19 | Perasaan Andra

1.5K 111 0
                                    

Acha berlendetan manja pada pundak Daren. Melantunkan lagu-lagu cinta sembari tertawa lepas. Sesekali Acha tersandung kakinya sendiri saat berjalan. Namun Acha tidak peduli. Acha juga bodoamat dengan tatapan siswa-siswi di sekitarnya. Terutama tatapan sinis cewek-cewek yang merasa iri dengan Acha. Pasalnya, Acha adalah satu-satunya cewek yang bisa berhubungan sedekat itu dengan Daren. Sementara yang lain, tidak.

"Cha, stop deh nyanyi-nyanyi nggak jelas kayak gitu." Daren tampak jengah. "Gue tau suara lo emang bagus. Tapi bisa nggak sih, kalo lo nyanyi kaleman dikit gitu. Jangan kayak bencong kesasar gini, dong!"

Rian, Andra dan Flo yang mengekor di belakang, tertawa ngakak setelah mendengarkan penuturan Daren. Pria itu terlihat sangat kesal.

"Enak aja lo katain gue bencong kesasar!" Acha tidak terima. Memanyunkan bibirnya karena kesal. "Tapi... lo suka, kan, sama bencong kesasar kayak gue?" Acha menyenggol pelan bahu Daren.

"Amit-amit, ya Allah..." Daren geleng-geleng kepala. Menolak mentah-mentah ucapan Acha.

"Hai, Natasha?" tiga orang laki-laki berjalan menghampiri Acha. Seorang di antaranya berniat menggoda Acha.

"Hai juga." Acha melemparkan senyum manisnya ke arah pria yang menyapanya. Sepertinya Kakak kelas.

"Lo cantik," ungkap pria tersebut terkekeh pelan.

"Lo juga ganteng." Acha berujar pelan. Memang yang diucapkan oleh Acha sangat benar. Pria yang sekarang ini tengah menggodanya terlihat cukup tampan. Apa lagi di tambah lesung pipi serta gingsulnya. Menggemaskan.

"Gue Rainhart. Jadi pacar gue... mau nggak, Cha?" pria tersebut menjulurkan tangannya ke arah Acha.

Acha tertegun. Teman-teman Acha, termasuk Daren juga memperlihatkan ekspresi kagetnya. Tidak menyangka jika pria tersebut dengan mudahnya mengungkapkan perasaannya kepada Acha.

"Lo... nembak, gue?" Acha bertanya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Menurut, lo?" pria tersebut balik bertanya.

Acha menghembuskan nafas pelan. Menatap lebih dalam mata Reinhart.

"Rein. Lo... ganteng." Acha mendesis pelan. "Gue mau jadi pacar lo, asal lo... mau ngerawat gue sampe gue tua. Gimana?" Acha menaikkan alisnya sebelah.

"Boleh." Rein mengangguk antusias. "Dengan senang hati, Natasha..."

"Sakit dua-duanya." Daren menyanggah. Selanjutnya Daren menarik pergelangan tangan Acha kuat. "Nggak usah didengerin apa yang Acha bilang." Daren menatap tajam ke arah pria bernama Rein itu.

"Tapi sayang, udah terlanjur gue denger." Rein terkekeh.

"Lo perlu ke rumah sakit jiwa kayaknya." Daren mendecih.

"Boleh, tapi bareng Acha."

"Sakit lo!" Daren mengepalkan tinjunya kasar. Lalu menarik tangan Acha kuat. Tidak peduli ringisan-ringisan Acha di belakangnya. Teman-teman Acha juga tidak ada yang berniat untuk peduli.

Sekarang mereka sudah memasuki kawasan kantin. Mencari-cari dimana letak meja-kursi yang kosong. Setelah menemukannya, mereka lantas menempati meja-kursi tersebut, kecuali Rian yang langsung menuju ke arah Bu Rumi untuk memesan.

"Sebenarnya aku ingin mengungkapkan rasa, tapi mengapa aku slalu tak bisa. Bagaimana caranya agar dirimu bisa tau kalau aku-"

"Tembak, bego!" Acha menyangkal cepat senandungan Andra. Pria tersebut tertegun. Menghentikan nyanyiannya lalu menoleh ke arah Acha. "Udah tau suka, bukannya ditembak malah di diemin aja."

"Diem lo, Cha." Andra menempelkan jari telunjuknya pada mulutnya sendiri. Manatap tajam ke arah Acha.

"Apa perlu, gue yang bilang sama orangnya langsung?" Acha menaikkan alisnya sebelah. Melirik ke arah seorang wanita yang duduk di kursi pojok tepat sebelah mereka. Wanita cantik yang sedang menyantap mi ayam bersama kedua temannya. Acha tersenyum miring, bermaksud menggoda Andra.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Where stories live. Discover now