Sempurna

8.6K 528 16
                                    

Arman menarik bibirnya membentuk senyuman tipis. Kaki jenjangnya melangkah dengan teratur dan tangannya terulur ke depan.

"Astaga!"

Arman terkekeh mendengar suara pekikkan itu. Arman mengeratkan tangannya yang tengah memeluk pinggang ramping itu.

"Siang pak George," sapa Arman dengan raut datarnya.

"Siang pak,"

"Ada perlu apa ya pak?"

"Umm... itu... saya..."

Arman menatap lurus pria di depannya. Dapat dilihat oleh Arman pria itu menatap ke arah tangan Arman yang berada di depan perut Natasha. Arman dengan santainya menggenggam tangan Natasha hingga cincin kecil di jari manis Natasha nampak di mata pria itu.

Arman tersenyum puas melihat raut pria itu nampak kaget dan sedikit mengerutkan kening seolah berpikir keras.

"P-"

Arman mengeratkan pelukannya saat Natasha hendak memanggilnya bapak.

"Sayang," Natasha merubah panggilannya.

Arman memang membuat peraturan baru untuk Natasha. Gadis itu hanya boleh memanggilnya bapak saat jam kerja. Di luar itu dia tidak boleh memanggil Arman dengan sebutan bapak.

"Kamu sudah makan?" Tanya Natasha. Meski sebelumnya Arman belum menjawab, namun Arman mengalihkan tatapannya ke arah Natasha saat Natasha memanggilnya.

"Belum. Kamu sudah makan?" Tanya Arman.

"Belum juga,"

Kening Arman berkerut. "Kenapa belum?"

Arman langsung melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Natasha.

"Pak George mau bergabung? Kami mau makan siang bersama," ujar Arman basa-basi.

George menggeleng kecil, menolak halus ajakan Arman.

"Sayang sekali. Baiklah. Oh iya, nanti saat acara pertunangan kami, jangan lupa datang, pak!" ujar Arman.

Arman bisa melihat kekesalan dan kekecewaan nampak di wajah George. Arman mengajak Natasha pergi dari sana. Arman tersenyum miring. Puas dengan kemenangannya.

'Jangan harap kau bisa berdekatan dengan gadisku!'

Natasha dan Arman bersantap siang di salah satu tempat di dekat kantor mereka. Hanya perlu berjalan kaki saja dan mereka sudah sampai. Arman tipikal orang yang mudah untuk makan. Dimana pun itu asal makanannya layak makan, Arman akan memakannya.

"Enak, kan?" Tanya Natasha.

Arman mengangguk. Arman menyuapkan makanan di piringnya.

"Apa pria jelek itu sering mengganggumu?" Tanya Arman saat teringat pada George.

"Siapa? George?"

"Hn,"

"Tidak juga. Dia hanya datang sesekali atau menghubungi ponselku sesekali,"

"Hapus saja nomornya,"

"Lalu nanti kalau ada berita mendadak darimana aku tahu?"

"Masih ada telepon kantor,"

Natasha menatap Arman dengan dahi berkerut.

"Kamu... tidak sedang cemburu, kan?"

"Menurutmu?"

Natasha tercengang. Dia tidak menyangka Arman tengah cemburu berat. Natasha tersenyum kecil.

"Maaf,"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang