Malu 🙈

10.8K 611 14
                                    

Menunggu. Pasti satu kata itu akan membuat semua orang merasa jengah. Itu juga yang sedang Arman lakukan saat ini. Menunggu di depan pagar sekolah. Sudah setengah jam dan dia masih belum menemukan adiknya keluar dari gedung sekolah itu.

"Lama sekali. Kemana dia sebenarnya?" Gumam Arman sambil melirik jam tangannya berkali-kali.

Arman turun dari mobilnya. Dia berjalan masuk ke dalam sekolah itu. Meski harus menerima banyak tatapan memuja yang terarah kepadanya, Arman melanjutkan langkahnya dan menemukan sosok yang dicarinya sedang berjalan dan dengan tangan membawa beberapa buku pelajarannya.

"Eh?" Pekikkan bernada heran itu terdengar di telinganya.

"Kamu lama. Papi sudah menunggu di kantornya,"

"Ish! Kakak! Aku kaget tahu,"

"Maaf. Ayo cepat!"

"Aduh! Buru-buru sekali sih? Memangnya ada siapa lagi disana? Paling juga cuma papi, kakak sama kak Arsen,"

Arman terkekeh. Dia mengusap puncak kepala Alesha. Dia menunduk dan mendekatkan bibirnya ke telinganya Alesha.

"Kakak sudah pulang. Dia sampai kemarin malam,"

Arman kembali berdiri. Arman melirik adiknya dengan senyum tipis di bibirnya. Arman melihat kening adiknya mengerut dalam. Arman terkejut saat adiknya memekik dan melompat ke pelukannya.

"Serius kak?"

"Hn. Aku serius. Karena itu ayo cepat!"

"Baiklah,"

Arman mengambil alih buku pelajaran adiknya. Dia meraih bahu adiknya dan berjalan bersama adik bungsunya itu. Arman tidak heran melihat adiknya menyapa supirnya. Arman memilih diam saja.

Sepanjang perjalanan, dia melihat Alesha terus merapikan rambut dan penampilannya. Jujur saja, hal itu membuat Arman terkekeh geli.

"Jangan tertawa kakak!"

"Habis kamu ada-ada saja,"

Alesha cemberut namun, tangannya mengulurkan sisir dan karet rambutnya ke arah Arman. Arman terkejut sesaat sebelum mengambil kedua hal itu. Dia mulai menyisir rambut adiknya saat anak itu membalikkan badannya.

"Kamu itu mau bertemu kakakmu sendiri, bukan bertemu kekasihmu,"

"Tetap saja kak,"

"Kakak tidak akan mengomentarimu meski penampilanmu berantakan sekali pun,"

"Kak..."

"Kamu adik kesayangannya, Alesha. Hanya kamu yang bisa berbincang dan menghubunginya selama dua tahun belakangan ini,"

Arman melihat adiknya terdiam. Arman menyelesaikan kegiatannya dengan mengikatkan karet di pergelangan tangannya ke rambut adiknya.

"Sudah," ujar Arman.

Alesha berbalik. Arman mengembalikan sisir milik adiknya. Alesha sendiri memeluk Arman dan mengecup pipi kiri Arman.

"Terima kasih kakak,"

"Hn,"

Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela. Arman hampir terlelap jika Alesha tidak memanggilnya.

"Ya?"

"Besok Alesha ada acara sekolah. Kakak datang ya?"

"Besok?"

Alesha mengangguk dengan sangat cepat.

"Kakak tidak janji. Nanti kakak lihat jadwal kakak di tempat Natasha dulu,"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang