23 | Marahnya Daren (2)

1.4K 79 0
                                    

"Daren..."

Acha menduduki kursi tepat di sebelah Daren. Daren membodoamatkan kehadiran Acha. Pria itu lebih memilih sibuk mengunyah baksonya. Rian dan Andra pun tidak memberikan respon apapun.

"Daren, lo marah?" Acha memasang wajah sedihnya. Menatap sendu wajah Daren.

"Nggak."

"Kok jutek gitu jawabnya?" Acha mengerutkan kening. "Lo marah, ya?"

"Gue bilang enggak, Acha." Daren jengah. Membuang muka untuk melihat siswa-siswi yang tengah hilir mudik di kantin yang sekarang ini cukup padat.

"Maafin gue." Acha menunduk dalam. "Gue bingung..."

Daren masih tidak peduli. Terserah Acha mau berbicara apa. Daren mencoba untuk membodoamatkan semua alasan Acha nanti.

"Di satu sisi, gue pengen dengerin saran lo untuk hati-hati sama orang baru. Tapi di sisi lain..." Acha memberi jeda. "Gue nggak enak sama Elle kalo gue nolak niat baik dia."

Acha menunduk semakin dalam. Daren iba melihat gadis di sebelahnya. Daren mendengus lalu meraih puncak kepala Acha untuk mengelusinya.

"Gue maafin lo."

Acha mengangkat kepalanya perlahan. Menatap Daren tidak percaya lalu tersenyum lebar.

Grep.

Acha menyambar ke dalam pelukan Daren. Memeluk pria tampan itu dengan sangat erat. Acha takut, Acha takut jika Daren akan marah kepadanya. Jujur saja, Acha sangat tidak ingin Daren pergi dan meninggalkannya. Sampai kapanpun.

"Yaelah, Ren. Di pizza pemberian Elle juga nggak bakal ada racunnya kok, jadi lo tenang aja." Andra nimbrung. Selanjutnya pria jangkung itu memasukkan bakso ke dalam mulutnya bulat-bulat.

"Bukan itu masalahnya, Ndra. Gue cuma nggak mau aja Acha terlalu wellcome sama orang yang baru dikenal." Daren menyangkal dengan Acha yang masih berada di dalam pelukannya. "Apa lagi Acha masih kayak bayi baru lahir, gampang dibegoin. Cuma tinggal disogok pake pizza aja, Acha bisa langsung jadi penurut kayak dihipnotis."

"Gue sependapat." Flo menyahut. "Ada baiknya Acha lebih hati-hati, terlebih lagi sama orang yang baru dikenal."

"Yang iyanya... lo cemburu kan, Ren?" Rian menyahut mengejek. "Lo takut Acha jadi nyaman sama cowok lain, iya kan?"

"Salah satunya juga itu." Daren mengangguk antusias. "Tapi yang buat gue takut, Acha diapa-apain sama orang yang baru dikenal. Gue sayang sama Acha. Gue bakal lindungin Acha apapun yang terjadi, apapun konsekuensinya, atau bahkan mungkin nyawa gue sebagai taruhannya."

Acha yang mendengar penuturan tersebut semakin memperkuat pelukannya. Tidak menyangka kalau Daren sesayang itu kepadanya. Acha sangat senang, selama ini Daren sudah sepenuhnya menjadi pelindung bagi Acha. Menggantikan posisi Papanya yang dianggap sangat brengsek.

"Daren..." Acha mendongakkan kepalanya ke atas. Menatap wajah Daren yang tampan itu.

Daren balas menatap Acha. Nyaris bertumbukan.

"Makasih, ya?" ucap Acha tersenyum lebar. "Lo udah sesayang itu sama gue. Gue nggak bakal pernah lupain lo, Daren. Lo... bener-bener segalanya buat gue."

Daren tersenyum lebar. Ikut senang jika Acha juga merasa senang.

Cup.

Daren mengecup puncak kepala Acha cukup lama. Semakin memeluk Acha erat. Daren benar-benar sangat menyayangi Acha. Bahkan sangking sayangnya, Daren rela melakukan apapun demi menjaga dan lindungi Acha.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt