•Sepuluh•

49.3K 2K 11
                                    

Sudah hampir 3 jam Cika berada diruangan Dion. Cika saat ini benar-benar bosan.

"Dion" panggil Cika.

"Hm" jawab Dion tak menoleh ke Cika.

"Diooon" panggil Cika lagi.

"Apa?" tanya Dion masih menatap layar laptop nya.

"Gue mau pulang" ucap Cika kesal lalu mengambil kotak makan yang ada di meja Dion.

"Iya, hati-hati" ucap Dion dan hanya menoleh sekilas pada Cika.

Cika benar-bena kesal. Ia langsung keluar ruangan Dion dan berharap Dion megejarnya untuk mengantarknya sampai ke parkiran. Namun nihil, sampai di parkiran pun ia tak melihat Dion sama sekali. Cika langsung masuk ke mobil nya lalu menancap gas untuk pulang dengan perasaan kesal.

Sekitar 15 menit Cika sufah sampai dirumah nya. Rumah nya sepi, abang nya pasti belum pulang dari kantor. Cik langsung masuk ke kamar nya dan memilih untuk tidur.

••••

» Dua hari kemudian.

Dion, Reyhan, Farel dan Revan saat ini sedang berada di apartemen milik Dion.

"Jadi gimana nih?" tanya Farel yang baru keluar dari dapur sambil membawa beberapa snack.

"Gue juga bingung harus gimana" jawab Dion.

"Gimana kalo kita ngomong aja ke Cika soal masalah ini" usul Revan.

"Jangan, kalo Cika tau Cika bakal ngerasa kalo dirinya kayak dijadiin bahan taruhan" larang Reyhan.

"Nah setuju, lebih baik lo hamilin Cika baru lo jelasin semuanga ini" timpal Farel.

"Gila lo ya, gue gak akan kayak gitu ke Cika" ucap Dion.

"Kalo lo gak mau berati lo rela ngasih Cika ke Gibran?" tanya Revan.

"Ya gue juga gak rela" jawab Dion.

"Ya terus mau gimana lagi?" tanya Revan lagi.

"Yakan Cika bisa pura-pura hamil" jawab Dion.

"Gibran gak segampang itu lo bohongin" ucap Farel.

Dion memijat pelipis nya, ia pusing saat ini.

"Gimana Rey?" tanya Farel.

"Gimana apanya?" tanya Reyhan balik.

"Lo setuju gak kalo adek lo nikah muda?" tanya Farel.

Reyhan juga bingung saat ini.

"Kalo gak ada cara lain, terpaksa" ucap Reyhan.

"Rey" ucap Dion kaget dengan jawaban Dion.

"Yon, gue juga ngrasain apa yang lo rasain. Gue juga sebenarnya gak rela kalo Cika sampai terlibat dalam masalah ini, dan gue juga gak rela kalo adek gue jadi kayak bahan taruhan, tapi gak ada cara lain, toh lo sama Cika juga sama-sama cinta" ucap Reyhan.

Dion diam. Ia bingung harus apa sekarang. Haruskah ia mengikuti apa yang dikatakan oleh Reyhan? Tapi bagaimana nasib Cika setelahnya nanti? Memang benar Dion sangat ingin menikah dengan Cika, namun tidak saat ini dan bukan karena paksaan dari orang lain. Ia ingin menikah dengan Cika karena memang Cika sudah siap bukan seperti ini.

Tiba-tiba ada suara handphone berbunyi dan itu milik Reyhan.

"Cika telfon gue" ucap Reyhan lalu mengangkat telfon itu.

"Halo. Ya?. Ini sama gue. Gue di apartemen nya. Iya iya. Hm" ucap Reyhan dengan Cika ditelefon.

"Kenapa?" tanya Dion.

"Hp lo mana?" tanya Reyhan balik.

"Lowbat" jawab Dion.

"Lo ada janji sama Cika?" tanya Reyhan.

Dion berpikir sejenak.

"Ah iya, lupa gue" jawab Dion.

"Cepetan sono, udah nungguin tuh anak" suruh Reyhan.

"Gue cabut dulu ya, nitip apartemen gue" ucap Dion lalu mengambil jaket dan langsung pergi

••••

Cika sedang duduk diruang tengah rumahnya. Ia kesal pada Dion, baru aja kemaren minta maaf terus ngasih bunga gara-gara Cika ngambek waktu dikantor nya, dan sekarag sudah membuatnya kesal lagi. Cika sudah menelfonya beberapa kali namun satu pun tak ada yang dijawab.

Jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan padahal mereka janjian pukul tujuh. Cika berniat kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian, namun tiba-tiba ada suara bel. Dengan berat hati Cika berjalan kearah pintu untuk mengetahui siapa yanh datang. Cika membuka pintu dan,

"Hay" sapa seorang cowok.

Cika tak menanggapi sapaan cowok didepanya, ia malas berbicara. Tau kan siapa yang datang, siapa lagi kalo bukan Dion.

"Maaf, gue lupa kalo ada janji sama lo" ucap Dion.

Cika masih diam.

"Jadi jalan?" tanya Dion.

"Hp lo mana?" tanya Cika balik.

"Di rumah" jawab Dion.

"Kenapa telfon gue gak diangkat?" tanya Cika lagi.

"Lowbat" jawab Dion.

"Kenapa gak di charge?" tanya Cika lagi.

"Lupa" jawab Dion.

"Kalo gue gak telfon Bang Rey gak akan datang kesini?" tanya Cika.

"Maaf" ucap Dion.

"Mending lo pulang, gue mau tidur" suruh Cika.

"Gak jadi jalan?" tanya Dion.

"Gak liat jam?" tanya Cika balik.

Dion melirik jam ditangan nya, sudah hampir pukul sembilan, pantas saja Cika marah-marah pada nya ternyata ia telat cukup lama.

"Yaudah ganti nya besok malam" ucap Dion.

"Gue gak bisa" tolak Cika.

"Kenapa?" tanya Dion.

"Mau jalan sama temen" jawab Cika.

"Yaudah malam lusa" ucap Dion.

"Terserah" ucap Cika.

"Yaudah, masuk gih, cepet tidur, good night my girl" ucap Dion lalu mencium dahi Cika dan mengacak-acak rambut Cika.

"Sekarang situ dulu entar kalo udah sah baru ini" ucap Dion sambil menunjuk bibir Cika.

Cika sangat senang sebenarnya, namun mengingat dirinya sedang marah pada Dion, ia berusaha biasa saja.

"Udah, balik sono gue mau masuk" suruh Cika lalu masuk dan menutup pintu.

Dion terkekeh melihat tingkah Cika. Cika pasti sedang senyum-senyum sekarang. Dion pun akhirnya pulang masih dengan terkekeh jika mengingat tingkah Cika.

Cika masih berdiri dibelakang pintu. Ia tersenyum jika mengingat waktu ia dicium oleh Dion. Cika berlari kekamar nya dengan senyum yang masih mengembang dan berteriak bahagia. Benar-benar seperti orang kesurupan.

•Jangan lupa vote and comment yaa

My Sweet Dion✓ [PROSES REVISI]Where stories live. Discover now