Bagian 17

2.9K 140 13
                                    

Gunung Guntur itu memang indah, tapi keindahan mu berhasil mengalahkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gunung Guntur itu memang indah, tapi keindahan mu berhasil mengalahkannya.|Erlangga

*****************************************

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, kereta api sudah berhenti di statiun Leles, Kabupaten Garut. Mereka semua segera mengambil career masing-masing lalu turun satu bersatu dari gerbong kereta. Udara tengah malam begitu dingin di kota Garut ini. Keadaan stasiun pun tidak begitu ramai karena ini malam hari.

Mereka duduk sebentar sembari menunggu seseorang datang menjemput mereka. Dara masih duduk dengan kawan-kawannya. Matanya merah tanda bangun tidur, ia hanya bisa diam karena belum sepenuhnya nyawanya kembali.

"Rama, masih lama kagak?" Tanya Tegar yang mulai kedingingan.

"Gak tau. Katanya bentar lagi nyampe." Jawab Rama.

Tak lama kemudian seorang perempuan berteriak memanggil nama Rama. Mereka semua menoleh ke arah suara. Perempuan itu menghampiri Rama dengan setengah berlari.

"Meuni lama." Ujar Rama.

"Hehe iya atuh maaf." Jawab Nurul cengengesan.

Nurul. Nurul adalah sepupu Rama dari Garut. Ibunya Rama adalah kakak dari Ayah Nurul. Dan tugas Nurul disini, untuk mengantarkan Rama beserta teman-temannya ke gunung Guntur.

"Imut." Bisik Dishi.

"Syyuuttt." Sahut Tegar sembari melotot.

"Teh Nurul? Udah lama gak ketemu." Sahut Dzikri dengan senyum khasnya.

"Eh...Dzikri? Alah yaampun Dzikri meni udah gede pisan. Makin ganteng wae ih." Ujar Nurul yang tak percaya.

"Kenapa kenal?" Tanya Rama.

"Partner muncak atuh ini mah." Jawab Nurul.

"Kesini sama siapa?" Tanya Rama.

"Sama bapak, yuk udah malem biar pada istirahat dulu." Sahut Nurul.

Mereka semua beranjak sembari membawa barangnya masing-masing menuju mobil kolbak milik ayah Nurul.

"Garut dingin ya." Sahut Dara sembari menaikan rasleting jaketnya sampai ke dagu.

"Masih dinginan lo kali." Ujar Erlangga. Semua mata dengan serempak menoleh ke arah Erlangga. Erlangga hanya menaikan sebelah bahunya tanda tak peduli.

"Kode keras." Sahut Tegar.

"Besok mau nanjak jam berapa?" Tanya Nurul memecah kecanggungan antara Erlangga dan Dara.

ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now