Bingung 😮

14.7K 727 14
                                    

Sudahkah Arman mengatakan dia ingin membenturkan kepalanya di meja kerjanya sendiri? Jika belum, maka dia akan mengatakannya sekarang. Jika sudah, dia akan mengatakannya lagi. Arman sangat kesal dan sakit kepala dengan kelakuan anak magang di kantornya. Natasha Wijaya.

Bayangkan saja! Setelah kemarin menumpahkan kopi di kemejanya sekarang anak itu menumpahkan teh pesanannya di atas notulen rapat yang baru saja dia rapikan! Arman ingin memejamkan matanya erat-erat. Dia merasa sangat kesal.

"M-ma-maaf pak. Saya tidak sengaja," ujar Natasha.

"Apa maafmu bisa mengembalikan notulen ini?"

"Saya minta maaf pak. Biar saya keringkan dan nanti saya salin ulang notulennya pak,"

Arman ingin sekali memarahi gadis di depannya ini. Akan tetapi, ucapan sang ayah membuatnya urung meneriaki gadis di depannya.

"Menyalin notulennya?"

Arman melihat gadis itu mengangguk sebelum gadis itu dengan perlahan mengambil lembaran yang basah itu. Arman diam saja saat gadis itu keluar bersama notulen basah di tangannya. Tapi, tak lama kemudian gadis itu kembali membawa teh baru dan juga beberapa alat kebersihan.

"Saya akan merapikan meja bapak dulu sebelum merapikan notulennya,"

Arman berdiri dan membiarkan gadis itu merapikan mejanya. Sekitar lima menit dan gadis itu berjalan menjauh dari ruangan Arman. Arman menoleh dan melihat mejanya sudah kembali bersih begitu pula lantai marmer di ruangannya.

Arman menunggu notulen itu dengan tangan yang dia ketukan di atas meja kerjanya. Sebuah panggilan masuk melalui aplikasi di laptopnya membuat dia mengernyit kecil.

"Kenapa pi?" Tanya Arman.

Seketika suara ramai yang saling sahut menyahut terarah padanya. Arman sampai melepaskan earphone wireless di telinga kanannya untuk sesaat.

"Ssstt... maaf, saudara-saudara! Kalau kalian ingin konser, jangan libatkan aku! Aku bukan penyanyi seperti kalian!" Ujar Arman dengan mulut pedasnya.

"Kak," suara sang ayah terdengar setelah keadaan lebih tenang.

Tenang? Jangan heran dengan maksud kata tenang! Karena, Arman memang tengah dihubungin melalui video group call oleh keluarganya.

"Kenapa pi?"

"Kami mau minta saran darimu," ujar Arsen.

"Saran apa?"

"Bagaimana cara menarik kakakmu pulang ke Jakarta?" Ujar Sandra.

Arman mengerutkan keningnya sesaat. Benar juga. Dia masih memiliki kakak yang saat ini menjelma seperti bang toyib yang tidak ingat pulang ke rumah.

"Arman?" Panggil semua orang yang ada dalam video call itu.

"Entahlah. Sudah banyak cara kita coba dan kakak tetap tidak mau kembali. Bahkan saat oma Agatha sakit saja, dia tidak mau pulang,"

Semua orang di sana mendeham mengiyakan ucapan Arman.

"Mungkin ada satu cara..."

"Apa itu kak?" Tanya Alesha.

"Korbankan salah satu untuk membujuknya kesana. Yang jelas bukan aku karena, kami bisa berkelahi disana nanti. Dan juga bukan papi karena, dia sudah sering menolak papi,"

Mereka terdiam beberapa saat.

"Mungkin opa?"

Varell dan Julio nampak setuju dengan hal itu. Akan tetapi, karena masalah kesehatan akhirnya Varell yang memilih berangkat.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang