Bagian 4

5.1K 240 13
                                    

"Jadi lo udah putus sama Tania?" Tanya Rama penasaran.

"Kan gue bilang juga apa Tania itu punya hobi ganti-ganti pasangan!" Timpal Rifaul yang merasa kesal karena Erlangga tidak mempercayainya.

"Pulang sekolah nongkrong tempat biasa yuk, udah lama nggak nongkrong." Alvin menyela sebelum Rifaul dan Erlangga benar-benar berdebat panjang karena masalah sepele.

"Gas lah!" Tegar yang lama diam pun menyetujui ajakan Alvin toh memang benar sudah lama mereka tidak nongkrong seperti biasa karena sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Tempat yang dimaksud sebagai tempat nongkrong itu bukanlah sebuah Cafe ataupun tempat nongkrong kekinian khas anak-anak hits jaman sekarang, tempatnya seperti warmindo, tempat biasa tapi begitu asri karena di belakang tempat itu terdapat danau dan padang rumput yang masih hijau, sejuk.

Mereka duduk dimeja yang begitu strategis menghadap jalanan membuat suasana disana tidak terlalu sepi. Sepasang mata Erlangga menangkap bayangan Dara yang tengah duduk dengan teman-temannya. Mata Dara tetap fokus pada sebuah layar laptop dihadapannya. Bisa ditebak niat dia ke sini untuk mengerjakan tugas.

"Anak TJK ganteng-ganteng ya?" Atensi semuanya langsung tertuju pada Risha dan setelahnya mengikuti arah pandang Risha terkecuali Dara yang tengah sibuk dengan laptop nya, sibuk menyusun proposal yang harus di serahkan besok.

"Itu yang pakai kacamata kak Alvin kan?"  Tanya Sani yang tertarik pada pemuda berkacamata tapi memiliki iris mata tajam nan rupawan.

"Ganteng ya? Lo harus lihat dia lepas kacamata sih!" Lantas Sani tersenyum membayangkan bagaimana jika Alvin melepas kacamatanya.

"Tapi kak Rama lebih manis dari kak Alvin, lesung nya," Salsa langsung ditatap tajam oleh Sani ya mana bisa pujaan hatinya di bandingkan dengan pemuda lain ya meskipun Rama memanglah manis.

"Ra, dari tadi Erlangga ngeliatin lo." Atensi Dara teralihkan, ia sempatkan untuk menatap Erlangga yang benar sedang menatap ke arahnya, tak lama Dara memilih untuk memutuskan pandangan dari Erlangga.

"Lo suka sama Dara?" Tanya Rama yang menangkap Erlangga terus memperhatikan Dara. Rifaul menatap Erlangga sejenak, raut wajah Rifaul seketika berubah.

"Enggak," Jawab Erlangga yang langsung meneguk kopi di cangkirnya, entah kenapa tenggorokannya terasa tercekat.

"Berani dekati dia gak?" Erlangga mengernyit mendengar pertanyaan Tegar, apa maksudnya Tegar bertanya demikian.

"Berani!" Ini masalahnya harga diri, Erlangga yang sangat amat menjunjung tinggi harga diri bangkit dari duduknya, menghirup oksigen kemudian menghembuskannya pelan.

Kakinya mulai melangkah menghampiri sasaran yang kini tengah memfokuskan netranya pada layar plasma. Ketika jaraknya dengan Dara menjadi dekat nyali Erlangga sempat ciut, jantungnya berdebar-debar, butiran hangat keringat mulai mengalir dari keningnya. Teman-teman Dara begitu terkejut ketika sosok Erlangga menghampiri mereka. Dara tak qpeduli dengan apa yang Erlangga lakukan, matanya tetap tertuju pada layar laptop.

"Ra..." panggil Erlangga yang hanya di balas tatapan dingin tanpa ekspresi oleh Dara. Rahma menyenggol lengan Dara memberi kode agar Dara bersikap sedikit ramah pada Erlangga. Dara yang ditegur hanya memutar bola matanya malas kemudian memfokuskan kembali dirinya pada laptop.

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now