63 | Tidur Bersama

1.3K 71 4
                                    

Mata bulat Daren melebar saat ia baru saja menginjakkan kakinya di lantai parkiran. Daren kaget saat melihat Kinan menampar Acha dengan sangat keras.

Daren baru saja kembali setelah membelikan pizza untuk Acha. Restoran yang dipenuhi dengan para customer membuat Daren mengantri cukup lama. Akibatnya, Daren terpaksa meninggalkan Acha sendirian di dalam mobil. Gadis itu enggan untuk ikut serta bersama Daren dengan alasan, 'mager'.

Sesegera mungkin Daren berlari ke arah Acha dengan sebelah tangannya yang memegangi pizza pesanan Acha yang berada di dalam plastik berlogokan restoran yang dikunjunginya.

"Acha, Acha lo nggak pa-pa?" Daren bertanya panik. Menarik Acha untuk berlindung di balik tubuhnya. "Tante apa-apaan nampar Acha? Jangan kasar sama temen saya. Saya nggak terima Tante berbuat seenaknya sama Acha."

"Saya lebih nggak terima karena temen kamu ini udah menghina suami saya." Kinan menyanggah cepat.

"Suami Tante? Suami hasil rebutan, maksudnya?" Daren dengan sengaja memancing emosi Kinan. "Acha nggak mungkin ngomong kasar, kalau Om Bram sendiri yang nggak ngebuat Acha marah."

"Tapi tetep aja anak kecil ini nggak tau diri!" Kinan menatap tajam ke arah Acha yang masih berada di balik tubuh Daren.

"Tante, saya nggak mau ngeliat Tante berbuat kasar sama Acha. Kalo sampe saya ngeliat kejadian kayak tadi keulang lagi, saya juga bisa bertindak tegas sama Tante!" Daren mencoba mengancam Kinan. Selanjutnya pria itu membukakan pintu mobil untuk Acha lalu membantu gadis itu untuk masuk ke dalam.

Daren beralih memutari mobil, dan kemudian duduk di belakang setir. Daren mulai menyalakan mobil dan kemudian menekan salah satu fitur mobil agar mobil segera bergerak menjauh dari parkiran restoran pizza.

"Cha..." Daren menyentuh pundak Acha.

Acha menoleh ke arah Daren lalu mencoba tersenyum, "Gue nggak pa-pa. Lo nyetir aja yang bener, biar bisa cepet sampe di rumah. Gue pengen makan trus langsung tidur."

Daren mengangguk lalu kembali fokus menyetir.

***

Daren memasuki kamar Acha sembari membawakan dua gelas just melon di tangannya. Daren mengenakan kaus putih polos serta celana pendek selutut berwarna krim.

Daren berjalan mendekati Acha yang tengah menikmati pizza di atas ranjang. Sebelah tangan gadis itu sibuk menggeser-geser layar ponselnya.

Daren meletakkan kedua gelas tersebut di atas nakas yang berada tepat di samping kiri kepala tempat tidur. Selanjutnya Daren menempati ranjang tepat di hadapan Acha. Daren ikut melahap pizza yang dibelinya tadi di restoran.

"Makasih, Daren, just melonnya." Acha melemparkan senyum manisnya ke arah Daren.

Daren mengangguk pelan.

"Pipi lo masih sakit?" tanya Daren sembari menyingkirkan rambut Acha yang menutupi pipi imutnya yang memerah. Menyisakan jejak telapak tangan Kinan.

Acha menggeleng, "Nggak seberapa."

"Kok tadi bisa ada Om Bram sama lo, Cha?" tanya Daren pada Acha.

Acha menggeleng, "Gue nggak tau, tiba-tiba aja tuh orang nyamperin gue."

Daren menghembuskan nafas pelan lalu manggut-manggut.

"Yaudah deh, gue balik dulu ya, Cha? Udah malem juga." Daren melirik ke arah jam tangannya. Jam sudah menunjukkan tepat tengah malam. Harusnya Daren pulang sejak tadi.

"Lo mau ke mana?" tanya Acha menahan pergelangan tangan Daren.

"Gue mau pulang, Cha. Udah jam dua belas." Daren mengelus pelan puncak kepala Acha. "Besok gue jemput lo ke sini jam... tujuh pagi."

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang