Chapter 52: I Miss You

404 18 0
                                    

" You .. And I ..

We're like fireworks and symphonies exploding in the sky..

With you I'm alive..

Like all the missing pieces of my heart, they finally collide..

So stop time right here in the moonlight 'cause I never wanna close my eyes.."

Lagu 'Sad Song' mengalun merdu di telingaku seraya aku meneguk teh chamomile di pagi hari itu..

Aku ikut bersenandung pada bagian reff nya;

"Without you, I feel broke..

Like I'm half of a whole..

Without you I've got no hand to hold..

Without you I feel torn like a sail in the storm..

Without you,

I'm just a sad song.."

Liriknya benar-benar menyentuh hatiku, pas buat diriku yang saat itu sedang diterpa kesendirian.

Tak terasa, air mataku mengalir dari pelupuk mata. Aku terus membolak-balikan album foto yang penuh cerita seiring berjalannya waktu. Album foto tua yang masih menyimpan kenangan, saat aku dan Greyson kecil, foto saat musim salju 7 tahun yang lalu, ulang tahunku, ulang tahun Greyson, sampai kencan "stargazing" kami yang ketiga kalinya.

.

.

"Hey, Layla! What's wrong?" ujar Trisha, dan Ale disampingnya menghampiriku.

Aku menghapus air mataku.

"Tidak.. Hanya sedikit 'bernostalgia', hehe.." jawabku.

Tiba-tiba Zach dan Chenning ikut menghampiriku.

"Sedang apa kalian?" tanya Chenning sambil menyipitkan matanya yang aslinya sudah benar-benar sipit, sampai terlihat seperti memejamkan mata. Ia memang seorang gadis keturunan Jepang..

"Ahh.. Biarkan aku sendiri kawan-kawan.." perintahku. Mereka semua keluar dari ruang santaiku. Aku menutup pintuku.

Perhatianku kembali ke album foto itu..

"Ughh, aku tidak akan menduga aku akan serindu ini.." aku mengelus foto-foto itu. Aku mengembalikan album foto itu di kotak besar 'kenangan' yang ibu tunjukkan kepadaku bertahun-tahun lalu.

Aku mengambil piano mainan kecilku , yang pada masa-masa itu sering kumainkan dengan Greyson. Tak kusangka ia dapat menjadi sesukses ini.. Buah hasil dari suara emas dan talenta bermain pianonya yang patut diacungi jempol.

.

.

"Hihi.." aku tertawa sendiri, mengingat masa-masa menyenangkanku. Tak kusangka dari pertama kalinya aku melihat ia di ice cream parlor ia dapat menjadi sepenting ini dalam hidupku sekarang..

.

.

Aku sangat merindukan Greyson. Aku ragu apakah jika aku meneleponnya ia akan mengangkatnya atau tidak..

"I think I should call him.." pikirku. Aku segera mengambil telepon genggamku dan menghubungi Greyson.

..

Aku sudah menghubunginya beberapa kali tapi tak kunjung diangkat. Aku takkan menyerah kali, aku meneleponnya sekali lagi..

--

Greyson: "mh.. Hey...sweetheart"

Akhirnya diangkat juga! Greyson menjawabnya dengan suara beratnya yang terdengar seperti orang yang habis bangun tidur. Aku baru sadar bahwa di sana masih pukul 4 pagi..

Layla: "sorry, Grey. I just miss you.. so much.."

Greyson: " me too , sweety.. So sick of all these..."

Layla: "of what?"

Greyson: "urusan-urusan selain pekerjaanku di studio, seperti undangan-undangan tidak jelas, soundcheck sana-sini.. Dan.."

Layla: "eits.. If you love your fans you won't give up on them.. "

Greyson: "aww.. Haha.. Thanks, of course I love them! Tapi, aku ingin cepat kembali ke Oklahoma dan melakukan hal menyenangkan seperti hari-hari dulu.. Aku suka di studio, dan hal itu.. Aku hanya tidak suka mengapa kru ku menyarankanku ke Paris, dan aku sudah menyepakati semua ini. Bagaimana pun juga, penggemarku harus senang dengan keluaran album baru.."

Layla: " Don't worry Grey, kau pasti akan pulang dengan penjualan album yang laris manis :) Oya, maaf sudah mengganggu tidurmu.. Bye."

Greyson: "Wait!! No, please.. Aku masih ingin berbicara denganmu.. I miss you TOO much.."

Layla: "kau harus tidur , Grey.. Pastikan tubuhmu fit. Jangan sampai kau sakit, ingat, kan perjanjian kita di video-call? Kita akan jaga diri dengan baik masing-masing.."

Greyson: "Tapi.. Suaramu adalah obat lelahku.. Ayolahh, aku tak peduli ini malam atau siang.."

Layla: "Hahaha, thank you so much Greyy.."

(Sekitar setengah jam kami berbicara lewat hp, akhirnya pembicaraan selesai, karena Greyson harus bersiap ke studio)

.

.

"Hftt."

Aku merebahkan diri ke sebuah sofa cokelat milikku.

"I miss you Grey:(" ujarku. Aku sebenarnya tak tahan dengan semua ini, ingin rasanya bersamanya lagi.

Aku mengambil sweater dari Greyson dan memeluknya erat.. Aku bisa mencium wangi Greyson. Wangi khasnya yang tambah membuatku 'kangen'.

'Semoga semua ini tidak berlangsung lama' pikirku..

.

.

.

.

.

.

Vote/ comment guys :)

Next chapter? :)

Piano Love~ Greyson Chance love story [COMPLETED]Where stories live. Discover now