The Wise Albern

9.7K 620 41
                                    

Albern sedang mendrible bola di tangannya saat sepupunya menepuk bahunya dan membuat dia mendengus dengan cepat.

"Kak... jangan marah lagi dong!" Pinta anak itu.

"Kita udah dimarahin dan dihukum loh sama ayah kami," ujar satu orang lagi.

Albern malah melempar bola itu ke Alden, adiknya, sementara dia memilih duduk di pinggir lapangan.

"Kak..."

"Berisik tahu nggak?!" Marah Albern akhirnya.

Alden dan Alvian tahu kakak mereka masih marah. Baru dua hari lalu, Kaysha akhirnya datang ke rumah dan memaafkan semua orang yang tempo hari memakinya. Namun, tidak dengan Albern. Anak itu masih shock dengan permintaan Kaysha yang ingin pergi darinya. Albern marah dan kesal tapi, tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sudahlah, kalian pulang dulu saja. Kak Albern sedang dalam mode bisa dibujuk. Sebenarnya bukan kalian saja, ayah kami juga dimusuhi oleh kak Albern," ujar Alden.

"Om Arman juga?" Tanya seorang anak laki-laki yang merupakan kembaran Nia, Anthony.

Alden mengangguk.

"Daddy dimusuhi kakak sejak kak Kaysha hilang waktu itu," ujar Alden.

"Kakak pikir, daddy pilih kasih karena kalian keponakan daddy," ujar Alvian menambahkan.

Keempat anak itu terdiam. Mereka menghela kecil dan menunduk.

"Kalian diapakan sama ayah kalian?" Tanya Alvian penasaran.

"Aku dan kak Ella dihukum papa tidak diberi uang jajan dan disuruh kerja paruh waktu di restoran dan kafe. Kami juga dititip papa di dua panti asuhan yang berbeda," ujar Tony.

"Kalau kalian?" Tanya Alden.

"Hampir sama. Kami juga dititip papi untuk tinggal di panti asuhan. Uang jajan tidak diberikan. Kami saja sedang bingung harus makan apa," ujar Zack mewakili dua adiknya.

Albern diam-diam mendengarkan ucapan sepupu-sepupunya. Dia baru menyadari, kenapa ayahnya tidak memarahi sepupu-sepupunya. Kemungkinan sang ayah tahu kalau anak-anak itu sudah dihukum oleh ayah mereka masing-masing.

"Sampai kapan kalian dihukum begitu?"

"Sampai kak Albern memaafkan kami. Atau mungkin lebih lama lagi," ujar Tony.

"Nia juga memusuhi kami. Dia diberitahu oleh mama dan dia marah besar pada kami," sambung Tony.

Alden hanya menepuk bahu Tony dan memberikan tatapan mengasihani pada kakak sepupunya itu.

"Kak..." panggil Vincent membuat Alden menoleh.

"Apa?"

"Jajanin kita sih..." pinta anak itu.

"Kenapa?"

"Aku lapar kak. Papi tidak memberikan kami uang jajan,"

Alden mengangguk kecil. Dia mengajak saudara sepupunya ke kantin untuk dia ajak makan. Albern sendiri masih duduk di pinggir lapangan. Tangan kanannya masih terbalut perban. Beruntungnya, dia mahir menggunakan kedua tangannya. Albern memang sejak kecil selalu menggunakan kedua tangannya secara bergantian. Jika dia malas menulis dengan tangan kanan, dia akan menulis dengan tangan kiri.

"Hhh..." Albern menghela kecil.

Dia mendongakkan kepalanya dan berakhir memanggil salah satu pengawalnya.

"Ya tuan muda,"

Albern memberikan dua lembar uang pecahan seratus ribu di dompetnya ke tangan pengawalnya.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang