✵ Fidèle? || 24 ✵

1.4K 125 10
                                    

Tolong di biasakan
untuk vote di awal cerita
dan komen di akhir 💖.

———

What if I'm broken,
while we're not on
the good line, will
you still be here?

🌉🌉🌉

Ruang Emergency

Tulisan tebal itu terpapang jelas di atas pintu abu-abu kusam. Semakin ia mendongakkan kepalanya, semakin panik perasaan yang ia rasakan.

Ia tak henti memprediksikan. Apabila wanita itu selamat, apabila wanita itu koma, atau bahkan bila dokter angkat tangan? Dia tak habis pikir.

Ia tidak siap menghadapi keadaan genting seperti ini. Segalanya terjadi hanya dalam hitungan detik. Detik pertama wanita yang amat ia sayangi itu terjatuh, dan detik berikutnya barulah ada penyelamat. Yakni dirinya sendiri.

Kenapa sgala sesuatu terjadi begitu cepat?

Getaran ponsel yang bersumber dari sakunya berhasil membuyarkan lamunan cowok itu. Ia mengambil dan menatap layar benda itu, yang sudah memapangkan nama "Papa".

Semenjak Amanda masuk rumah sakit, suami yang juga berstatus sebagai kepala keluarga itu memang belum mengunjungi istri dan anaknya. Di tengah kepanikan, cowok itupun berusaha menenangkan diri dan menjawab panggilan itu.

"Halo?"

"Alex, papa baru saja membaca pesanmu. Maaf nak, Papa baru slesai meeting. Banyak proker yang belum tuntas."

"Iya gapapa, Pa. Ada Alex yang bisa nge-back up Papa disini."

"Kenapa mama bisa masuk emergency room? What happend, son?"

"Alex ga tau pa. Tadi Alex pulang mama sudah dalam keadaan terjatuh, trus ada darah yang keluar dari kepalanya. Jadi karena panik Alex langsung manggil ambulans."

"Ya Tuhan.. Yasudah, Papa kesana sekarang, ya?"

"Ga usah kalo papa masih banyak pekerjaan. Alex udah nelpon Febi, Pa. Nanti dia yang bakal nemenin Alex disini."

"You sure? Selambat-lambatnya, Papa kesana jam 8. Is it okay with you?"

"Iya, gapapa, pa. See you soon."

Cowok itu kemudian memutuskan sambungan. Baru saja ia meletakkan benda tipis itu ke dalam saku, tampak Febi membawa sekeranjang buah dari jauh. Wajahnya tidak berseri-seri seperti biasa, rambutnya cenderung berantakan. Dia sama skali bukan "Febi" yang slama ini Alex lihat.

Gadis itu menatap Alex balik, dan semakin mempercepat langkahnya untuk menghampiri Alex.

"Lex?" Febi menyebutkan nama itu amat pelan, menatap Alex dengan pandangan penuh prihatin. Belum sempat Febi melanjutkan kalimatnya, Alex sudah menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya.

Febi tidak menghindar. Febi tidak membantah. Perlahan ia meletakkan keranjang buah yang ia genggam ke atas kursi tunggu, lalu memeluk Alex balik.

Karena dia tau, saat ini hanya ini yang Alex butuhkan. Pelukan hangat, seseorang yang akan mengatakan everything is going to be okay. Seseorang yang akan menemaninya di masa genting. Dan Febi berharap untuk semantara dia dapat memposisikan dirinya sebagai penampumg kesedihan Alex.

Fidèle? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang