Tolong Jaga Dia

7.4K 484 10
                                    

Sebulan lewat dan sang kakak masih tetap tidak muncul. Mengurus masalah Carrel tidak mungkin memakan waktu selama itu. Entah kemana kakaknya itu pergi. Arman sudah mulai menjalankan perawatan untuk luka berat miliknya. Arman berkali-kali bertanya dimana sang kakak namun tidak juga diberitahu oleh siapa pun termasuk Arsen adik kembarnya. Itu membuat Arman kesal setengah mati.

"Arsen, jangan berbohong lagi! Kakak kemana sebenarnya?" Tanya Arman.

Arsen menatapnya dan membuat Arman semakin kesal saat anak itu justru malah tersenyum kecil padanya.

"Merindukannya, eh?" Tanya Arsen.

"Arsen!"

"Dia sibuk. Tapi, dia menemuimu saat kau tertidur,"

"Kapan?"

"Setiap hari,"

"Aku tidak pernah mengetahuinya,"

"Kau sedang tidur saat dia datang,"

Arman tahu adik kembarnya berbohong. Kebohongan yang bisa dia ketahui dengan sangat jelas.

"Terus saja bohongi aku! Aku sudah jadi tidak berguna sampai kalian semua bersekongkol membohongiku!!" Ketus Arman.

"Kak, jangan berlebihan!"

Bentakan Arsen membuatnya teringat akan satu hal. Dia pernah mengatakan hal yang sama pada kakaknya dan saat itu juga kakaknya marah padanya.

Eh?

'Setelah aku bangun, kakak tidak pernah datang. Jangan bilang mereka-'

"Kalian mengusir kakak?" Tanya Arman.

Arsen terkejut mendengar hal itu. Arman menarik kerah jas putih yang dipakai Arsen dengan kuat.

"Katakan! Apa kalian mengusirnya?! Apa kalian menyalahkannya?!"

"..."

"Arsen jawab!!"

"..."

"RIO ARSENO!!!!"

"Ada apa ini? Kenapa kamu berteriak begitu, Arman?" Suara Alvaro membuat Arman dan Arsen menoleh ke arah pintu.

Selain Alvaro, ada Alesha, Vale, kakek dan neneknya serta paman dan bibinya. Arman masih mencengkeram kuat jas Arsen.

"Jawab Arsen!" Desis Arman.

"Arman, ada apa sebenarnya?" Tanya Alvaro lagi.

Arman yang kesal melepaskan cengkeramannya dengan sedikit mendorong adiknya itu.

"Pergi," ujar Arman.

"Kak-"

"Pergi!!!" Usirnya.

Arman marah. Kediaman Arsen dia anggap sebagai pembenaran atas ucapannya. Dia kesal pada keluarganya yang dengan mudah menuduh serta menyalahkan orang lain. Arman secara sadar tahu kalau dirinya sendiri yang bersalah. Dia tidak menyalahkan siapapun. Kalau pun ada yang dia salahkan, maka orang itu adalah Carrel bukan kakaknya.

"Kak, tenang dulu. Bicarakan baik-baik,"

Arman menepis tangan ayahnya yang ada di bahunya. Dia menatap tajam ayahnya.

"Bicarakan baik-baik? Agar kalian bisa membohongiku lagi?" Tanya Arman.

"Mau sampai kapan kalian membohongiku?" Lanjutnya.

"Apa maksud kamu Arman?" Alvaro bertanya dengan heran.

"Kakak kemana?" Tanya Arman akhirnya.

Tidak ada jawaban. Dia bisa melihat semua orang di ruangan itu nampak berpikir.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang