33

14.9K 3.9K 1.7K
                                    

Siapa sangka seorang Kim Minkyu yang merupakan seorang ketua osis baru ternyata adalah seorang psikopat yang sudah membuat Yunseong tergeser dari jabatannya sebagai ketua osis.

Minkyu punya dendam dengan keluarganya Yunseong, yang dulu menggusur rumahnya agar lahannya dibangun gedung perusahaan milik ayahnya Yunseong.

Orang tua Minkyu yang menolak terus-terusan memohon hingga akhirnya meninggal dunia di hari ulang tahun Minkyu.

Sejak saat itu, rasa benci mulai tumbuh di hati Minkyu. Dia bahkan meminta tantenya untuk memindahkannya ke sekolah yang sama dengan Yunseong.

Tapi sayang, Dohyun yang merupakan tetangga Minkyu tau semua rencananya itu, dan berakhir dibunuh oleh Minkyu.

Lalu digantung di laboratorium sekolah, hingga arwahnya tidak tenang dan gentayangan disana.

Alasan Dohyun sering merasuki Yunseong adalah karena dia ingin melindungi Yunseong dari Minkyu yang selalu mengawasinya.

Selain itu, disaat Dohyun dibunuh, ada Wonjin yang tak sengaja melihat semuanya. Dia terkejut, namun dia diancam akan dibunuh bila tidak tutup mulut.

Karena itu lah Wonjin menjadi misterius dan tidak banyak bicara, karena dia sedang untuk menyusun rencana untuk membuat Minkyu, Dongbin-orang yang juga membunuh Dohyun-dan Hangyul yang memang sudah memiliki darah psikopat sejak lahir ke penjara.



































"Ga ada pesan terakhir, nih? Oke." Minkyu mengedikkan bahunya, lalu menodongkan pistolnya kepada Yunseong.

"Selamat jalan, Kak-"




BUGH!




Minkyu jatuh tersungkur, Yunseong langsung terkejut. Kemudian dia tambah terkejut ketika melihat Yohan berdiri di belakang Minkyu dengan wajah datarnya.

"Bangun, jing. Biar gue yang urus dia."

"L-lah, kok lo bisa ada disini?!"

Yohan berdecak. "Ck, banyak tanya lo. Buruan pergi, sat."

Yunseong gelagapan lalu mengangguk. Pelan-pelan dia bangun, kemudian menendang pistol yang dipegang Minkyu hingga terpental jauh.

"Mampus," gumam Yunseong.

Minkyu geram. Dia langsung bangkit.

Tapi sayangnya, Yohan langsung menendang badannya hingga membuatnya kembalu tersungkur mencium dinginnya lantai.

"Woi, bangun mbul, gue udah dateng."

Perintah Yohan seolah-olah sihir. Karena tepat setelah Yohan berkata seperti itu, Wonjin langsung bangun. Tapi anehnya, wajahnya tidak pucat sama sekali.

Yunseong kaget lagi dong, sampai menganga dengan mata melotot.

"Makasih Kak Yohan, gak salah Hyunbin nelpon lo tadi," kata Wonjin. Lalu dia menatap Yunseong. "Ayo lapor polisi, jangan bengong kayak kebanyakan dosa."

"Kalian mau pergi kemana hah?! Gue gak bakal biarin kalian-WADAW!"

Minkyu refleks berseru karena Yohan menoyor kepalanya sampai kejedot lantai.

"Buruan pergi, Minkyu urusan gue," perintah Yohan. "Gue minta maaf kalo sikap gue ke kalian kurang mengenakan. Gue rasa, hari ini gue bakal mati."

Yohan tersenyum. "Sekali lagi, maaf untuk semuanya."

Tanpa membuang waktu lagi, Wonjin segera menarik tangan Yunseong dan berlari pergi dari sana.

Yunseong kembali kaget untuk yang kesekian kalinya. Gila, lama-lama bisa pingsan dianya.

"Kenapa kita tinggalin Yohan?!"

"Itu keputusan dia, kak."

"Maksudnya apaan, sih?!"

"Kak Yohan depresi, dia emang berniat bunuh diri dari dulu. Tapi selalu gue tahan. Sekarang, gue gak bisa nahan dia lagi, pikirannya udah bulat."

"Tapi kan bisa kita cegah, Jin!"

"Gue juga mau begitu, tapi kita harus lapoe polisi sekarang sebelum Kak Hangyul nemuin kita. Kalo enggak, mereka bakal berkeliaran bebas."

Yunseong diam. Perkataan Wonjin ada benarnya, tapi dia merasa bersalah karena Yohan berkorban untuk mereka.

"Btw, kok lo gak mati?"

Wonjin mendecih sinis. "Jadi lo pengen gue mati?"

"Bu-bukan, lo kenapa masih hidup? Padahal lo ketembak."

"Sebelum kesini, gue pake rompi anti peluru dan pasang kantung darah karena gue pikir gue bakal ditembak di dada. See, Dongbin beneran nembak gue di dada. Ya, walaupun pelurunya nembus dikit ke kulit gue."

Sumpah, Yunseong langsung pusing dengar penjelasan Wonjin. Soalnya, penjelasan Wonjin kayak dicerita-cerita gitu.

"Tapi lo gak apa-apa?" Tanya Yunseong khawatir, yang dibalas anggukan oleh Wonjin.

"Gue gak apa-apa, tapi gue khawatir karena gak ada kendaraan yang lewat dari tadi."

Benar juga. Jalanan disana sepi, entah apa penyebabnya. Tapi yang membuat Yunseong heran, kenapa Wonjin membawanya melewati jalan dekat sungai, ya.

Ohh, kayaknya lebih aman lewat sana.

"Hai, kalian mau kemana?"

Ohh, ternyata lewat sana adalah pilihan yang salah.

Karena tak jauh di depan mereka, ada Hangyul dengan pisaunya yang berlumuran darah.

Namun, bukan pisaunya yang membuat mereka terkejut.









































Melainkan Donghyun yang terbaring tak bernyawa dengan mata terbuka, seolah-olah kesakitan dan meminta pertolongan.

































"Tadi, gue dapet telpon dari Dongbin. Dia punya rencana bagus dan boom! Gue denger suara ledakan. Hehe, sekolahnya meledak deh."


















Wonjin dan Yunseong terbelalak tak percaya.

Kalau sekolah mereka meledak, berarti Yohan dan Hyunbin...
























Ya ampun ngebosenin banget chapter ini T_T

|2| Laboratorium | Produce X 101 ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora