1

28.8K 5.3K 1.8K
                                    

"Sembilu, yang dulu, biarlah berlalu~!"



Jreng jreng jreng



"Permisi."

Dua orang yang sedang bernyanyi sambil memainkan gitarnya menoleh bersamaan ke arah pintu.

"Disini ada yang namanya Lee Hangyul?"

Laki-laki yang memegang gitar tersebut mengangkat tangan. "Iya, gue sendiri. Ada apa nyari gue? Mau minta tanda tangan?" Tanyanya songong.

Laki-laki yang berdiri di pintu tersebut mendelik. "Sorry, gue gak butuh."

"Wah, nantangin nih." Hangyul berdiri dengan gaya seolah-olah hendak melempar gitarnya.

Laki-laki itu hanya diam dengan wajah datar, membuat Hangyul semakin kesal.

"Yohan, menurut lo dia kelas berapa? Kelas 11 kan? Berani banget ya sama kakak kelas, sujud lo di kaki gue."

"Drama banget sih," gumam laki-laki tersebut dengan malas.

"Berani banget ya lo! Emangnya lo siapa?"

"Gue anak dari donatur sekolah ini, ada masalah?"

Seketika Hangyul terdiam tak berkutik. Yohan yang sejak tadi memperhatikan langsung tertawa terbahak-bahak.

"Aduh, masa lo gak tau anak donatur sekolah sendiri, sih? Hahaha! Keluarin aja dek dari sekolah," celetuk Yohan.

"Eh jangan dong, nanti masa depan gue suram gimana? Bisa diamuk istri nanti. Dek, lo kan baik, jangan turutin omongan Yohan, ya?" Pinta Hangyul memelas.

"Sorry, gue bukan adik lo."

"Bang-"

"Lo dipanggil sama Kak Yunseong."

"Mampus, siapa suruh bolos terus."

Hangyul langsung menatap tajam Yohan, kemudian membanting gitarnya dengan kesal.

"Heh, gitar mahal itu!" Yohan refleks menegur.

"Biarin aja sih, gitarnya punya gue, nanti tinggal beli lagi apa susahnya."

"Ck, buruan dateng ke ruang osis kalo lo gak mau dihukum sama seksi keamanan sekolah." Begitu kata laki-laki berwajah datar tersebut sebelum pergi.

"Han, nama dia siapa sih?" Tanya Hangyul.

"Namanya Jungmo, sepupunya Yunseong."

Hangyul berdecak kagum. "Wah, pantes aja sama-sama lempeng tak bertenaga."

"Lee Hangyul."

Hangyul langsung kaget.

"Mampus dah gue, kenapa Yunseongnya ada disini, sih?"

Seketika Hangyul kicep ditatap tajam sama Yunseong.

Haha, rasain tuh.
















































"Eunsang, dengerin gue dulu ihh."

"Sorry Pyo, gue sibuk."

"Jahat banget lo sama gue, emangnya lo sibuk kenapa sih?"

"Gak tau."

"Eunsang~!"

"Berisik banget sih! Lo tau gue lagi sibuk, tolong ngertiin gue dong! Gue pusing ngurusin osis lah, ngurusin kelas lah, lo pikir gue gak capek!" Bentak Eunsang yang terlanjur emosi.

"Lo kenapa jadi bentak gue?! Emangnya gue salah ya mau ngobrol sama temen sendiri?"

"Lo ngajak di waktu yang salah, Dongpyo," sahut seseorang dengan suara pelan, Cha Junho.

"Eunsang lagi sibuk, jangan ganggu dia, ya," lanjut Junho, namun kali ini dengan suara yang lebih pelan.

Dongpyo memutar bola matanya. "Aduh Junho, lo kalo ngomong yang kenceng dikit bisa gak sih?"

"Tau ah, gue mau ketemu Minhee dulu. Dan lo Pyo, jangan ikut!"

"Lah, kok gue ditinggal?! Eunsang! Woi!"

"Berisik, Pyo," tegur Junho. "Ini sekolah, bukan hutan."

Dongpyo mendengus. "Ya udah lah, gue ngegosip sama Kak Yohan aja. Kalo sama lo yang ada 'hah' 'hoh' doang."

Junho mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu memiringkan kepalanya bingung.

"Dongpyo kenapa ya? Emang gue salah apa sampe kena semprot juga? Dia lagi pms atau gimana?"

"Biasa lah, Dongpyo emang suka gitu kalo habis berantem sama Eunsang," sahut Hyungjun yang baru bangun dari tidurnya.

Junho memutar balik badannya menghadap Hyungjun yang duduk di bangku belakangnya.

"Gue kira mereka berantem baru hari ini doang."

Hyungjun menggeleng tak setuju. "Mereka udah berantem sejak seminggu yang lalu, sejak si Eunsang kesurupan di laboratorium," jelasnya.

"Hah? Eunsang kesurupan?"

"Hooh, lo gak tau karena lo baru masuk hari ini. Jadi, Eunsang disuruh guru kimia kesana buat ambil beberapa bukunyang ketinggalan. Eh taunya malah kesurupan."

"Eunsang mau-mau aja gitu?" Tanya Junho yang dibalas anggukan oleh Hyungjun.

"Sebenernya ada alasan lain Eunsang nurut buat kesana."

"Apa?"

"Katanya, dia gak sengaja liat murid sini masuk kesana sambil bawa pisau kecil yang berlumuran darah."





















































"Menurut gue, si pelaku pembunuhan mulai beraksi lagi," duga Junho.

Hyungjun mengangguk lagi kemudian mengatakan sesuatu yang membuat Junho membeku.

"Lo tau, Eunsang pernah bilang ke gue, dia nemu kertas, isinya ada beberapa nama murid di sekolah ini. Dan di paling atas ada tulisan 'kalau ada yang nemu kertas ini, itu tandanya permainan di mulai'."

"Ja-jadi maksud lo..."

"Hyungjun, gue udah bilang, jangan kasih tau soal itu ke siapapun," ucap seseorang dari ambang pintu dengan tatapan tajam tak sukanya.

Ham Wonjin.











































Anak kelahiran tahun 1999 kelas 12.

Tahun 2000-2001 kelas 11.

Tahun 2002-2003 kelas 10.

|2| Laboratorium | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now