57 | Emosi Acha

853 51 0
                                    

Acha menghentikan aktivitas makannya. Menatap ke arah mangkok yang tadinya diisi dengan mi ayam yang kini telah tandas tak tersisa. Acha mendengus. Ia sudah menghabiskan tiga mangkok mi ayam, tapi entah kenapa perutnya belum juga merasa kenyang. Jangankan kenyang, cukup saja, tidak.

Acha melemparkan pandangannya ke sebelah. Terlihat Daren tengah sibuk melahap mi ayam. Acha tersenyum miring. Selanjutnya gadis itu menarik paksa mangkok mi ayam Daren, meletakkannya tepat di hadapannya. Detik berikutnya Acha langsung melahap mi ayam tersebut.

"Acha!" Daren menyentak kesal. "Ini mangkok ketiga yang lo ambil dari gue!"

Daren marah, Acha tidak peduli. Memang benar apa yang dikatakan Daren. Ini adalah kali ketiga Acha mengambil alih jatah makan Daren.

"Gue laper, tau..." Acha memanyunkan bibirnya.

"Trus lo pikir gue nggak laper, gitu?" Daren menatap Acha kesal. "Gue juga butuh makan, Cha..."

"Yaudah sih, tinggal mesen lagi aja." Acha menjawab ringan seakan tak berdosa.

"Ya kalau gue pesen trus lo ambil lagi, sama aja bo'ong." Daren mendengus.

"Bodoamat."

Daren mendengus. Selanjutnya pria itu merasakan sebuah tangan menepuk-nepuk pelan pundaknya.

"Sabar, bro." Rian terkekeh geli.

"Hm, sabar banget gue." Daren menjawab melas. "Ini bukti sayang gue ke Acha."

"Ngebuktiin rasa sayang itu ditembak, bukan malah ngasi mi ayam tiga mangkok." Andra menyahut cepat.

Seluruh mata kini menatap ke arah Andra. Termasuk Acha yang juga ikut menajamkan penglihatannya ke arah Andra.

"Sans ae Cha, liatnya. Nggak usah kayak singa kelaparan gitu." Andra balas menatap Acha.

"Iya, gue emang singa. Sekarang gue laper dan gue pengen nelen lo idup-idup." Acha semakin mempertajam tatapannya. "Mau lo?"

"Emang bisa?" Andra menaikkan alisnya sebelah.

"Lo nantangin gue?" Acha nyaris bangkit dari duduknya jika Andra tidak lebih dulu menyanggah dengan berteriak keras.

"Ampun Cha, ampun!" Andra mengatupkan kedua tangannya. Memejam matanya kuat-kuat.

Acha tersenyum miring. Bangga atas keberhasilannya dalam hal menakuti Andra.

"Lo takut sama gue?" Acha menaik turunkan alisnya ke arah Andra.

Andra menatap Acha jengah, "Gimana gue nggak takut? Lo itu kalau udah marah, muka lo lebih nakutin dari pada singa."

"Mendingan gue, dari pada lo?" Acha menyahut cepat. "Marah nggak marah, muka lo tetep... aja kayak monyet utan." Acha memasukkan sebuah bakso bulat-bulat ke dalam mulutnya.

Andra memasang wajah emosi. Jika saja ia merupakan tokoh kartun seperti di film-film, mungkin sekarang ini telinganya sudah mengeluarkan asap.

"Udah cukup kesabaran gue, Cha. Sekarang gue bener-bener udah nggak bisa terima semua perlakuan lo." Andra mendesis penuh penekanan.

"Trus lo mau apa?" Acha menaikkan alisnya sebelah.

Andra diam sejanak. Tidak tau harus menjawab apa.

"Gue cuma bisa pasrah diginiin sama lo." Andra pura-pura nangis. Berlagak bahwa ia tersakiti karena disudutkan terus menerus oleh Acha.

Plak.

Dalam sekejab, Andra berhenti menangis. Menatap tajam ke arah Rian yang telah menggeplak kepalanya.

"Sakit, pe'a!" Andra meringis.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang