What I've Done?

13K 653 5
                                    

Arman keluar dari ruang rapat setelah berkutat selama dua jam disana. Mendebat calon partner kerjanya sampai habis-habisan. Arman melewati beberapa pegawai yang kebetulan lewat seusai mereka pergi ke toilet. Dan dari pintu toilet Arman bisa mendengar percakapan pegawainya di dalam sana.

"Iya benar! Kamu tahu itu konyol bukan?"

"Tentu saja konyol! Mana ada orang yang berdiri di depan hand dryer hanya untuk mengeringkan sebuah kertas di atas sebuah bindex? Hanya orang bodoh dan konyol saja yang melakukan hal itu,"

"Eh... tapi, dari yang aku dengar orang itu bekerja sebagai anak magang bukan?"

"Iya yang, kemarin pagi membuat kehebohan dengan menyiram pak boss menggunakan kopi,"

"Lalu, kalau tidak salah dia itu menjadi sekretaris magang, kan?"

"Hn. Iya. Aku rasa sebentar lagi dia akan diberhentikan dan dipulangkan ke kampusnya oleh pak boss. Secara, kamu tahu sendiri bagaimana perfeksionisnya pak boss kita itu,"

"Iya benar pasti dia akan dipulangkan..."

Arman masih melangkah saat mendengar semua percakapan itu dan bersamaan dengan itu dia berpapasan dengan Natasha yang sedang membawa sebuah vas bunga. Kening Arman berkerut. Untuk apa Natasha membawa vas bunga?

Arman melihat bagaimana gadis itu berjalan dengan perlahan dan hati-hati. Meski Arman yakin vas bunga itu cukup berat mengingat ukurannya lumayan besar. Arman memiringkan badannya dan membiarkan Natasha lewat di depannya tanpa menyapanya. Perbuatan Natasha membuat semua pegawai yang sedang lewat tercengang.

Arman melangkahkan kakinya kembali jika saja ekor matanya tidak menangkap seorang pegawainya yang berdiri di dekat Natasha dan memajukan kakinya hingga Natasha terserimpat oleh kaki orang itu.

Pranggg!

Vas bunga itu pecah berantakan dengan Natasha yang terjatuh. Sontak saja beberapa orang berhenti dan menatap ke arah Natasha. Mereka mulai membicarakan Natasha dan juga kecerobohannya. Arman tidak suka keributan dan dia tidak senang melihat tindakan perundungan terjadi di kantornya. Jadi, Arman berbalik dan berjalan menuju ke arah Natasha dan kerumunan pegawainya.

"Memang orang bodoh akan selalu menjadi bodoh!"

"Ceroboh sekali!"

Arman bisa melihat hanya ada seorang perempuan yang membantu Natasha disana. Menepis segala tudingan-tudingan itu dan membantu Natasha merapikan pecahan vas itu. Arman berjongkok di sebelah Natasha dan menarik tangan anak itu.

"Tinggalkan saja pecahannya! Biarkan petugas kebersihan yang membersihkannya nanti," ujar Arman.

Arman sempat melirik perempuan yang membantu Natasha. Perempuan itu adalah teman Natasha. Dengan label magang pada kartu pengenalnya, sangat jelas kalau dia teman sekelas Natasha.

"Tapi, pak... ini..."

"Siapa juga yang menyuruh kamu mengangkat vas itu? Itu bukan tugas kamu. Apa kamu tidak tahu tugas sekretaris?"

"Maaf pak,"

"Saya bertanya bukan menyuruhmu minta maaf,"

Natasha menunduk. Arman menyuruh teman Natasha untuk kembali ke divisinya dan membiarkan pecahan itu. Arman berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Natasha. Natasha menerima uluran itu dengan ragu. Dia berdiri dan berjalan di belakang Arman setelah pegangan tangannya dilepas oleh Arman tadi.

"Jadi, siapa yang menyuruhmu? Memangnya kamu tdiak ada kerjaan sampai membantu pekerjaan orang lain?" Tanya Arman. Merasa tidak ada jawaban, Arman berhenti berjalan dan berbalik.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang