Bab XLVII || End

18.2K 1.1K 334
                                    



"Amour.. Wake up.. Hei.."

Suara Lucas terdengar begitu menyedihkan. Tubuh dingin itu terus berada didekapannya. Bahkan teriakan Edmund yang memanggil dokter pack yang memang khusus mereka bawa untuk mengobati parah warrior yang terluka. Namun, semua tak akan percaya jika saat ini Luna mereka yang menjadi korban dari segalanya.

Rencana awal untuk melindungi serta membawa kembali Luna mereka harus pupus. Suara isakan dan kesedihan mengiringi langkah Lucas yang membawa tubuh dingin Flower.

"Lucas.."

Suara serak itu membuat aura kekejaman begitu menguar dari tubuh Lucas. Alex. Pria itu benar-benar pucat pasi saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sosok yang selama ini terlihat begitu menyeramkan itu kini terlihat sangat tampan.

"Menjauh dariku."

"Lucas. Aku. Aku"

Selanjutnya hanya raungan yang sangat keras terdengar. Raungan kemarahan dari sang Alpha. Raungan yang membuat tubuh para warrior bergetar takut. Dalam sekejap tubuh Alex terbanting dengan keras diatas tanah.

Lucas. Tidak, sosok Alec yang kini menguasai tubuh sang Alpha. Iris matanya telah berubah warna. Biru terang. Semua hanya bisa terdiam. Kesempatan itu diambil oleh para dokter pack untuk mengobati sekuat tenaga Luna mereka. Mereka tahu jika itu akan sia-sia. Karena dengan jelas, mereka bisa melihat tubuh Luna mereka terbujur kaku.

Sekali lagi. Keajaiban yang tak terbayangkan membuat suasana menjadi cerah. Secercah harap terbit saat mendengar teriakan salah satu dokter pack. "Alpha! Kandungan Luna! Kita bisa menyelamatkannya."

Bagaimana bisa?

Itulah yang dipikirkan oleh mereka yang menyaksikan keajaiban dihadapan mereka saat ini. Dengan secepat tenaga, Sky membantu menyiapkan tempat untuk Flower. Berbeda dengan Lucas yang masih diam membatu. Ia tak percaya. Bayi mereka. Bayi yang Flow dan dirinya nanti selama ini, akan terselamatkan. Ia tahu. Ia sangat tahu. Flower mengorbankan dirinya untuk melindungi anak mereka. Memikirkan itu membuat air mata Lucas meluncur tanpa disadari.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Kesabaran Lucas habis. Sudah dua jam ia menunggu apa yang kini tengah menyelamatkan bayinya bersama Flower. Tepat sebelum ia memaksa masuk kedalam ruangan yang hanya terbuat dari kain-kain yang dililitkan menjadi sebuah tenda oleh para warrior, suara tangis bayi terdengar keras.

Tangisan bayi itu membuat semua yang menyaksikan kejadian menyedihkan itu menjadi terharu. Keturunan Alpha mereka telah lahir. Sebagian diri mereka ingin bersorak bahagia. Tetapi sebelum melakukan itu, Lucas jatuh terduduk. Tangisannya tak terbendung. Ingatan mengenai kebersamaan ia dan Flower muncul. Melesak bak roket.

"Memangnya kalau anak kita lahir, Luke mau kasih nama anak kita siapa?"

"Hmmm? Aku sudah memikirkannya, Amour. Bahkan sudah lama."

"Benarkah? Siapa?"

"Rahasiaa..." goda Lucas

"Hihhh. Luke.. Kasih tahu!!"

"Cium dulu, Amour."

"Uh. Tidak mau. Flow marah!"

Melihat Flow yang merajuk, tentu saja membuat Lucas panik. Alec sendiri mengomel didalam sana. Entah semakin lama, dirinya semakin senang menggoda istrinya. Bahkan kini terlihat jelas jika Lucas akan melancarkan aksi-aksi jahilnya.

"Yahh.. Padahal aku ingin mengajakmu melihat pembuatan ice cream blueberry. Ya sudah, kalau istriku ini marah.."

Flower yang mendengar makanan kesukaannya disebut-sebut menjadi tergiur seketika. Dengan wajah yang menggemaskan, calon ibu itu memeluk Lucas dari belakang. Lucas seketika menahan tawanya yang siap meledak saat tahu istrinya sudah tergoda dengan rayuannya.

"Luke..."

"Bukannya Mommy ini sedang marah?"

"Flow sudah tidak marah.." gumam Flow manja

"Benarkah?" tanya Lucas pura-pura tak percaya

"Iya.. Jadi Luke mau bawa Flow lihat ice cream kan?"

Seketika tawa Lucas meledak. Istrinya ini benar-benar menggemaskan. Dengan sangat mudah membujuk istrinya yang kini sudah terlihat begitu tembam. Pipi Flow membulat karena masa kehamilannya, ia selalu dicekoki cemilan oleh mertuanya.

"Baiklah.. Kalau begitu, boleh tidak Daddy menengok baby kita terlebih dahulu?"

"Luke mesum!!" pekik Flow dengan wajah yang merona

"Hanya padamu, Amour.."

Setelahnya hanya ada suara-suara aneh yang terdengar dari keduanya. Hingga setelahnya mereka hanya berbaring karena Flow yang kesedihan.

"Jadi? Flow mau tahu nama baby kita.." rajuk Flow

"Gggrrr.. Jangan menggodaku, sayang.." geram Lucas saat merasakan jari Flow yang bergerak memutar didadanya

"Hihiii.. Maaf Luke.."

"Bagaimana jika Lucian?"

"Lucian?"

"Hmmm.. Lucian Albert Gold."

"Flow suka.. Lucian Albert Gold.. Sangat indah."

"Tentu saja, Amour. Anak kita nantinya pasti akan sangat tampan sepertiku.."

Setelahnya hanya gelak tawa mereka berdua yang terdengar. Kegembiraan mereka berdua terus berlanjut hingga dimana Flow belajar merajut bersama dirinya. Flow merengek pada Lucas agar ia ikut belajar merajut bersamanya. Setelahnya hanya suara tawa Flow saat melihat rajutan Lucas yang berwujud benang kusut.

Saat ia tengah mengingat masa-masa bersama Flower, suara Alex membuatnya kembali dilanda amarah yang bergolak.

"Apa maumu sebenarnya? Tidakkah kau sekarang bahagia melihatku jatuh?"

Suara itu. Suara itu membuat Alex merasakan kesakitan yang sama. Ia tahu jika saat ini sepupunya itu tengah mengalami kesakitan karenanya. Dengan rasa bersalah yang menumpuk, Alex langsung berlutut dihadapan Alpha RedMoon Pack yang kini menatapnya sengit.

"Maafkan aku. Aku tahu. Aku sangat amat bersalah. Tetapi, aku.."

"Aargghh."

"Alpha!!"

"Kau harus mati. Brengsek!!!"

"Akkhh.."

Karena rasa sakit hati dan juga amarah yang sudah merasuki diri Lucas. Ia mencekik Alex hingga pria itu merasakan kesakitan yang amat sangat pada lehernya. Ia tahu jika saat ini adalah yang tepat untuk mati. Ia pasrah jika harus tewas ditangan Lucas. Tetapi, saat itu sihir dari Sky memisahkan keduanya.

"Alpha. Maaf. Saya harus menyampaikan hal penting terlebih dahulu."

"Apa maumu, Sky?!! Aku ingin membunuh bajingan ini!!!"

"Luna masih bisa diselamatkan, Alpha.."


*******

Lucas Mate ||	Completeजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें