Bagian 16

3K 144 9
                                    

He came to break your heart

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

He came to break your heart.

*****************************************

Setelah melihat apa yang terjadi pada Alexa, Erlangga mulai terpikir akan Dara. Bagaimana jika hal serupa terjadi pada Dara dan dirinya ataupun siapa tak bisa menolong? Apa yang akan terjadi pada diri seorang Dara nantinya? Erlangga segera menggeleng dan menepis semua pemikiran negatif yang kemungkinan akan menimpa diri Dara.

Seminggu lagi Prakerin, kemungkinan besar juga ia akan meninggalkan Dara selama 3 bulan. Pikirannya terbayang- bayang siapa yang nanti akan menjaga dan mengawasi Dara, sedang Dara adalah salah satu murid perempuan yang sering menjadi incaran para pria iseng di sekolahnya. Terlebih Agas.

"Fa, Dara jadi ikut muncak besok gak?" Tanya Tegar yang sedang mengecek barang bawaannya. Erlangga menoleh ketika nama Dara terdengar. Nyatanya sudah ada yang mengajak Dara, dia kalah cepat.

"Ikut, temen-temennya juga ikut. Beberapa." Jawab Rifaul.

"Bagus, cuci mata." Sahut Rama meringis.

"Dia gak nginep dirumah lo, Fa?" Tanya Tegar.

"Dia gak akan mau." Jawab Rifaul. Erlangga menggangguk pelan sembari membereskan barang yang akan ia bawa besok.

"Dara deket ya sama Agas?" Tanya Rama.

"Pacaran katanya." Sahut Dishi. Erlangga dan Rifaul dengan kompak menoleh pada Dishi, kemudian saling pandang satu sama lain.

"Apa?! Dara gak tau si Agas sama brengseknya kayak si Andra?" Tanya Tegar emosi.

Erlangga bangkit dan keluar dari dalam kamar Rifaul, pergi ke taman belakang. Ia keluarkan ponsel dari saku celana nya. Ia cari sebuah nama di kontaknya. Setelah dapat, ia langsung menempelkan benda pipih itu di telinganya.

 Setelah dapat, ia langsung menempelkan benda pipih itu di telinganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Halo."

Tak ada sahutan dari si penelpon, hanya ada isak tangis yang terdengar di seberang sana. Erlangga termangu dan tak berani bertanya hanya mendengar isak tangis dari si penelpon saja. Erlangga pikir jika ia perlu bercerita, pasti ia akan berbicara.

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now