Bagian 33

2.2K 122 5
                                    

Playing Now: House Of Cards (Full Length version)_ 방탄소년단 (BTS)

Setelah kepergian sang Ayah yang hubungannya dahulu bisa dibilang tidaklah harmonis, Dara termenung sendirian di sudut tirai jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kepergian sang Ayah yang hubungannya dahulu bisa dibilang tidaklah harmonis, Dara termenung sendirian di sudut tirai jendela. Setelah pemakaman sang ayah, Dara merasa sangat kehilangan ayah nya itu. Derai air mata masih setia membasahi pipinya, hingga matanya sembab.

"Jangan sedih berkepanjangan, Ra. Ini jalan Tuhan, Tuhan tau apa yang aka terjadinya kedepannya dengan adanya kejadian ini." Dara menoleh sedikit kearah sumber suara, kemudian menghapus sisa air mata yang masih basah di pipinya.

"Minum dulu." Erlangga memberi segelas air putih hangat pada Dara. Dengan gemetar Dara meraih gelas yang Erlangga berikan lalu meneguknya dengan rakus.

Erlangga menatap Dara serius.Dara membuang pandangannya agar jauh dari pandangan Erlangga.

"Lang hiks hiks." Dara menangis, ia sudah berusaha untuk menahan air matanya agar tidak mengalir kembali tapi itu tidak mudah seperti membalikan telapak tanga.
Erlangga menarik Dara dalam pelukannya sedangkan Dara menangis tersedu-sedu di dada Erlangga.

"Jangan sedih, Ra. Semua orang ada buat kamu, aku juga ada buat kamu. Kamu gak sendirian. Jangan nangis lagi, papa pasti sedih kalo liat kamu sedih kayak gini. Mana Dara yang Erlangga kenal, Dara yang Erlangga kenal itu gak suka nangis." Erlangga menghapus air mata Dara dengan ibu jarinya.

"Semua orang akan pergi, Lang." Ucap Dara.

"Aku tau, Ra. Tapi sebelum itu terjadi, baik aku atau kamu yang pergi, kita bisa ngisi waktu yang tersisa itu dengan senyuman, bukan tangis kayak gini."

"Maaf, Ra. Aku sempat egois, maaf aku sempat berfikiran kalo kamu itu bosen sama aku, maaf gak selalu ada buat kamu, maaf." Lanjut Erlangga.

"Dara kata tante Makan dul....lu..." suara Gifar kian memelan kala ia melihat Erlangga yang sedang berdua di balkon kamar Dara.

"Eh sorry, gue kira gak ada juragan disini." Ucap Gifar sembari menggaruk tengkuknya.

"Sialan lu, lagi romantis juga." Erlangga mendengus kemudian memalingkan wajahnya dari pandangan Gifar.

"Makan dulu tuan putri, nanti apel nya di sambung lagi sama juragan."

Dara terkekeh mendengar lawakan Gifar. Tidak berubah, benar-benar tidak berubah, Gifar masih tetap saja Gifar yang dulu, Gifar yang selalu membuat Dara tersenyum meski dengan lawakan dangkal sekalipun.

Erlangga benar, Dara tidak sendirian. Banyak orang yang sayang padanya, tidak hanya satu tapi lebih dari itu. Meski satu orang telah meninggalkan Dara, tapi beribu-ribu orang disana ada untuk Dara.

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang