4

19.5K 4.8K 1.3K
                                    

Yohan bersiul sembari melangkah melewati murid-murid di sekolahnya yang menatapnya penuh kagum.

Rambut acak-acakan, kedua tangan di saku celana, wajah datar namun badass, itu lah Yohan saat ini. Siapa sih yang tidak terpana melihatnya.

Dengan langkah santainya dia masuk ke dalam kelas, lalu menggebrak meja yang ditempati Sihoon hingga membuatnya terlonjak kaget.

"Aduh, ada yang cari perhatian nih," kata Yohan lantang, membuat perhatian terpusat pada mereka.

"Cari perhatian gimana ya?" Tanya Sihoon tak mengerti.

"Lo nyebarin cerita tentang lo yang pulang kemaren sore supaya lo jadi pusat perhatian, kan?"

Sihoon semakin tak mengerti. "Gini ya, kemaren gue ketiduran di uks. Gue gak tau kalo gue tidur sampe sore. Gue juga-"

"Bla bla bla, banyak alesan deh. Lo sengaja ngarang cerita kayak gitu supaya lo jadi anak famous kan? Iya kan!" Bentak Yohan sambil menunjuk Sihoon dengan marah.

"Wow, santai dong. Sorry to say nih, tanpa gue ngarang cerita kayak gitu gue udah famous dari awal."

Yohan menggeram marah. Tanpa aba-aba dia menarik kerah baju Sihoon hingga membuat Sihoon berdiri dari duduknya.

"Gue tau lo iri sama gue karena gue lebih famous dari lo, jadi lo berusaha geser posisi gue, kan?" Desis Yohan dengan tatapan tajam.

Sihoon mendecih, kemudian mendorong Yohan untuk menjauh. "Lo tau, lo itu kekanak-kanakan. Lo gak mau posisi lo kegeser karena lo takut dikucilkan, kan?"

"Maksud lo apa? Lo mau jelek-jelekin gue di depan semua orang?!" Bentak Yohan marah.

"Nam Dohyun, lo pasti tau nama itu, kan?"

Yohan membeku.

"Nam Dohyun, murid kelas 10 yang populer karena bakat rapnya. Lo selalu kalah dari dia. Tapi setelah dia meninggal, lo berhasil mencapai titik popularitas yang lo inginkan. Lo jadi murid yang paling dikagumi, lo membuat mereka semua beralih dari Dohyun ke lo."

Sihoon menjeda ucapannya sambil tersenyum miring. Kemudian melanjutkan ucapannya.

"Jadi, gak salah kan kalo gue nuduh lo sebagai pembunuhnya?"

















































"Mau lo apa?"

Yunseong menatap laki-laki yang merupakan adik kelasnya itu, dengan datar, tak takut dengan tatapan tajam yang dilayangkan oleh adik kelasnya tersebut.

"Gue mau lo jangan pernah masuk ke laboratorium lagi."

"Kenapa?" Yunseong mengernyit.

"Lo bakal nyesel kalo gak nurutin omongan gue."

Yunseong memberanikan diri untuk maju. Beruntung di halaman belakang sekolahnya sepi, kalau tidak pasti mereka sudah menjadi pusat perhatian.

"Kenapa gue harus nyesel?" Tanyanya dengan lantang.

"Lo bakal mati kalo lo kesana lagi, Kak Yunseong."

"Lo tau dari mana?"

Laki-laki tersebut langsung diam. Yunseong mengernyit lagi. Apa ada yang salah dengan pertanyaannya?

"Lo gak perlu tau, gue mau lo jangan pergi ke laboratorium lagi. Semuanya udah dimulai, Kak Yunseong."

Tanpa basa-basi lagi, dia pergi dengan cepat. Yang pasti, Yunseong melihat dia terburu-buru menuju suatu tempat.

"Aneh banget."

Yunseong geleng-geleng kepala. Pikirannya berkecamuk. Dia jadi berpikir negatif tentang laki-laki itu. Apa dia tahu sesuatu?

Cukup lama dia berdiam diri disana bergelut dengan pikirannya, dia memutuskan untuk kembali ke kelas. Baru saja dia hendak melangkah, dia melihat orang-orang berlarian menuju suatu tempat.

"Eh, ini ada apa ya?" Tanya Yunseong seraya mencekal lengan salah satu murid yang sedang berlari.

"Dari yang gue denger, ada yang sekarat di laboratorium."

"Hah? Siapa dan kenapa?"

"Eunsang anak kelas 10, katanya dia ditusuk pisau buat praktek, gak tau sama siapa."

Yunseong membeku, membiarkan orang tersebut pergi. Dugaannya semakin kuat terhadap laki-laki yang selama ini dia curigai, laki-laki yang tadi melarangnya pergi kesana.

"Wonjin, lo buru-buru pergi bukan untuk ngelakuin hal itu, kan?"



|2| Laboratorium | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now