperlihatkan kemana Anna pergi. Akhirnya aku mengetahui kalau Anna pergi ke California tempat keluarga nya berada. Aku mulai berpikir kalau Anna memilih kembali ke tempat asalnya dan meninggalkan ku karena tidak ingin bersama dengan ku lagi. Selama dua minggu belakangan ini, aku melakukan hal yang bahkan tidak akan di perkirakan oleh orang lain akan dapat ku lakukan.

Aku mengajak nya menonton dengan menyewa seluruh bioskop agar kami tidak di ganggu oleh siapapun, membawa nya ke tempat makan yang dulu sering ku kunjungi walaupun itu makanan pinggir jalan hingga restaurant terkenal yang ku sukai, membawa nya ke pantai saat matahari terbenam, mengajak nya olahraga pagi bersama bahkan aku mengajak nya ke rumah yang memang aku bangun saat aku memimpikan akan tinggal bersama dengan Anna selama nya sebelum ia tiada. Walaupun Anna menyukai hal-hal itu tetapi, ia masih terlihat canggung karena tidak tahu harus melakukan apa. Ia benar-benar terlihat bahwa ia tidak pernah berkencan dan aku sangat menyukai nya.

Karena aku tidak ingin kehilangan Anna untuk kedua kali nya, aku pastikan akan membuat nya terus bersama dengan ku baik secara sukarela atau terpaksa. Kalau kali ini aku kehilangan nya, aku yakin aku bisa menjadi gila seperti yang di katakan nya. Setelah sampai di California, aku sedang dalam perjalanan ke hotel yang di tempati oleh Anna sekarang. Semua pikiran ku mengenai semua kemungkinan terburuk selama perjalanan ke sini seperti menjadi kenyataan setelah melihat ada laki-laki di kamar hotel nya padahal ia tidak menyukai berada di dekat laki-laki. Entah kenapa aku benar-benar ingin membunuh laki-laki itu sekarang juga, di lihat dari betapa santai pakaian nya berada dalam kamar hotel Anna.

"Anna, lebih baik kau jelaskan mengapa kau berada di sini dan siapa dia?" Aku merasa sangat kesal sehingga aku langsung masuk dan meninju laki-laki yang lumayan tampan itu.

Anna berteriak dan langsung berlari menolong bajingan itu. Ia mengabaikan pertanyaan ku dan langsung membawa laki-laki itu ke ruang tamu untuk di obati. Setelah Anna selesai mengobati nya, ia langsung menghadap ke arah ku dengan tatapan yang sangat mematikan. Aku sungguh tidak menyangka ia akan membela nya dan menatap ku dengan benci.

"Apa yang kau pikir kau lakukan huh? Kau memukul nya dengan keras padahal dia tidak berbuat apa-apa dan kau bahkan tidak mengenalnya" teriakan Anna membuat ku sedikit sadar dengan perbuatan ku yang tidak masuk akal.

"Melakukan hal yang benar. Kau pikir aku akan membiarkan satu pun laki-laki berada di kamar hotel yang sama dengan tunangan ku huh?" Aku berteriak karena kesal melihat bajingan itu menyeringai ke arah ku.

"Tidak, itu sama sekali tidak benar. Ini baru adik ku yang berada di sini, jadi kalau ayah ku yang berada di sini kau juga akan memukul nya huh?" Sepertinya telinga ku ingin pecah mendengar nya berteriak, tapi aku lebih shock terhadap perkataan nya. Aku tidak menyangka kalau bajing- laki-laki ini adalah adik nya. Dan setelah di pikir - pikir, Anna memang memiliki seorang adik laki-laki. Kalau aku tidak salah, nama nya adalah Ethan.

Aku merasa bodoh sekaligus malu karena telah bersikap seperti itu. Aku langsung meminta maaf kepada mereka berdua atas sikap kurang ajar ku.

"Aku harap, kau bisa memenuhi permintaan ku terlebih setelah tunangan mu memukul ku dengan keras" nada bicara nya seakan memerintah, yang membuat ku berpikir kalau ia membenci Anna.

"Pergilah, aku akan mengurus nya. Tapi kau tahu akibat nya jika kau sampai berulah. Untuk sekarang, aku membiarkan kau memegang untuk dapat membuktikan nya pada papa. Jadi, lakukan lah dengan benar dan kau akan memiliki nya" setelah ia mengiyakan perkataan Anna, Ethan pun meninggalkan kami berdua di sini.

Jika aku mengingatnya kembali, Anna memang tidak pernah berbicara sedikit pun mengenai saudara-saudari nya. Seperti nya dugaan ku benar kalau Anna tidak memiliki hubungan yang baik dengan saudara-saudari nya. Memiliki nya? Ethan pasti menginginkan perusahaan keluarga nya. Dan sekarang aku harus menyiapkan mental untuk menghadapi nya yang sedang emosi ini.

"Sepertinya sifat menyebalkan itu kembali lagi ya" ia membereskan kotak obat dan mengembalikan nya ke tempat nya.

"Tidak, aku bertindak seperti apa adanya" aku mendekati nya agar dia dapat mendengar ku, ia menghindar dan kembali ke ruang tamu.

"Apa adanya? Kau bertindak seperti psychopath tapi, kau bilang itu apa adanya?" Ia berbalik menghadap ku dan mengatakan nya dengan marah yang sangat terlihat.

"Mengapa aku harus merasa salah bertindak seperti itu? Lagipula itu adalah respon yang jelas bagi semua laki-laki kalau mengalami hal seperti tadi" aku mendekati nya dan ia mulai mundur ke belakang.

"Tentu saja salah, kenapa semua laki-laki harus menggunakan tinju terlebih dahulu daripada berbicara huh" padahal ia sudah terlihat seperti kucing yang ketakutan tapi masih berani menunjukkan taring nya.

"Anna, aku hanya tidak suka kau berada dekat dengan laki-laki lain. Kenapa pula kau harus kabur, kau telah menyetujui menjadi tunangan ku yang artinya kau tidak akan pernah bisa lepas dari ku" Kali ini ia sudah tidak bisa lolos, aku mengurung nya di antara diri ku dan dinding dengan kedua tangan ku berada di sisi kepala nya.

"Aku merasa arti bertunangan dengan mu adalah seperti burung yang kau kekang" mendengar hal itu, langsung membuat ku kembali kesal. Jadi, ia selama ini merasa di kekang dengan bertunangan dengan ku.

"Akan ku perlihatkan bagaimana beda nya antara di kekang dan di sukai" setelah mengatakan hal itu, aku langsung menutup bibirnya dengan bibir ku agar ia tidak kembali membantah ku. Di antara semua ciuman yang ku lakukan, ciuman ini merupakan ciuman yang paling manis yang pernah ku lakukan. Karena ia membalas ciuman ku walaupun pada awalnya ia diam karena terkejut.

Setelah melepaskan ciuman kami, aku melihat nya masih tidak percaya dengan yang barusan terjadi. Aku memeluk nya tanpa sadar karena tidak ingin ia lari karena ciuman tadi. Aku juga tidak tahu mengapa aku melakukan ciuman tadi tapi, aku benar-benar tidak ingin ia berada dekat dengan laki-laki lain. Ia hanya diam dan tidak membalas pelukan ku tapi, itu sudah cukup membuat ku tenang. Setelah aku melepas pelukan ku, aku melihat muka nya yang kesal yang mengarah kepada ku. Aku benar-benar tidak menyukai nya saat ia bersikap seperti ini, karena aku yakin ia pasti tidak ingin berbicara dengan ku.

"Anna, kau masih marah?" Pertanyaan ku di biarkan menggantung dan ia memilih menghadap ke samping nya daripada melihat ku.

"Apa kau akan tetap diam dan tidak berbicara dengan ku?" Lagi-lagi hanya diam yang dia berikan.

"Please Anna, I do anything you want. Tapi bicaralah dengan ku, kalau tidak aku akan mencium mu lagi" kali ini setelah memohon, aku juga mengancam nya agar ia mau kembali berbicara dengan ku.

Aku sengaja mendekatkan wajah ku pada nya sebagai tanda aku akan melakukan nya lagi dan ia langsung berusaha melepaskan diri dari pegangan ku pada kedua bahu nya. Aku terus memojokkan nya hingga akhirnya ia berbicara.

"Don't you do it again. Kau selalu melakukan hal semau mu sendiri tanpa memikirkan orang lain" mukanya memerah walaupun ia sekarang berkata dengan suara yang mengancam dan itu membuat ku senang bukannya takut.

"Mengapa? Lagipula kau menyukai nya juga. Tunggu, jangan bilang kalau itu first kiss mu?" Kali ini mukanya tambah memerah dan ia memalingkan wajahnya. Aku senang karena aku adalah first kiss nya walaupun ia bukan first kiss ku tapi ia akan menjadi last kiss ku. Aku kembali memeluk nya karena sangat senang. Aku memeluk nya dengan erat seperti ia akan hilang saat itu juga dan ia membalas pelukan ku.

The Lost LoverWhere stories live. Discover now