34 | Dugaan

938 65 4
                                    

"Jangan pernah lo sentuh Acha sedikitpun!"

Bugh!

Langsung saja, tanpa babibu Daren mendaratkan sebuah bogeman super yang mengenai pipi kiri Elle. Elle yang saat itu tidak tau menahu bahwa ia akan terkena pukulan kuat dari Daren, tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya dan langsung tersungkur ke lantai.

Acha mengangakan mulutnya kaget. Daren bisa semarah itu hanya karena Elle mengelus puncak kepalanya? Benar-benar di luar dugaan.

Sesaat kondisi kantin mulai riuh. Seluruh mata memandang ke arah Daren, dan Elle yang masih tersungkur di bawah.

Elle menyeka darah yang mengalir dari sudut bibir tipisnya menggunakan jempol seraya bangkit dan kembali berdiri.

"Kok lo asal nonjok sih, Ren?" Elle menatap Daren emosi.

"Kenapa? Lo keberatan?!" Daren memekik keras.

"Jelas gue keberatan. Seenaknya lo nonjok gue kayak gitu."

"Gue lebih keberatan kalo lo sentuh-sentuh Acha!" Daren lagi dan lagi memekik keras. "Udah sering gue bilang, kan, sama lo? Jangan pernah lo deketin Acha lagi! Lo masih belum paham, hah?!"

"Gue, ngedeketin Acha, karena gue pengen temenan sama Acha. Emang salah? Gue nggak punya niat buruk kok, Ren sama Acha." Elle menyangkal.

"Tapi gue nggak percaya sama lo!" Daren terpancing emosi. "Gue tau lo punya maksud buruk ngedeketin Acha!"

"Sama sekali enggak!" Elle menyentak. "Gue tau lo sahabatnya Acha. Gue tau lo sayang sama Acha. Tapi cara lo dalam ngelindungin Acha salah, Daren. Lo salah besar. Acha juga harus bisa berbaur. Apa salahnya Acha beradaptasi dengan sosial? Harusnya lo dukung Acha, bukan malah ngekang-ngekang Acha kayak gini!"

"Eh tau apa lo, soal gue sama Acha? Mending lo diem, dari pada lo sok tau tapi salah." Daren menyanggah cepat. "Gue ngelarang Acha untuk deket-deket sama cowok kayak lo, karena lo itu cowok nggak bener!"

"Maaf, Ren. Tapi sama sekali gue nggak ada niat buruk sama Acha." Elle mendesis.

"Lo mungkin bisa begoin cewek polos kayak Acha. Tapi lo nggak bisa begoin gue, Elle. Gue tau semua niat buruk lo. Gue bisa ngerasain itu semua!" cecar Daren masih tersulut emosi.

"Terserah lo, Ren. Yang jelas, semua yang lo tuduhin ke gue itu salah. Di sini, gue cuma mencoba untuk berteman sama Acha. Dan nggak ada niatan buruk sama sekali." Elle bergegas meninggalkan kantin setelah ia merasa suasana kantin sudah berubah. Atmosfer kantin mendadak suram.

Daren menghembuskan nafas kasar. Beralih menoleh ke arah Acha yang berdiri di sebelahnya. Acha terlihat takut, padahal ini bukan pertama kalinya Daren melampiaskan emosinya di depan Acha. Tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda, Acha merasa lebih takut dari pada sebelum-sebelumnya.

Daren meraih pundak Acha lalu mengelusnya pelan, "Nggak usah takut, nggak bakal terjadi apa-apa."

"Tapi, Ren-"

Daren menarik bahu Acha lalu membawanya ke dalam pelukan. Memeluk erat tubuh mungil Acha yang bergetar. Tidak ada yang berani membuka suara, semuanya seolah dipaksa untuk diam pada pijakan masing-masing.

"Maaf, Cha." Daren mendesis pelan. "Gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lo. Gue bener-bener nggak mau lo kenapa-napa."

Acha balas memeluk Daren. Daren mempererat pelukannya. Lalu mendaratkan sebuah ciuman hangat tepat pada puncak kepala Acha.

"Gue juga sayang sama lo, Daren..." Acha mengelus-eluskan pipinya pada dada bidang Daren. Sangat hangat dan membuatnya nyaman.

Sesaat kemudian, Acha dan Daren melepas pelukan masing-masing. Kembali duduk di atas kursi seperti semula. Perlahan atmosfer kantin juga kembali seperti sedia kala. Hingga akhirnya Rian memesan makanan dan minuman untuknya dan teman-temannya. Menunggu sebentar sampai sang Ibu kantin mengantarkan pesanan mereka.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon