Chapter 14: Ended Up Hurt (Greyson's POV)

547 26 0
                                    

"ARGGHH!!" aku menendang bebatuan ke danau . Ya , aku sedang sendirian di sana. Hanya ditemani beberapa kicau burung.

Sekarang apa?! Aku kehilangan Lauren. Layla sudah milik Dylan. Bodoh!

Aku merasa sangat bodoh. Sangat sangat bodoh.

Aku jalan kembali ke rumah dengan perasaan sangat kecewa.

Aku merebahkan diri di kasur. "I'm sorry Lauren.. I'm so sorry.." bisikku.

"Layla I'm sorry.. Maafkan aku atas semua kesalahanku selama ini. Dari kecil hingga kini aku telah membuatmu resah. Kita "hampir" di sana.. Kau tau maksudku kan? Ugh."

Aku berbicara sendiri seolah Lauren dan Layla ada di sana. Sekarang aku diselimuti kesendirian...

.

.

.

.

.

.

.

.

Hari-hari telah berlalu.. Aku sering melewati jam makanku karena terlalu banyak pikiran. Di sekolah aku kurang konsentrasi dengan pelajaran, dan nilai-nilaiku banyak yang turun..

Aku jarang mengikuti les-les terutama les piano karena terlalu banyak menghabiskan waktu berdiam di tepi danau. Aku seperti orang gila.

Mom & dad sering mempertanyakan keberadaanku. Aku sering telat pulang. Aku sering melamun.

Aku sering berbicara sendiri dan membuat teman imajiner. Aku bukan "Greyson Chance" yang dulu orang-orang kenal.. Aku lebih suka diam sekarang. Bahkan Troy, sahabat karibku mengakuinya. Apa aku depresi ? Entahlah.

Aku lebih menikmati kesendirian sekarang.

...

.

.

"Greyson? Greyson buka pintunya, sayang..Ayo makan.!" terdengar suara mom yang terdengar khawatir dari balik pintu kamar. Aku yang sedaritadi mengunci diri pun beranjak dari kasur dan membuka pintu.

"Mom, aku tidak lapar.." aku menjawab dengan tersenyum ke arahnya.

Mom seketika terkejut melihatku..

"Kau ini sebenarnya kenapa nak..?" ia memegang wajahku erat. "Lihat, kan? Wajahmu pucat.. Kau terlihat seperti orang yang kekurangan gizi, sayang.."

Tiba-tiba ia menangis di hadapanku.

Ya tuhan, kumohon jangan membuatnya menangis.. Hatiku luluh jika ada seseorang yang menangis, apalagi seorang perempuan yang ku sayangi seperti mom..

Aku memegang erat tangan mom. "Mom, aku tak apa.." lalu memeluknya erat.

Aku merasa lemas saat itu dan kepalaku sangat pusing. Aku tak kuasa menahan sakit..

.

.

.

.

.

.

.

.

Seketika aku terjatuh di sebuah taman. Aku melihat seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman...

Aku menghampirinya..

Layla.

Aku duduk di sampingnya.

"Sedang apa kau di sini?" aku bertanya kepadanya. Ia hanya tersenyum.

"Aku ingat kau.. Kau Greyson, kan?" . Sebenarnya apa yang ia pikirkan.

"Kau yang waktu itu memanggil-manggil namaku di tengah-tengah alunan pianomu , kan? Kau yang waktu itu membuatku berlari sejauh-jauhnya.. Lalu aku kembali beberapa tahun kemudian dengan perasaan rindu kepadamu . " ia tertawa.

"Kau tau? Aku mencintaimu, Greyson.." ucapnya. Ia mengecup keningku.

APA?! Ia.. Ia mencintaiku..

Dengan perasaan sangat senang aku memegang tangannya.

" aku tau itu.. Layla. Aku tau selama ini bahwa kau berperasaan sama kepadaku, seperti halnya perasaanku kepadamu.."

.

.

Aku menatap mata cokelat indahnya.. Home is in her eyes..

Aku menatap matanya sangat lama, lama-lama sinar matahari yang silau membuat matanya bersinar lebih terang membuat pandanganku buram.

Aku mencoba membuka mataku lebar tapi tidak bisa..

Sinar itu terus menyinari mataku.

.

.

.

.

.

.

Aku dapat melihat lebih jelas. Ternyata..

Hanya sebuah lampu terang yang daritadi menyinari pandanganku.

Aku melihat tangan kiriku.

Infus?

Di mana aku? Di rumah sakit?

.

.

.

"GREYSON!" Alexa berteriak. Ia memelukku erat.

"Alexa? Aku kenapa?" aku bertanya. Setauku aku sedang tenggelam dalam pelukkan ibuku yang selalu membuatku merasa nyaman..

"Tadi kau pingsan.. Mom dan dad khawatir denganmu. Sangat khawatir.. Kau menderita.. Typhus." ujar kakakku.

"Oh."

...

"Kau ini sebenarnya kenapa, nak?" dad menghampiri.

"Selama ini kau jarang makan dan bertingkah aneh. Aku sangat khawatir denganmu.." ujarnya.

"Mungkin terlalu banyak pikiran. Atau aku terlalu lelah. " jawabku.

"Memangnya kau memikirkan apa?" tanya dad.

Aku terdiam sejenak tak tau apa yang harus kukatakan.

"Tugas sekolah." aku berbohong.

"Entahlah dad, aku .. Kelelahan mungkin. Aku tak tau.." ujarku. Ia mengusap kepalaku.

"Tak apa, tak usah dipikirkan lagi. Fokuslah ke depan, jangan tinggal di masa lalumu. Kau akan segera sembuh.." ujarnya.

Itu dia! Aku harus fokus kedepannya.. Aku tidak boleh tinggal di masa laluku, apalagi masa lalu yang "menyakitkan".

Hari itu aku hanya beristirahat sembari berbaring dengan lemah. Aku tidak percaya lelaki seperti diriku akan berakhir di sini. Aku lelaki yang kuat. Jangan mempermalukan yang lain dengan menjadi seperti ini.

Tapi apa daya? Aku hanya seorang manusia yang lemah..

Piano Love~ Greyson Chance love story [COMPLETED]Where stories live. Discover now