Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Karna bukan tugas mu untuk menghakimi hidup orang lain
⚪
⚪
⚪
Suho masih saja menatap wanita itu dengan tatapan sendunya.
"Karna tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, sekarang lebih baik kau pergi dari sini" wanita itu mengalihkan pandangannya seolah enggan untuk menatap lawan bicaranya.
"Ada" jawab suho cepat
"Wae?"
pria itu terdiam menyadari ada jarak yang wanita itu bangun untuk menjauh darinya dan entah harus dengan cara apa ia meruntuhkan nya, suho benar-benar putus asa.
"Kue yang kau buat enak, tadi malam sebelum pergi aku mencicipinya sedikit"
Suho kemudian pergi dari ruangan irene.
Perlahan air mata wanita itu kembali jatuh.
Berpura-pura kuat untuk menyenangkan logikanya, menyebalkan memang ketika hatinya tidak sependapat dengan logikanya padahal mereka berdua adalah kepunyaan nya
Tapi tetap saja ia tak bisa mengendalikan nya.
Jika saja wanita terlahir sebagai makhluk yang tak mudah dilukai perkara hati, mungkin thanos tidak akan terlahir sebagai laki-laki.
Dan tentunya sekarang manusia hanya tersisa setengah dari bumi.
luka sama sakitnya, namun yang tidak berdarah itu sulit sembuhnya dan wanita berkali-kali cedera disana.
"Jangan sedih" ucap seokjin
Irene perlahan menghapus air matanya.
"Jangan sedih, aku juga sering mengatakan itu pada orang lain, seolah-olah kita bisa mengontrol perasaan kita dengan tombol on dan off" wanita itu tersenyum sendu
"Aku senang kita bisa bersama-sama membuat impian kita menjadi nyata. Ya, walaupun ceritanya berbeda sekarang."
"Aku lupa impian yang mana yang kau maksud"
Seokjin tersenyum "suatu hari nanti aku akan memiliki kim hynix dan kau akan menjadi pemilik perusahaan nomor satu di korea Selatan"
"Kau salah jika berpikir aku bersedia menerimamu karna aku ingin membantu mu wujudkan mimpimu"
"Ani. Aku yang akan membantu mu mewujudkan mimpi mu"
