Chapter 45: Cold Lonely Days

367 15 0
                                    

Waktu berjalan sangat cepat. Sampai tak terasa, musim panas serasa telah lenyap dalam sekejap mata.

Mulai sekarang, memori di musim panas baik tahun ini maupun tahun sebelumnya, hanya menjadi berkas di memori.

Awal September.

Dingin sudah merajalela..

.

.

.

Aku duduk di bangku taman sendirian. Tanpa Greyson, yang setiap hari menjemputku dari kelas untuk ia ajak ke sini.

Kini tidak ada 'guru Matematika' sejati lagi, yang bisa kuajak bercanda sekaligus serius pada waktunya.

"Aku penasaran, apa yang sedang kau lakukan di sana.." gumamku.

Aku memasuki ruang kelasku , 9A.

Kini di kelas aku tak punya teman dekat.. Laura jauh berbeda kelasnya denganku.. 9H .

...

' how is your day, Greyson? Bagaimana sekolahmu di Edmond High School of Art? Sudah punya teman baru, kah? '

Ingin rasanya mengeluarkan kata-kata itu dengan empat mata. Tapi aku tak bisa membayangkan sesibuk apa ia di sekolah khusus kesenian itu. Bakatnya harus diasah dengan tajam, karena sangat mempengaruhi masa depannya..

.

.

.

Aku bermain-main di taman dengan teman-teman baruku. Tapi mereka tidak bertahan lama, sekalinya melihat yang lain.. Aku ditinggali.

Mungkin aku masih harus beradaptasi dengan teman-teman baru di kelas 9.

.

.

.

Huftt..

Aku duduk di tempat kesukaanku, pinggiran air mancur. Meningat dulu aku pernah menolak Greyson karena Dylan..

"What a memory, haha.." ujarku. Saat bel masuk, aku menjalankan aktivitas seperti biasa..

Belajar, serius, ke cafetaria. Dulu hal tersebut bukanlah kendala besar bagiku. Karena ada Greyson yang selalu menemaniku kemana pun aku berada..

.

.

.

"Sudahlah, Layla. Ia bukan pindah rumah.. Ia hanya sudah tidak bersekolah di sini lagi. Kau hanya 'melebih-lebihkan' .." gumamku. Angin kencang sesekali menyibak rambut panjangku.

Aku ke perpustakaan pada jam-jam istirahat. Lagi-lagi melihat buku tahunan angkatan Greyson. Melihat photoshootnya , dan identitasnya.

"Nama: Greyson Chance

Hobi : bermain piano, mendengarkan musik, membuat lagu, bernyanyi

Cita-cita: pianis, penyanyi, penulis lagu "

"Great.." ujarku.

Aku kembali ke kelas dan biasanya ke cafetaria di jam istirahat ke dua.

.

.

.

.

Tak ada Greyson, aku merasa tidak ada tempat untuk berlindung, dan bahu untuk menangis, a shoulder to cry on.

Selama setidaknya tidak ada orang seperti Gathy. Aku baik saja. Aku bukan orang tepat untuk menyaingi 'queens of school' .

Aku orang biasa saja, yang bisa marah karena habis kesabaran.

...

Masa-masa kelas 9 terbilang sibuk. Belum lagi, tugas menggunung, dan persiapan ke SMA. Semakin tipisnya kesempatanku untuk menemui Greyson.

Tapi Greyson sering mengunjungiku di akhir pekan. Membantu tugasku, dan soal ulangan. Tak peduli betapa sibuknya pula ia..

Kini aku menjalani masa kelas 9 ku dengan serius, juga penuh kesepian. Aku sering pergi ke ruang bina konseling untuk meminta saran guru bagaimana agar aku bisa mengatur waktu, bahkan aku pernah meminta saran agar aku tidak terlalu sering memikirkan Greyson yang sudah berada di SMA, yang terkadang membuatku tak fokus.

Berbagai macam saran diberikan, tak juga satu kuberhasil melakukannya. Memang cukup sulit untuk melakukannya.

.

.

.

.

Cold lonely days. Di mana bayangan Greyson terpampang jelas dalam imajinasiku berjalan di lorong sekolah, menghampiriku, dan mengajakku pergi bersama. Entah itu ke taman, cafetaria, perpustakaan, bahkan kelasnya sendiri.

Di mana seorang Greyson tak bisa setiap hari bersamaku.

Piano Love~ Greyson Chance love story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang