Bagian 11

3.3K 167 4
                                    

Saingan yang satu pun belum sampai aku kalahkan, malah hadir saingan baru. |Erlangga

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Erlangga sering melihat Dara duduk dan berbicara dengan seorang lelaki. Erlangga tak mengenal lelaki itu, yang dia tau lelaki itu adalah kakak kelas Dara. Erlangga sering memperhatikan gerak gerik sang pria yang sepertinya ia menyukai Dara.

"Satu aja belom kelar, udah datang lagi." Gumamnya dalam hati.

Erlangga berpura-pura lewat dihadapan mereka mencoba menganggu Dara dan Agas. Ya Agas, Agas yang sedang duduk bersama Dara. Dara hanya menatap Erlangga bingung, kenapa sikapnya seperti itu?
Erlangga berbelok pergi ke kantin. Dara hanya bisa menatap punggung Erlangga yang semakin mengecil bersama lalunya.

"Sampai hari ini gue gak tau maksud lo buat deketin gue, Lang. Gue gak tau lo bener suka sama gue, atau hanya sekedar jadi bahan taruhan lo sama Rifaul aja." Batin Dara.

"Kenapa Ra?" Tanya Agas membuyarkan lamunan Dara, Dara mengerjapkan matanya beberapa kali ketika ia mulai menguasai dirinya.

"Kenapa apanya?" Tanya Dara.

"Itu Erlangga kenapa?" Tanya Agas balik.

"Lo kenal?"

"Cuma tau, ketua futsal kan?" Dara hanya membalasnya dengan anggukan.

●●●

Dara melihat Erlangga yang tengah duduk sembari bersenda gurau dengan kawan-kawannya di kursi kantin. Merasa di perhatikan, Erlangga menatap Dara hingga mata mereka saling bertemu. Tapi ada yang berbeda, mata Erlangga tidak hangat seperti biasanya. Apa mungkin Erlangga benar-benar marah padanya? Apakah Erlangga akan membencinya akan sikapnya pada Erlangga? Erlangga membuang pandangannya kearah semula. Kenapa rasanya sakit ketika Erlangga melakukannya seperti ini? Kenapa? Bukannya Erlangga dulunya selalu seperti itu padanya?

Dara tersadar dari lamunannya ketika seseorang menepuk bahunya sedikit keras. Dara menoleh pada orang yang menepuk bahunya itu.

"Woy!" Sahut seorang pria dengan senyuman khas nya. Tubuhnya lebih jangkung, membuat Dara harus mendongkak untuk menatapnya. Dara menatapnya kesal, tapi kemudian senyuman memburat di wajah manisnya.

Bletuk!

Tangan Dara mendarat di kepala pria tersebut. Pria itu meringis sembari memegang ubun-ubun kepala yang Dara jitak.

"Ah jahat." Ringisnya sembari mengusap puncak kepalanya. Dara tersenyum kemudian memeluk pria tersebut. Pria tersebut membalas pelukan Dara. Dara melepaskan pelukannya. Ia tersenyum sembari mengusap-usap pipi pria itu kemudian dengan gemas, Dara mengacak-acak rambut sang pria.

"Lo masih galak aja."

"Lo masih ngeselin aja." Balas Dara.

"Dzikri!" Teriak Rifaul sembari berlari menghampiri Dara dan Dzikri. Keduanya melemparkan pandangan pada Rifaul. Rifaul berhenti dengan nafas yang terengah-engah, Ia mencoba mengatur nafasnya.

Bletuk!

Rifaul yang baru datang langsung menyentil kening Dzikri.

"Gue kan suruh tungguin, malah masuk, untung satpam gak marah. Masih pake seragam SMP lagi, ntar dikira anak nyasar mau lo?" Sahut Rifaul geram.

"Elah maaf bang, lagian satpam juga biasa aja. Gue kangen nih sama dia." Tunjuk Dzikri pada Dara dengan dagunya. Ya dia adalah Dzikri Alfian. Dia adik dari Rifaul, Rifaul Haris Adelard. Kemudian Rifaul menyuruh Dzikri dan Dara duduk diantara teman-temannya.

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now