22 | Pertemuan Kedua

1.1K 79 0
                                    

"Darelle?"

Siswa baru bernama Darelle yang sangat dikenal oleh Acha, melemparkan pandangannya ke arah teman-teman barunya dengan tersenyum manis. Pandangan terakhirnya mendarat pada Acha yang duduk sebangku dengan Daren.

"Silahkan perkenalkan diri, Elle." Bu Siska yang sudah mengenal Elle, mempersilahkan Elle untuk memperkenalkan dirinya.

Elle mengangguk ramah lalu kembali melemparkan pandangannya ke arah teman-teman barunya di setiap sudut kelas.

"Perkenalkan, nama gue Darelle William, biasa dipanggil Elle. Gue pindahan dari SMA NIRWANA. Semoga kita bisa berteman dengan baik." lagi, Elle tersenyum lebar. "Mungkin ada yang mau bertanya?"

"Gue!" seorang siswa mengacungkan telunjuknya.

Elle membungkuk sedikit dan mempersilahkan siswa tersebut bertanya.

"Lo pindah ke sini karena kemauan sendiri, atau karena lo dikeluarin dari sekolah lama lo? Bisa jadi kan, lo di sekolah lama suka buat onar?"

Elle tersenyum lebar lalu menggeleng pelan, "Pindah ke sekolah ini adalah murni pilihan gue, bukan karena gue dikeluarin dari sekolah lama gue. Sebisa mungkin gue bakal ngejaga nama baik kelas, serta sekolah baru gue." Elle menjelaskan.

"Gue mau nanya!" Flo mengacungkan telunjuknya. "Dalam rangka apa lo pindah ke sekolah ini?"

"Gue... punya gebetan di sekolah ini." jawaban Elle membuat seluruh siswa-siswi bersorak heboh. Tidak menyangka jika Elle akan memilih berpindahan sekolah hanya dengan alasan mempunyai gebetan, terdengar konyol dan tidak masuk akal.

Elle mendaratkan pandangannya ke arah Acha, lalu ersenyum lebar. Acha yang merasa risih, memilih meraih pulpen lalu pura-pura mencatat.

"Baik, Elle. Sekarang kamu boleh duduk di bangku sebelah Bobby. Kebetulan Bobby duduk sendiri. Semoga kamu betah ya, di kelas ini?" Bu Siska tersenyum lebar. Mempersilahkan Elle untuk duduk.

"Pasti, Bu. Makasih."

Elle berjalan menuju ke arah kursinya yang terletak di sudut kelas sebelah kiri. Berkenalan dengan teman sebangkunya, lalu mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Sepanjang jam pelajaran, pandangan Elle tidak terlepaskan dari Acha. Tidak bosan-bosannya pria ini terus menatap Acha. Sesekali Elle tersenyum lebar. Senang karena akhirnya ia sekelas dengan Acha, gebetannya di sekolah baru ini.

***

"Cha, ke kantin?" Daren menoleh ke arah Acha yang masih tertidur di sebelahnya.

Memang rasanya tidak pernah sekalipun Acha tidak tidur di kelas. Kerjaan gadis ini hanyalah tidur, tidur dan tidur. Daren sendiri sampai merasa jengah dalam menasehatinya.

"Hm..." Acha manggut-manggut sembari mengatur posisi duduk tegap. "Huah..." Acha menguap lebar. Membuat Daren, Rian, Andra dan Flo bergidik merinding.

"Yaampun Acha... sumpah jorok banget dah nih anak." Andra mendecih.

"Eh diem lo." Acha menunjuk tepat ke arah mulut Andra. "Rahasia besar lo masih ada sama gue. Mau lo, kalo gue bongkar?" Acha mengancam.

Andra lantas menggeleng-gelengkan kepalanya kuat, "Nggak, Cha. Maaf..."

Acha tersenyum miring. Merasa menang, "Jangan macem-macem lo sama gue."

"Nggak Cha, enggak. Gue becanda tadi." Andra mengacungkan jadi telunjuk dan jari tengahnya. Berharap agar Acha tidak membongkar rahasianya.

"Yaudah langsung ke kantin aja, kuy?" Rian menyahut sembari bangkit ingin melangkah.

"Kuy lah." Andra menurut.

"Acha." sebuah suara mengagetkan Acha dan teman-temannya. Niat mereka untuk pergi ke kantin terhalangi sejenak.

"Elle?" Acha mengerutkan keningnya saat mendapati Elle yang sudah berdiri di sebelah kursinya duduk.

"Iya, Cha." Elle tersenyum lebar. "Pagi tadi gue beliin lo pizza. Gue beli di Lavera Pizza, tempat biasa lo beli pizza, kan?" Elle menyerahkan satu cup pizza porsi besar untuk Acha.

Dengan girang Acha meraih pizza tersebut. Kebetulan saat ini Acha sangat menginginkan pizza. Apalagi Elle membelinya di Lavera Pizza, restoran pizza favoritenya.

"Makasih ya, Elle? Lo baik." Acha tersenyum lebar.

Menurut Acha, siapapun orang yang memberikannya pizza, itu adalah orang baik. Acha sangat sangat menyukai pizza. Jadi Acha pasti akan sangat berterimakasih kepada orang yang telah memberinya pizza.

Tidak sengaja mata Acha menangkap wajah datar Daren yang masih duduk di sebelahnya. Acha menelan ludah. Berkedip dua kali saat Daren tidak berhenti menatapnya datar.

"Ren..."

"Terserah lo." Daren menyahut datar lalu bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan Acha. Rian dan Andra berlari menyusul Daren. Flo lebih memilih tetap di tempat untuk menemani Acha.

Acha mematung, tidak berani berkutik. Daren terlihat sangat marah.

"Cha, salah ya kalo gue ngasi lo pizza?" Elle mendesis pelan. Menatap teduh ke arah Acha.

Acha menggeleng kuat, "Nggak kok, Elle. Lo nggak salah," sangkal Acha. "Mungkin mood Daren lagi nggak bagus, makanya Daren sensi kayak gitu."

Elle mengangguk sungkan.

"Makasih ya, pizzanya?" ucap Acha tersenyum lebar. Berharap agar Elle tidak akan merasa bersalah.

Elle mengangguk, "Lo mau ke kantin, kan?" tanya Elle. "Gue boleh ikut?"

Acha melirik Flo sejenak. Flo hanya diam. Flo tidak berani angkat bicara karena ia sama sekali belum mengenal Elle. Takut jika dikira ikut campur yang bukan urusannya.

"Kayaknya lain kali aja ya, Elle? Gue mau samperin Daren dulu." Acha menolak ragu. Berusaha berbicara selembut mungkin agar Elle tidak tersinggung dengan penolakan yang diberikannya.

Elle mengangguk, "Yaudah, kalo gitu gue ke kantin bareng Andi aja. Kebetulan Andi udah ke sana duluan."

Acha mengangguk. Elle lantas melangkah meninggalkan kelas. Menuju ke kantin.

Acha menundukkan kepalanya. Daren benar-benar membuat Acha kepikiran.

"Cha..." Flo meraih pundak Acha. Mengelusnya pelan.

"Salah ya Flo, kalo gue terima pizza dari Elle?"

Flo menggeleng pelan, "Nggak, Cha. Nggak salah." Flo mendesis. "Mungkin Daren cemburu."

Acha mendongakkan kepalanya. Menatap wajah Flo dengan lebih dalam.

"Maksud lo?" Acha bertanya polos.

"Cha, lo nggak pernah tau kan, isi hati Daren ke lo itu kayak apa?" Flo menjelaskan. "Mungkin aja Daren suka sama lo. Cuma Daren nggak pernah bilang aja ke lo."

"Huft." Acha membuang nafas berat. "Daren nggak suka sama gue. Malah Daren udah sering banget nolak gue untuk jadi istrinya dia."

Flo mendengus, "Cara lo itu nggak serius, Cha. Coba lo tanya sama Daren. Tapi lo harus pake cara yang beda. Mungkin dengan lo-"

"Ribet."

Flo memasang wajah datar. Acha memang selalu membuatnya kesal.

"Gue mau samperin Daren dulu. Takut Daren makin marah."

oOo

FRIENDSHIT [TAMAT]√Where stories live. Discover now