4 | Ribet

3.2K 204 14
                                    

|| Kulakukan apapun, asal bahagia untukmu adalah jaminannya~

--Daren Charty Lorians

***

Acha menghampiri Daren yang sedang mengiris bawang di dapur. Pria itu mengenakan celemek polos. Acha mendekati Daren dan kemudian berdiri di sebelahnya.

Daren memperhatikan Acha sejenak, lalu kembali fokus mengiris bawang.

"Lo mau masak apa sih, Ren?" tanya Acha sembari menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Wajahnya terlihat melas. Acha memang paling anti berurusan dengan peralatan dapur yang beraneka ragam itu.

"Nasi goreng." Daren menjawab singkat. "Kan tadi gue udah bilang sama lo."

"Lupa." Acha mencibir.

"Mikir, makanya." Daren melirik Acha sinis.

"Ribet."

Daren geleng-geleng kepala. Kembali fokus mengiris bawang.

"Bantu gue, Cha." Daren meminta tolong.

"Apaan?"

"Panasin minyak," ucap Daren. "Tapi lo pake celemek dulu." Daren menyerahkan sebuah celemek kepada Acha. Lantas Acha mengenakannya.

Acha melangkah mendekati kompor. Meraih minyak lalu menuangkan ke dalam wajan secukupnya. Kemudian menyalakan kompor.

"Sekarang lo-" saat Daren akan kembali menyuruh Acha, Acha lantas menyahut.

"Gue tunggu di ruang tv aja ya, Ren? Males banget." Acha melepas celemek, lalu meletakkannya di atas meja sebelah Daren, dan kemudian melangkah hendak meninggalkan Daren.

"Mau kemana lo? Belum juga apa-apa." Daren menahan pergelangan tangan Acha.

"Gue males masak, Ren. Gue nggak bisa. Jadi gue makan aja nanti," ucap Acha tak berdosa. "Yang enak ya, Ren?"

Daren geleng-geleng kepala, kemudian melepaskan pegangannya dari pergelangan tangan Acha. Acha melangkah menuju ruang tv. Menyalakan tv dan kemudian ia berbaring di atas sofa. Menikmati film anime yang sedang tayang.

Tok tok!

Daren berlari dari dapur dengan spatula yang masih dipegangnya. Menghampiri Acha yang masih sibuk menonton tv sembari terbaring. Tidak ada respon apapun dari gadis itu saat mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu bahkan sejak tadi.

"Cha, itu ada tamu yang dateng!" pekik Daren menunjuk ke arah pintu.

"Iya, tau." Acha menjawab enteng tanpa memalingkan wajahnya ke arah Daren.

"Ya kalo misalkan lo tau, trus kenapa lo nggak bukain pintu, Acha?" Daren semakin kesal dengan sikap Acha yang super cuek itu.

"Mager." jawaban Acha benar-benar memancing emosi Daren.

Daren mendengus. Kemudian berjalan ke arah pintu dan membukanya. Daren menatap melas ke arah tamu yang datang.

Rian dan Andra.

"Lo ngapain, Ren? Pake celemek, megang spatula." Rian terkekeh mengejek. "Lo lagi masak?"

"Iya." Daren menjawab singkat. "Lo berdua ngapain ke rumah Acha?"

"Kita mau ketemu sama lo," jawab Andra. "Tadi kita udah ke rumah lo. Udah kita gedor-gedor tuh pintu tapi nggak ada yang buka. Makanya gue sama Rian langsung ke sini, karena kita yakin lo pasti ada di sini."

"Oh." Daren menjawab singkat.

"Oh doang, Ren?" decak Rian.

"Lo berdua ngapain nyariin gue?" tanya Daren.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz