Pretty Boy

11.2K 629 16
                                    

Note:

Maaf baru update kakak....

Ada lagu pengiringnya guys. Kakak2 yg lahir di th 80-90 an pasti tahu atau pernah dengar lagunya.

Klo mulmed di atas itu g ada gambar cuma abu2 doang. Pencet yg tengah aja terus pastiin volume hp kakak pas buat denger lagu, pastiin uga wifi atau paket data kakak aktif. Abis itu tungguin deh sampe lagunya keluar klo nggak nanti ada noye di bawah cerita. Nah itu aku sebutin dah lagunya apa...

Selamat membaca guys,

.............

Menghela kecil dan mendengus. Hanya itu yang bisa Natasha lakukan saat dirinya lagi-lagi menjadi sasaran kebencian semua karyawati di kantornya ini. Mereka membenci Natasha bukan tanpa alasan. Mereka membencinya karena sang direktur utama memilih menghilangkan jarak diantara dirinya dan sang direktur.

"Kenapa lama sekali?" Tanya Arman saat Natasha sampai di ruangannya.

Dia melihat pakaian yang dikenakan gadis itu sedikit kusut. Belum lagi napas sang gadis yang masih agak berantakan. Berikan tambahan, gadis itu nampak tersenyum canggung padanya.

"Ada apa?" Tanya Arman lagi.

"Tidak ada, pak. Tidak ada apa-apa. Saya permisi ke meja saya dulu, pak,"

Arman membiarkan gadis itu pergi dari hadapannya. Tangannya meraih ponselnya dan menekan dial 8 yang langusng terhubung pada Bian.

"Cari tahu apa yang terjadi tadi pada Natasha,"

Arman meletakan ponselnya setelah dia memutus panggilan singkat itu. Dia menekuni dokumen di depannya. Matanya sesekali melirik ke arah kaca. Melihat Natasha dari kaca itu. Arman tersenyum. Dia sadar. Sangat sadar malah, jika dirinya semakin hari semakin tertarik ke dalam pesona tak kasat mata milik sekretarisnya itu.

"Sepertinya aku sudah memungut sebuah bunga yang salah," gumam Arman.

Arman terkekeh kecil. Dia bahkan masih terkekeh saat melihat pesan yang masuk ke ponselnya. Akan tetapi, kekehan itu hilang saat melihat isi pesan dan attachment berupa foto dari hasil cctv di kantornya. Arman mendesis kesal.

"Kita lihat saja nanti. Aku akan menjatuhkan kalian saat waktunya datang!" Geram Arman.

Arman memilih menyelesaikan pekerjaannya dan setelahnya dia mengajak Natasha untuk makan siang bersamanya.

"Dokumennya masih banyak, pak," ujar Natasha menolak ajakan itu secara halus.

Arman menatap Natasha dan tidak menemukan celah untuk memaksa gadis itu. Akhirnya Arman berjalan sendiri menyusuri koridor itu dan masuk ke dalam lift. Arman turun ke bawah. Membeli makanan di kantin kantor dan kembali naik ke atas. Mengabaikan tatapan ingin tahu dari karyawannya dan juga gosip-an dari karyawatinya.

Suara lembut seseorang menyambut Arman saat pintu lift terbuka. Lantai ini memang sepi. Hanya dia dan Natasha juga satpam yang sepertinya sedang istirahat. Suara lembut itu bisa Arman pastikan berasal dari Natasha.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang