✵ Fidèle? || 11 ✵

2.3K 155 13
                                    

Jangan lupa vote &
komen sebanyak-banyaknya
sehabis baca chap ini 🙏💗
Happy reading 🌈

✿.。.:**.:。.✿

Aku tidak dapat bermain
di permainanmu. Aku
tidak mengerti dimana
garis finish permainanmu.
Engkau tidak mempersulit,
hanya saja rasa takut sudah
meliputiku tepat sebelum aku
menyentuh garis 'menang'

✿.。.:**.:。.✿

Dengan buru-buru, cowok berambut cokelat itu mengenakan pakaian yang secara asal-asalan ia kenakan. Sudah menjadi kebiasaan bagi cowok itu untuk tidak menyiapkan berbagai peralatan yang harus ia bawa di hari esok. Slalu menganggap enteng, dan tidak dapat membayangkan bagaimana repotnya jika ia telat bangun seperti saat ini.

Tas ransel itu digendongnya sebelah bahu, berlari ke lantai bawah dan tangan panjangnya langsung mengambil dua helai roti yang terdapat di atas meja makan.

"Sayang, susumu ga diminum?" bagaikan bicara dengan anak SD, Amanda yang berstatus sebagai mama gaul menghampiri buah hatinya yang sedang sibuk mengikat tali sepatu.

"I'm fine, ma. I love you" cowok itu memberi kecupan tepat di pipi kanan mamanya, dan langsung menggigit dua helai roti yang tadi ia ambil sembarangan. Ia langsung mengemudikan mobilnya dengan roti yang masih ditahan dalam mulut. Sempat-sempatnya menoleh ke rumah sebrang yang tampaknya sudah sepi.

"Fuck, I completely late."

✿.。.:**.:。.✿

"Lo ketinggalan banyak, pasti." Adel melepas kacamatanya dan kutu buku berparas cantik itu sudah sibuk dengan tumpukan buku yang berserak di hadapannya.

"Untung lo bisa nemenin." sahut gadis di hadapannya dengan enteng.

"NEMENIN?! OEMJI HELLAW MBAKNYAA!!--"

"Sssst!" penjaga perpustakaan meletakkan jari telunjuk tepat di hadapan bibirnya. Adel yang baru saja berteriak segera tersenyum sopan dan sedikit menunduk.

"Brisik, ah." komentar gadis di hadapan Adel lagi.

"Sar! Gue disini bukan buat nemenin lo. Gue emang kebetulan jam kosong dan gue sempet-sempetin ngerjain PR yang buat minggu depan sankin banyaknya." Adel berucap frustasi. Sara memanyunkan bawah bibirnya dan mengangkat bahu.

"Apa bedanya ama problem gue?" Sara mengangkat sebelah alisnya, membuat Adel mendengus dan mengelus dada.

"Gue ngebut ngerjain tugas biar semuanya selesai. Sementara elo malah TELAT ngerjain tugas! Ya beda, lah! Gue ga semager elo!" celetuk Adel.

"Enak aja, gue kan sakit!"

"Hilih, kepentok kitchen set doang, masa ga bisa ngerjain PR?" sindir Adel dengan sinisnya.

Eh iya juga ya?

"Ih! Intinya gue puyeng mulu!" Sara mengakhiri pembicaraan dengan menutup kedua telinganya dan menggelengkan kepala. Adel tersenyum miring.

Gue lupa kalo gue bikin alasan yang beda dari realita. batin Sara sambil dengan pandangan kosong.

"Sar! Bengong lagi. Kesambet setan gue ga mau tanggung jawab. Bodo amat." Adel menepuk pundak gadis itu dan Sara hanya mengangkat kedua alisnya.

Fidèle? [COMPLETED]Where stories live. Discover now