16.

5.4K 288 1
                                    

¤
¤
¤
¤
¤

Aku melangkahkan kakiku untuk masuk kedalam dengan ragu2.

Aku melihat cahaya diruangan ini hanya dari bohlam tua yang kuyakin akan mati sebentar lagi.

Aku melihat garha yang sudah mulai merapikan barang2 yang berserakan, kuakui kalau gudang ini memang cukup terawat karna barang2nya tidak terlalu berantakan dan debu juga tidak terlalu tebal disini.

"Lo mau sampai kapan berdiri kek patung disitu." Suara datar milik garha menyadarkanku dari lamunan.

"Eh?? Ah ya maaf gue bantu kok." Ucapku mulai memasukkan bola pada keranjangnya.

"Kok jadi lo yang diemsih." Ujarku kesal melihatnya dengan santai duduk tanpa bekerja lagi.

"Gue udah selesei, tinggal bagian lo aja." Ucapnya santai. Wah dia gak datar lagi, tapi bodo amatlah aku kesel karna dia menyuruhku membersihkannya sendiri, dasar es batu.

"Sejak kapan kita punya bagian??" Tanyaku sewot.

"Tadi, gue setengah lo setengah." Jawabnya tersenyum menyebalkan. Kampret ganteng sih ganteng kalau senyum tapi yang tulus dong, kalau kayak ginimah malah mancing emosi.

Aku benar2 kesal padanya, aku mengehentakkan kakiku kelantai dengan sengaja hingga menimbulkan suara yang keras.

Klek

Lampu tiba2 mati, aku diam ditempatku, badanku mulai bergetar, mataku berkaca kaca, isakan mulai lolos dari bibirku.

"Angel!" Panggil garha lembut.

"Hikss." Aku tidak menjawabnya bibirku terasa kelu hanya isakan yang terdengar dari mulutku.

"Angel!!" Panggilnya lagi.

Puk

Aku merasakan sebuah tangan yang menyentuh kepalaku lalu mengusapnya lembut.

"Hey, kau kenapa." Garha benar2 berbicara lembut padaku membuat rasa takutku berkurang sedikit.

Dia menarikku kedalam pelukannya, aku membalas pelukannya dengan sangat erat lalu menangis seenggukan.

"Aku disini, jangan takut." Bisiknya lembut sambil mengusap punggung dan kepalaku.

"Kau takut gelap??" Tanyanya yang kujawab dengan anggukan.

Dia menjauhkan badanku melepas pelukannya, badanku kembali bergetar dan rasa takut menghujaniku.

Dia membalik tubuhku hingga punggungku berbenturan dengan dadanya, lalu dia memeluk pingganggku dan menutup kedua mataku dengan telapak tangannya.

Perlahan lahan tubuhku rileks kembali dan isakanku mulai mereda, aku menggenggam tangannya yang berada dipinggangku.

"Apa yang kau lihat??" Tanyanya lembut.

"Tidak ada, hanya gelap." Jawabku dengan suara serak khas orang habis menangis.

"Apa kau takut??" Aku refleks menggeleng.

"Kenapa??" Tanyanya lagi.

"Karna kau memelukku dengan begitu aku tau kalu aku tidak sendiri." Jawabku dengan suara yang mulai kembali normal meski agak serak.

"Nah itu tau, jadi jangan takut kalau ada gelap banyangkan saja aku ada disampingmu dan memelukmu." Ucapnya lembut.

'Terima kasih." Ucapku tulus.

"Ayo keluar dari sini." Ajaknya. Aku hanya mengikuti langkahnya sampai kita berada diluar.

Garha melepas tangannya yang menutup mataku, aku mengerjab untuk menyesuaikan cahaya yang tiba2 menerobos.

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang