20 | Jalan-Jalan

1.4K 97 1
                                    

Daren melangkah cepat menyusuri anak tangga. Menuju ke arah kamar Acha yang masih tertutup rapat. Dengan terburu-buru, Daren membuka pintu tersebut.

Dengan wajah super garang, Daren melangkah menuju ke arah Acha. Menarik selimut yang kini menutupi seluruh tubuh Acha.

"Acha! Bangun!" Daren memasang wajah paling kesalnya di sana saat melihat Acha yang masih uring-uringan di atas tempat tidur. "Udah jam sembilan, Acha!"

"Hrghh..." Acha mengerang sembari meregangkan otot-otot tangannya.

Perlahan Acha membuka mata. Mendapati Daren yang kini berdiri tepat di sampingnya. Acha menyengir, Daren sungguh terlihat sangat tampan pagi ini.

"Kenapa lo?" Daren bergidik ngeri.

"Lo ganteng." Acha terkekeh pelan.

Daren menampol kepala Acha menggunakan tangannya. Tidak begitu kuat, tidak juga begitu pelan. Acha tidak meringis saat mendapat toyoran dari Daren. Yang dilakukan oleh Acha justru terkekeh, merasa senang.

"Bangun, Cha..." Daren menarik pergelangan tangan Acha kuat.

"Lo apaan sih, Ren?" Acha mendecak kesal. "Ini itu hari minggu, hari tidur nasional. Jadi gue mau tidur sampe besok." Acha kembali memejamkan matanya lalu menarik selimutnya lagi.

"Nggak usah bangun aja sekalian, Cha, sampe kiamat." Daren mendecak kesal. "Lagian mana ada hari tidur nasional? Ngawur lo!"

"Ren, lo cerewet banget sih? Mendingan sekarang lo tidur nih, di sini, sebelah gue." Acha menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Mempersilahkan Daren untuk tidur.

"Ogah!" Daren menolak mentah-mentah penawaran Acha.

"Yaudah. Kalo lo nggak mau tidur, lo keluar aja sana. Jangan gangguin gue tidur." Acha memasang wajah kesal dengan matanya yang masih tertutup. Enggan terbuka.

"Bangun, Cha..." Daren mengguncang-guncangkan bahu Acha kuat. "Hari ini gue mau ajakin lo jalan-jalan. Lo yakin nggak mau ikut?"

"Hm, yakin." Acha mengangguk cepat. Bantal yang empuk semakin membuat Acha enggan untuk meninggalkannya.

Daren mendengus. Memasang wajah kesal. Namun, sesaat kemudian Daren kembali tersenyum. Mendekatkan mulutnya ke arah telinga Acha. Hendak membisikkan sesuatu.

"Yakin, nggak mau ikut?" Daren berbisik sepelan mungkin. Namun dapat didengar dengan jelas oleh Acha. "Ntar gue beliin pizza, loh..."

Seketika mata Acha membulat. Seakan hendak melompat keluar. Dengan terburu-buru, Acha lantas beringsut duduk. Mendengar nama makanan kesuakaannya disebut, tidak ada alasan yang dapat membuat Acha menolaknya.

"Mau jalan-jalan kemana?" tanya Acha antusias.

Daren tersenyum bangga. Ternyata tidak begitu sulit merayu gadis seperti Acha. Tinggal disogok pizza, Acha akan menjadi penurut dalam seketika.

"Siap-siap aja dulu." Daren menjawab cepat. "Gue tunggu di bawah, lo sarapan dulu."

Acha manggut-manggut, "Mama, dimana?"

"Tante Maya keluar sebentar, ada keperluan katanya." Daren lantas berdiri. "Lo langsung mandi. Siap-siap, biar cantik." Daren menepuk pelan puncak kepala Acha.

Acha menyengir, lalu mengangguk setuju.

"Siap, komandan!"

***

"Sebenernya kita mau kemana sih, Ren?" tanya Acha penasaran.

Sudah sekitar dua puluh menit Acha dan Daren berada di dalam mobil. Menyusuri jalan dengan kecepatan mobil yang standar. Pagi ini sangat cerah. Daren cukup menikmati perjalanan kali ini. Sesekali Daren bersenandung riang. Melantunkan lagu-lagu bergenre cinta. Kadang-kadang Acha juga mengikuti alunan syahdu dari mulut Daren.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Where stories live. Discover now