Chapter 18: My Boyfriend is a Betrayer

531 25 0
                                    

Sudah 4 hari Dylan tidak datang ke rumah atau kontak denganku.

Aku sangat mengkhawatirkannya..

Malam itu, aku mencoba menelepon Dylan, tapi tidak bisa.

"Elle, kau punya nomer handphone Dylan yang lain tidak?" aku bertanya kepada Elle yang saat itu sudah mengetahui hubunganku dan Dylan.

"Tidak, memangnya ia punya handphone selain yang itu? Coba telepon lagi." ujarnya.

"Tidak bisa Elle, .. Tidak ada jawaban.." jawabku.

Aku pun mencoba meneleponnya lagi.

.

.

.

Syukurlah diangkat..

"KAU SIAPA?! DARITADI MENGGANGGU SAJA!"

APA?! Yang mengangkat adalah suara perempuan!

"Halo? Bisa bicara dengan Dylan?" ujarku.

"TIDAK! Dia sedang bersamaku sekarang.."

Ya tuhan ada suara musik yang sangat keras sekali. Bising sekali.. Sebenarnya ia dimana..

Huft.

"Dimana Dylan?? Kumohon beritahu.." pintaku kepada sang perempuan itu.

"Kau ingin tau?? Dia sedang berada di klub malam bersamaku.. Ahahahaa!!"

KLUB MALAM?! APA DIA SUDAH GILA?!

"Kemarilah kalau berani!" ujarnya lagi . Aku mendengar suara Dylan yang sedang tertawa.

Aku serasa ingin menangis saat itu.

"Klub malam yang mana?" tanyaku.

"Evergloss Night Club, ahahahh"

*klik!*

Telepon dimatikan.

Oh tidak.. Aku harus menemuinya sekarang! Aku tidak ingin mudah percaya omong kosong perempuan itu.

...

"Elle, ada sesuatu yang tidak benar. Kau bisa antarkan aku ke Evergloss? Tadi ada seorang perempuan bilang Dylan ada di sana.." ujarku dengan buru-buru mengganti pakaian.

"EVERGLOSS?! APA DIA KEHILANGAN KEWARASAN?!"

"Elle, kumohon antarkan aku ke sana.. Aku mau membuktikannya.." ujarku.

"Baiklah.."

Aku dan Elle segera turun ke bawah. Elle mengunci-ngunci pintu karena saat itu ibu dan ayah sedang keluar.

Aku masuk ke dalam mobil , Elle segera menjalankan Mobil dan bergegas menuju Evergloss.

.

.

.

.

Sampailah kami di sana. Suasananya tidak terlalu ramai. Aku meminjam sepatu boots Elle yang ber-hak sekitar 15 cm agar mereka dapat mengira aku adalah orang dewasa agar diperbolehkan masuk.

"Kau boleh masuk." ujar sang penjaga.

Di klub malam itu beberapa orang sedang mabuk dan sedang menari-nari tidak jelas di bawah disco-ball.

"Ugh, more like hell." bisikku. Musiknya tak keruan dan sangat bising.

.

.

Aku melihat Dylan sedang bersama seorang perempuan kira-kira berumur 18 tahun. Ia terlihat jauhh tuanya dari Dylan.

Melihat Hal itu, aku tak segan-segan menggebrak meja Dylan.

"Dylan, IKUT AKU. " ujarku.

Aku tak percaya hal ini. Aku telah salah memilih orang!

.

.

.

Aku membawanya ke sudut ruangan yang kosong.

"DYLAN, KAU SUDAH GILA?! INI KLUB MALAM UNTUK ORANG DEWASA!!" seruku dengan sangat keras agar terdengar Dylan.

Matanya sedikit sayu. Sepertinya agak mabuk.

"Aku tahu itu." ujarnya.

"KAU INI MASIH BERUMUR 15 TAHUN! SEMESTINYA AKU TAHU DARI AWAL BAHWA KAU PENGKHIANAT! KAU KEJAM DYLAN..!! Kau sudah beraninya berlaku seperti ini. HATIMU BUSUK! KAU TELAH MEMPERMALUKAN AKU!"seruku. Tangisku pecah saat itu , tak dapat menahan amarahku.

"Layla, kumohon .. Jangan menangis.. Aku minta maaf.." ujarnya.

Bodoh. Segampang itu ia minta maaf.

Aku sadar bahwa ia menyembunyikan sesuatu di tangan kirinya. Aku mencoba mengambilnya tapi ia rebut.

Aku tarik paksa dan.. Ya tuhan!

Sebotol Liquor, minuman keras.

"DYLAN.. BERANINYA KAU! I HATE YOU DYLAN.. SUDAH CUKUP!" seruku.

Aku menamparnya dengan keras dan segera berlari keluar tempat mengerikan itu.

Aku sangat-sangat menyesal telah percaya dengannya. Hatiku tak kuasa menahan sakit..

I HATE YOU DYLAN.

I HATE YOU!

.

.

.

Aku masuk ke dalam Mobil dan membuka sepatu boots milik Elle.

"Layla, kau kenapa?" tanya Elle.

"DYLAN! IA MABUK-MABUKAN DI SANA! MENJIJIKKAN!" aku tak bisa menahan amarah.

"Sudah Layla.. Dia gila. Lupakan saja dia!" ujar Elle sambil menyetir untuk kembali pulang.

Sepanjang perjalanan, aku hanya menangis. Dylan adalah seorang pengkhianat.

Aku sangat berharap ia tidak ada di hidupku lagi dan secepatnya di keluarkan dari sekolah.

.

.

.

.

Aku sampai di rumah. Ibu dan ayah belum juga datang. Aku memutuskan untuk tidur dan melupakan hal itu..

Aku takut akankah semua orang menjauhiku atas kejadian ini?

Entahlah..

Piano Love~ Greyson Chance love story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang