7

18.9K 4.5K 2.2K
                                    

"Permisi, ada Moon Hyunbin?"

Hangyul mengintip ke dalam kelas lewat pintu. Kepalanya yang menyembul ke dalam secara tiba-tiba itu membuat Hyunbin yang duduknya memang di samping pintu terlonjak kaget.

"Lo bisa gak sih dateng dengan cara yang manusiawi?" Sinis Hyunbin karena acara menggambarnya terganggu.

Hangyul nyengir lalu duduk di atas meja dengan santai, menduduki buku gambar milik Hyunbin.

"Gue tebak, lo pasti Hyunbin, kan?" Hangyul menunjuk Hyunbin dengan gayanya yang sok, membuat yang ditunjuk langsung memukul meja.

"Bisa minggir gak lo," desisnya dengan mata mengkilat emosi.

"Santai dong bro, gue cuma mau nanya, lo temennya Wonjin, kan?"

Hyunbin menatap manusia di depannya dengan aneh. Kemudian menggeleng tanda tak mau menjawab.

"Jangan gitu dong, ini tuh demi keselamatan bersama. Wonjin teh saha?"

Serius, Hyunbin mulai jengkel karena Hangyul semakin tidak jelas. Hangyul mengedipkan mata ke murid perempuan yang lewat, lalu nyengir kepadanya.

Otaknya udah eror apa gimana?

"Sorry, gue gak tau dan gue gak mau lo ada disini, ganggu." Hyunbin mendorong badan Hangyul untuk turun, tapi sayangnya tenaga Hangyul lebih kuat sehingga dapat menahan diri.

"Gue serius, Wonjin itu siapa?"

"Jodohnya author."

Hyunbin melirik seseorang di pojok ruangan yang sedang mengacungkan jari jempolnya sambil tersenyum lebar.

"Bagus, lanjutkan bakatmu nak. Emang jelas aku tuh jodoh Wonjin. Yang lain aminin kek."

Hangyul mendelik. "Itu siapa dah? Kayak hantu aja adanya di pojokan."

Hyunbin mendengus kesal. "Lo pergi sekarang deh, gue gak suka sama orang yang ganggu waktu luang gue," usirnya sembari mendorong Hangyul hingga jatuh tersungkur ke lantai.

"Woi santai dong, bisa pake cara baik-baik, kan? Gue aegyo tau rasa lo."

Hyunbin seketika bergidik, bayangan Hangyul melakukan aegyo langsung terputar di benaknya.

Benar-benar tidak cocok dengan tubuh besarnya.

"Ya udah deh, gue nanya yang lain aja. Kalo tentang Hyungjun gimana? Denger-denger dia adiknya Wonjin, tapi kok beda marga?"

"Orang tua mereka cerai, Wonjin ikut ayahnya dan Hyungjun ikut ibunya. Makanya marga mereka beda," jelas Hyunbin dengan malas.

Hangyul mangut-mangut mengerti. "Oh, jadi gitu. Terus kalo Minhee?"

Hyunbin mengernyit. "Kok jadi Minhee?"

"Gue gak tau apa yang gue liat bener atau enggak, pokoknya gue liat Minhee diem-diem ke laboratorium tadi." Hangyul mendekatkan diri ke Hyunbin sambil berbisik.

"Ngapain dia kesana?" Hyunbin semakin bingung.

"Mana gue tau," jawab Hangyul dengan muka ngeselinnya.

"Terus sekarang lo ngapain masih disini? Pergi!"

"Buset, galak bener mas, nanti cepet tua tau rasa loh." Hangyul mengelus dadanya karena kaget.

"Gue bilang pergi ya pergi! Ngerti Bahasa Indonesia gak sih?!" Bentak Hyunbin geram sambil memukul meja.

"Ck, iya-iya." Hangyul berdecak malas.

Baru saja dia akan pergi, Jungmo tiba-tiba datang dengan wajah cemas.

"Lo kenapa?" Tanya Hyunbin heran.

Jungmo menatap Hyunbin dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Bin, Minhee keracunan di kantin, dia meninggal."












































































"Kok Minhee bisa meninggal?!"

"Gue gak tau, tiba-tiba dia batuk-batuk terus ambruk ke lantai. Habis itu dia kejang-kejang sebelum akhirnya meninggal."

Dia menghembuskan nafas kasar sambil mendudukkan diri di kursi dengan berbagai macam dugaan negatif yang bermunculan di kepalanya.

"Lo tau siapa yang bareng dia?"

"Dia bareng Hyungjun. Dari yang gue denger, Minhee makan nasi gorengnya, nyicipin gitu, eh taunya malah ada racunnya."

Dia menghembuskan nafas panjang seraya memijat pelipisnya. Kemudian, dia mengambil selembar kertas dan pulpen lalu menulis sesuatu disana.

Setelah selesai menulis, dia memberikan kertas tersebut kepada laki-laki di depannya.

"Tolong kasih surat ini ke Jungmo."

Laki-laki di depannya tersebut menerima surat tersebut dengan raut wajah kebingungan.

"Ini surat apa?"

"Surat peringatan."

"Peringatan apa?" Laki-laki tersebut semakin bingung.

"Dari kertas yang Eunsang temuin di laboratorium, dia ada di urutan kedua. Itu tandanya, dia korban selanjutnya."










































"Lo tau pelakunya, kenapa gak langsung lo bongkar aja?"

Dia tersenyum sarkas. "Lo mau gue mati sekarang?"


















Sebutin satu nama yang lahirnya antara 1999-2003.

Anak pdx karena ini untuk dijadikan tokoh!

|2| Laboratorium | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now