Bagian 35

1.8K 111 5
                                    

Playing Now: Audy Item_ manangis semalam

Kamu tau waktu terlalu kejam, aku jadi membenci kita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kamu tau waktu terlalu kejam, aku jadi membenci kita. Bahkan melihat wajah satu sama lain pun sudah menjadi sulit bagi kita.

*****************************************

Dara merenungkan dirinya dikamar sembari menatap kertas kosong yang sedari tadi tak ada satu kata pun yang Dara tulis. Dia mengetukkan pulpen pada meja belajarnya sehingga menimbulkan sebuah irama yang sendu, sesendu dirinya kala itu.

Dara selalu memikirkan Erlangga setelah satu minggu ini mereka putus. Sebenarnya tak ada salah satu yang tersiksa, tapi keduanya lah yang sama-sama tersiksa. Tidak menyapa meski saling bertatap muka itu sangat menyakitkan, saling memendam kerinduan yang sama, ingin menyapa tapi mereka sadar mereka siapa. Kalau saja setiap cinta yang berakhir di dunia ini berakhir dengan pertemanan, pasti akan menyenangkan. Pikir Dara.

Dara membuka laci meja belajarnya. Ada sebuah novel yang Erlangga berikan dulu, Novel milik Boy Candra yang berjudul 'Senja, Hujan & Cerita yang telah usai'. Dara membawa novel tersebut dan membukanya asal.

Tepat pada halaman 37 Dara membuka novel tersebut disana tertulis 'Pada Hari itu Aku Merasa tujuan kita tak lagi sama'. Dara termenung sembari menatap judul yang baru saja ia baca. Kemudian matanya menjelajah lebih pada setiap kata dalam halaman tersebut.

"Pada hari itu aku seolah yang tidak mencintaimu. Aku memilih menjadi orang yang tega melepaskanmu. Aku tidak memilih untuk menahanmu. Tidak menggenggam lengan dan memeluk tubuhmu. Membiarkanmu pergi begitu saja. Tidak melakukan apa-apa agar kamu tetap ada disini bersamaku. Semuanya seperti angin yang berembus semakin jauh. Serasa air yang mengalir semakin jatuh ke lembah-lembah yang lebih rendah. Aku bahkan tidak paham mengapa aku bisa begitu. Tidak mengerti, rasanya lega sekaligus takut tak terkira. Aku kebingungan dengan diriku sendiri."

Mata Dara mulai berkaca-kaca, setetes air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Nyatanya Dara belum bisa terima dengan hubungannya kini dengan Erlangga. Dara tak munafik, dia mendamba Erlangga untuk kembali, Dara bodoh, Dara egois, dan sekarang Dara menyesali semua sikapnya selama ini pada Erlangga.

Ponsel Dara berdering, layar ponselnya menyala menampilkan sebuah nama 'Erlangga'. Dara menghapus air matanya dan meraih ponsel miliknya itu.

Keduanya masih diam tak ada yang mulai pembicaraan. Ya memang canggung.

"Dara..."

"Hm?"

"Aku mau ngomong sama kamu, kamu bisa ketempat biasa kita, maksudnya aku sama kamu dulu."

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now