Gadis Kesayangan

11.4K 718 22
                                    

Arman melirik arlojinya. Sudah jam setengah delapan malam. Arman mengambil jaketnya dan berjalan keluar dari kamarnya. Dia memang sudah pulang sejak jam enam tadi.

"Mau kemana, kak?" Pertanyaan itu membuat Arman menoleh.

"Eh, papi. Arman mau keluar sebentar,"

"Kemana?"

"Menjemput seseorang,"

"Natasha?"

Arman mengangguk kecil. Dia melihat ayahnya tersenyum simpul sebelum melambaikan tangannya, meminta dirinya duduk si sebelah sang ayah.

"Kenapa pi?" Tanya Arman.

"Jadi, sudah sampai mana?"

"Belum sama sekali. Baru saja aku mendekatinya,"

Arman melihat ayahnya mengangguk. Arman berbincang sejenak dengan ayahnya. Sebab dia tahu, jika dia ridak menjelaskan pada ayahnya, ayahnya akan bertanya terus padanya.

"Jadi pokoknya, dia tinggal di apartment Arman,"

"St Moritz?"

Arman mengangguk. Ayahnya hanya menghela kecil. Arman hanya bisa tersenyum maklum.

"Jangan sampai nenekmu tahu!" Ujar sang ayah memperingatkan.

"Arman usahakan. Arman berangkat dulu, pi,"

Arman segera melaju menuju ke kampus Natasha. Beruntung jalanan tidak terlalu macet malam ini. Dia sampai setelah menempuh setengah jam perjalanan. Dia memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil itu. Mobil pajero sport miliknya yang berwarna hitam mengkilap itu berhasil menarik beberapa orang untuk menoleh ke arahnya.

Arman mendengus. Untung saja dia membawa pajero miliknya. Coba kalau dia membawa range rover atau jeep miliknya mungkin dia sudah dihampiri banyam orang sekarang. Arman bersandar pada kap mobilnya. Dia menunggu sampai beberapa menit dan Natasha belum juga keluar.

"Asha, lima menit lagi kamu tidak muncul... aku yang masuk ke dalam," gumam Arman.

Menunggu sampai lima menit terlewati akhirnya, Arman melangkahkan kakinya ke dalam kampus. Memang kampusnya sudah mulai sepi. Dia membiarkan saja mahasiswa dan mahasiswi itu memandanginya. Kakinya melangkah menuju ke lift di gedung ekonomi.

'Itu adiknya Asha,' batin Arman saat melihat sosok gadis yang berjarak beberapa meter darinya.

Arman berjalan santai dan kembali mendengar percakapan adik Natasha dengan teman-temannya.

"Iya. Biarkan saja! Biar dia tahu rasa,"

"Kalau nanti dipanggil oleh rektor bagaimana, Nabilla?"

"Yang akan dipanggil ya, jalang itu! Tidak ada bukti. Beberapa mahasiswi tahu dia dan Ronald pernah berpacaran,"

"Iya juga sih,"

"Biarkan saja! Dasarnya jalang harus kembali menjadi Jalang,"

"Jadi, dimana Ronald sekarang?"

"Dimana lagi? Di perpustakaan tentu saja. Dia sudah disana sejak tadi sore dan sekarang mungkin dia sedang menikmati "santapan"nya,"

Arman langsung mempercepat langkah kakinya. Dia berlari menaiki tangga dan baru tersadar dia tidak tahu dimana perpustakaan berada.

"Maaf, kalian tahu dimana perpustakaan?" Tanya Arman pada beberapa mahasiswa di koridor lantai dua.

"Perpustakaan? Di lantai tiga. Setelah tangga ini, belok ke kanan di ruangan paling ujung,"

"Terima kasih,"

Arman langsung berlari naik ke atas dan segera mencari ruangan yang diberitahu oleh mahasiswa itu. Tidak peduli saat ini masih ada beberapa kelas yang dipakai untuk belajar, Arman berlari dan akhirnya menemukan ruang perpustakaan itu. Lampunya sudah gelap. Arman mencoba membuka pintu perpustakaan namun, tidak terbuka sama sekali.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang