Bagian 14

2.9K 137 11
                                    

Kejar yang menurutmu dirasa sanggup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejar yang menurutmu dirasa sanggup. Takkan ku larang. |Erlangga

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪


"Udah lah Lang, cukup."

"Terus sekarang lo mau gue gimana? Mau gue jauhin apa gimana?"

"Gue gak minta lo buat jauhin gue, Lang. Tapi kalo emang menjauh itu yang terbaik buat lo, itu terserah lo." Jawab Dara.

"Makasih karena udah masuk dalam kehidupan gue yang hitam." Setelah mengatakan kalimat itu keduanya sama-sama terdiam. Dara bingung sekarang, ia harus bagaimana dengan Erlangga.

Tak lama setelah menembus macetnya kota, mereka sampai dirumah Dara. Dara turun dari motor dan memberikan helm yang ia kenakan kepada Erlangga.

"Gue pergi ya?" Kemudian Erlangga menyalakan mesin motornya dan melesat pergi dari pekarangan rumah Dara. Entah kenapa, kata 'pergi' dari Erlangga terasa pilu di dengar, rasanya seperti Erlangga benar-benar akan pergi meninggalkan Dara.

Dara masuk kedalam rumahnya dengan langkah lemah. Terdapat ayah dan ibunya di ruang keluarga, tanpa menyapa sedikit pun Dara segara berlari menaiki tangga menuju kamar nya. Wisnu dan Ayana saling tatap menimbang perilaku putri nya yang tak seperti biasanya.

Dara segera menyimpan tas miliknya di meja belajar, ia longgarkan dasinya yang menggantung di leher, kemudian  merebahkan tubuhnya diranjang. Matanya tertuju pada langit-langit berwarna biru langit dengan lukisan awan-awan putih di atasnya, di benaknya muncul wajah Erlangga. Ia salah, dirinya salah besar pada Erlangga, seharusnya Dara tak bersikap seperti itu, setidaknya Dara bisa menghargai sedikit saja perjuangan Erlangga. Bodoh! Dara mendengus keras kemudian ia pejamkan matanya.

Tak lama ponsel miliknya berdering. Dara bangkit dan mengambil ponselnya dari dalam tas, ia lihat satu panggilan masuk dari Gifar. Matanya membulat sempurna ketika membaca nama yang tertera di layar benda pipih miliknya. Tak menunggu lama, Dara segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo Gifar?" Dara menggigit bibirnya menahan teriakkan karena senang.

"Halo Dara, ini tante."

Mendadak bahu Dara melemas. Ia kira Gifar yang menghubungi dirinya, ternyata ibunya.

"Iya ada apa tante?"

".........."

"Hah?!"

"......"

"Iya, iya tante, Dara kesana. Makasih tante udah kasih tau Dara."

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang