51 | Bantuan Elle

735 58 0
                                    

"Ren, lo ada niatan nikah nggak sih, sama Citra?"

Pertanyaan Acha membuat Daren tertegun. Pertanyaan konyol yang dilontarkan kepadanya saat usianya belum memadai. Daren masih sekolah. Tidak wajar rasanya jika ia memikirkan hal yang terlalu dewasa seperti itu. Yang Daren pikirkan sekarang adalah belajar dan belajar, agar ia bisa menggapai cita-citanya. Bukan malah memikirkan hal yang sama sekali tidak penting untuknya sekarang.

"Kok diem aja sih, Ren?" Acha menegur. Mendapati pria itu yang masih fokus menyetir. Tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

"Pertanyaan lo nggak berbobot, soalnya." Daren masih tidak mau menoleh ke arah Acha. Malas rasanya.

"Ya itu penting, Ren. Kan gue pengen tau." Acha mendecak.

Daren mendengus pelan, "Tapi nggak penting buat gue. Sama sekali nggak penting."

"Penting tau..." Acha memanyunkan bibirnya. "Kan gue juga bisa nentuin nantinya kalo gue mau jadi istri lo yang ke berapa."

Daren melemparkan pandangannya ke arah Acha. Mengusap kasar wajah wanita imut di sampingnya itu.

"Nggak usah ngelantur." Daren memasang wajah datar. "Gue nggak bakal nikahin lo, Cha."

Acha mencebik bodoamat, "Terserah lo mau ngomong apa, Ren. Penolakan lo yang sekarang itu sama sekali nggak ngaruh buat gue. Karena suatu hari nanti, lo pasti bakal nikahin gue. Walaupun nantinya gue sebagai istri lo yang ke empat atau bahkan yang ke lima."

Daren mendengus, "Nggak bakal, Acha..."

Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai oleh Daren memasuki pekarangan rumah megah milik Maya. Acha mengernyitkan keningnya saat mendapati mobil Mamanya yang sudah terparkir di depan rumah. Itu tandanya Maya sudah pulang dari kantornya. Tidak biasanya Maya pulang sebelum Acha pulang sekolah.

"Mama udah pulang?" Acha mendesis pelan sembari melepas sabuk pengamannya.

"Mungkin ada berkas penting yang ketinggalan di rumah, makanya Tante Maya pulang." Daren menjawab pelan. Melepas sabuk pengaman, lalu mengenakan ranselnya dan bergegas keluar dari mobil. Disusul oleh Acha.

"Pintunya kebuka." Acha kebingungan saat mendapati pintu rumah terbuka lebar. Tidak biasanya Maya membiarkan pintu utama rumah terbuka seperti itu. Aneh.

Daren menarik kedua bahunya karena tidak tau.

Selanjutnya kedua manusia tersebut bergegas menuju ke arah pintu rumah. Saat mata Acha menatap ke dalam, dahinya mengerut hingga membentuk lipatan-lipatan tipis.

"Elle?"

Acha sedikit kaget saat matanya menangkap sosok berperawakan tinggi bernama Elle yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama Mamanya. Apa gerangan?

Daren juga sama kagetnya dengan Acha. Mengapa Elle bisa tiba di rumah Acha?

Acha dan Daren bergegas memasuki rumah. Menuju ke arah Elle dan Maya yang sedang memperhatikan mereka.

"Elle? Lo ngapain di sini?" tanya Acha heran.

Elle hanya melemparkan senyum manisnya saja.

"Mama juga, kok udah pulang? Tumben cepet banget." Acha beralih menoleh ke arah Maya.

"Duduk dulu, biar Mama ceritain." Maya menepuk sofa di sebelahnya.

Acha menduduki sofa tersebut masih dengan wajah kebingungan. Daren mengambil posisi duduk di sebelah Acha. Jadi posisinya, Acha duduk di antara Maya dan Daren.

"Ada apa sih, Tan, sebenernya? Kok Elle bisa ada di sini?" tanya Daren sama penasarannya dengan Acha.

"Pas jam makan siang tadi, Mama pulang ke rumah. Mama mau ngambil dokumen penting yang ketinggalan. Pas dijalan pulang, tiba-tiba mobil Mama dicegat sama dua orang perampok. Trus mereka maksa-maksa Mama untuk nyerahin tas Mama." Maya mulai bercerita. Reka ulang kejadian tadi terngiang-ngiang di otaknya. "Mama sempet pasrah, waktu itu. Tapi ternyata, Elle dateng buat nyelamatin Mama. Mama nggak bisa ngebayangin kalo seandainya Elle nggak datang, tadi."

Acha dan Daren sama-sama terperanjat setelah mendengar keseluruhan cerita dari Maya.

"Mama nyaris di rampok?" mata bulat Acha melebar. "Tapi Mama nggak nggak pa-pa, kan?" Acha meraih kedua tangan Mamanya lalu menggenggamnya erat-erat.

"Mama nggak pa-pa, sayang." Maya mendesis pelan. "Ini semua karena Elle datang diwaktu yang tepat."

"Di dalam tas Tante ada uang?" tanya Daren.

"Ada, tapi nggak seberapa." Maya menjawab lirih. "Cuma di dalam tas Tante ada berkas kantor yang berharga. Kalo sampe berkas itu hilang, perusahaan bisa aja bermasalah. Tapi untungnya Elle dateng dan nyelamatin Mama."

Daren melemparkan pandangannya ke arah Elle, "Thanks ya, Elle? Lo pernah jadi pelindung buat Acha, dan sekarang lo jadi pelindung buat Tante Maya. Lo nyelamatin dua orang penting dalam hidup gue. Gue nggak tau kalo seandainya lo nggak ada, mungkin semuanya nggak bakal tertolong kayak gini." Daren menatap dalam mata Elle.

Elle mengangguk tersenyum, "Gue cuma ngelakuin yang emang udah seharusnya gue lakuin."

"Elle, makasih ya lo udah selamatin Mama?" Acha kini angkat suara. "Entah kebetulan atau apa, lo hampir selalu ada disaat gue atau Mama butuh bantuan apa-apa."

"Iya, Cha. Sama-sama." Elle lagi-lagi mengangguk tersenyum.

"Elle..." Maya mendesis pelan. Membuat sang empunya suara menoleh cepat kepadanya.

"Iya, Tan?" Elle menaikkan kedua alisnya.

"Kalo kamu butuh apa-apa, jangan sungkan bilang sama Tante. Tante pasti bakal bantuin kamu, anggap aja ini sebagai balas budi karena kamu udah nolongin Tante." Maya mengangkat kedua sudut bibirnya, hingga menampakkan senyumannya yang paling menawan.

"Iya, Tan."

"Sering-sering main ke sini. Tante pasti bakal seneng kalo kamu sering datang ke sini." Maya mengelus lembut pundak Elle penuh sayang.

Elle mengangguk sembari tersenyum lebar. Senang rasanya mendapati perhatian dari Maya.

"Elle."

Panggilan Daren sukses membuat Elle menoleh ke arahnya. Elle tampak heran, itu dapat ditandai dari keningnya yang berkerut.

"Kenapa, Ren?"

"Mulai sekarang gue nggak bakal ngehalang-halangin lo untuk temenan sama Acha."

Ucapan Daren berhasil membuat kedua mata Elle berbinar. Apa ia tidak salah dengar? Itu adalah keputusan Daren yang sangat dinanti-nantikan oleh Elle.

"Lo serius, Ren?" Elle bertanya memastikan.

"Nggak ada alasan untuk gue bilang 'enggak'."

oOo

Up lagi ni ><

FRIENDSHIT [TAMAT]√Où les histoires vivent. Découvrez maintenant